Margi Sasono MSi, Presentasikan Alat Tomografi Optik di Malaysia
YOGYA (KR) – Margi Sasono MSi seorang peneliti dari Center for Integrated Research and Innovation (Cirnov) Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Berhasil mempresentasikan hasil riset berjudul ‘Early Tests of Low Cost and Simple Optical Tomography Based on a Non Invasive Detection di forum International Colloquium on Signal Processing and its Aplication (CSPA) di Kuala Lumpur Malaysia 7-9 Maret 2008.
YOGYA (KR) – Margi Sasono MSi seorang peneliti dari Center for Integrated Research and Innovation (Cirnov) Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Berhasil mempresentasikan hasil riset berjudul ‘Early Tests of Low Cost and Simple Optical Tomography Based on a Non Invasive Detection di forum International Colloquium on Signal Processing and its Aplication (CSPA) di Kuala Lumpur Malaysia 7-9 Maret 2008.
Menurut Margi Sasono, riset tersebut berkaitan dengan inovasi alat tomografi optik buatan sendiri untuk mendapatkan gambar (mencitrakan) bagian dalam suatu benda yang nantinya berupa citra jari tangan penderita awal penyakit reumatik jenis rheumaoid arthritis.
Adapun sumber cahaya yang digunakan adalah sinar laser diode kecil atau LED yang tidak berbahaya, seperti halnya sinar X yang biasa dipakai untuk CT scan.
“Alat ini dapat diaplikasikan untuk keperluan analisa hasil pertanian, industri minyak, lingkungan militer dll. Komponen utama alat tersebut dibuat dari motor compact disk (CD) bekas yang kemudian bisa dirangkai menjadi alat yang bisa dikendalikan komputer,” jelasnya.
Kepala Cirnov Hariyadi PhD menambahkan, riset yang dilakukan oleh Margi Sasono tersebut selain inovatif untuk pembuatan alat tomografi optik juga menggunakan komponen lokal yang bisa diperoleh dengan mudah dan relatif murah di pasar lokal.
Menurutnya inovasi teknologi tersebut harus selalu dikembangkan di Indonesia. Dimana kreativitas dan kepandaian harus dipadukan karena akan menjadi dasar penguasaan teknologi instrumentasi peralatan riset yang dapat divariasikan mengikuti desain yang diinginkan.
“Jika tidak, maka alat riset yang ada akan sangat tergantung dengan pihak pembuatan alat yang biasanya dari luar negeri. Konsekuensinya selain ketergantungan dan biaya tinggi harus dikeluarkan,” ungkapnya seraya menambahkan, ketergantungan itu memaksa konsumen mengikuti desain yang mereka miliki. (R-5)-c