Membumikan Aksi Konservasi Lingkungan di Indonesia
(Refleksi Hari Lingkungan Hidup Sedunia)
Agung Budiantoro : Dosen Prodi Biologi F.MIPA Universitas Ahmad Dahlan
Tanggal 5 Juni biasa diperingati sebagai hari lingkungan hidup sedunia, mungkin sebagian orang bertanya; apa yang telah terjadi di lingkungan kita sehingga harus ada hari khusus untuk memperingatinya? Untuk menjawab hal tersebut sebenarnya dalam Al-Qur’an Ar Ruum:41 disebutkan; “Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. Telah jelas dari ayat tersebut bahwa kerusakan lingkungan di bumi sudah ada sejak ber-abad-abad lalu, sehingga jelas harus ada hari khusus bagi kita untuk merenungkan bagaimana keadaan bumi sekarang dan akan datang.
Semakin berkembangnya laju pembangunan ekonomi sering tidak mengindahkan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan. Sebagai contoh, China sebagai Negara raksasa melakukan pembangunan ekonomi besar-besaran tetapi juga merusak lingkungan secara dasyat. China sampai membuat domba-domba palsu yang ditempatkan di padang gersang yang dulunya merupakan padang rumput yang hijau. Badan kelautan Nasional China juga mencatat tingkat pencemaran akut dengan jumlah kawasan dengan polusi terburuk mencapai lebih 50 persen tahun 2012. Dengan kondisi ini maka sebagian besar kawasan pesisir China tak bisa digunakan untuk aktivitas berenang, beternak ikan, dan menjadi pelabuhan.
Negara maju seperti Amerika Serikat dan Negara-negara Eropa sudah kehilangan hutannya sejak 300 tahun yang lalu. Sekarang Negara maju “memaksa” negara di dunia ke-3 untuk mempertahankan hutannya termasuk Indonesia. Akan tetapi, Indonesia sendiri sebagai Negara berkembang juga kadang melakukan kegiatan ekonomi tanpa mengindahkan aspek lingkungan walaupun banyak peraturan yang mengatur tentang pembangunan berwawasan lingkungan. Jika proses kerusakan ini di bumi terus berlangsung baik di Negara maju maupun berkembang, maka ke depan manusia akan berhadapan dengan masalah lingkungan yang maha dasyat.
Mengingat kerusakan lingkungan yang banyak terjadi. Maka, konservasi lingkungan untuk mengimbangi laju kerusakan di bumi ini memang mutlak diperlukan. Konservasi merupakan upaya untuk mempertahankan kondisi lingkungan yang masih alami dari ancaman kerusakan sehingga konservasi cocok dilakukan di Indonesia. Konservasi memang beda dengan rehabilitasi, konservasi lebih menitikberatkan upaya perlindungan sumberdaya alam dari kerusakan yang mulai ada sedangkan rehabilitasi adalah upaya untuk membuat keadaan lingkungan kembali seperti semula setelah adanya kerusakan yang fatal.
Konservasi lingkungan bisa berupa konservasi lingkungan hutan, air, tanah, tanaman dan hewan. Sebagai contoh konservasi komodo di kawasan Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur. Lingkungan di Pulau Komodo harus dikonservasi, dilindungi dari kerusakan. Sudah ada bibit-bibit kerusakan di pulau tersebut akibat ulah manusia. Perlindungan lingkungan Pulau Komodo dengan dijadikan sebagai kawasan konservasi sudah tepat. Upaya konservasi bisa melibatkan penduduk sekitar sehingga bisa menjadi program ekopariwisata. Sebagai contoh yaitu ekopariwisata hutan mangrove di Wonorejo, Jawa Timur. Masyarakat sekitar sudah faham manfaat Hutan Mangrove dan akibat yang ditimbulkan jika hutan mangrove rusak sehingga mereka mengkonservasinya dan selanjutnya menjadikannya sebagai kawasan ekoparisata. Masyarakat mendapat penghasilan tambahan dari jasa transportasi, pemandu, atau kuliner yang dijajakan.
Secara khusus penulis berpendapat bahwa pendidikan konservasi perlu ada sejak pendidikan usia dini dan berlanjut ke jenjang pendidikan berikutnya. Perlunya contoh tingkah laku mencintai lingkungan memang perlu ada dan ditanamkan sejak usia dini. Kurikulum pendidikan yang mendidik siswa berkarakter mencintai lingkungan dengan cara membumikan sikap cinta lingkungan harus mendapat dukungan dari semua pihak. Kita harus berfikir global untuk menjaga bumi dari kerusakan tetapi dengan jalan bertindak secara lokal mendukung upaya mencintai lingkungan yaitu dimulai dari lingkungan keluarga kita sendiri, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat sekitar.
Kita harus memahami bahwa pada hakekatnya bumi dan alam seisinya adalah titipan anak cucu kita, bukan milik kita yang bisa digunakan dengan semena-mena. Marilah kita bersama-sama menjaga lingkungan hidup kita yang masih alami di Indonesia agar tidak rusak. Kita tidak ingin anak cucu kita hanya bisa membaca dari buku, tidak melihat langsung bahwa Indonesia merupakan Negara dengan Biodiversitas tertinggi di dunia.