Mengenal Hafiz Al-Qur’an UAD
(Tips Menghafal Mudah ala Mahasiswa Hafiz al-Qur’an UAD)
Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Penghafal al–Quran akan datang pada hari kiamat, kemudian al–Quran akan berkata: Wahai Tuhanku, bebaskanlah dia, kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah (kehormatan), al–Quran kembali meminta: Wahai Tuhanku tambahkanlah, maka orang itu dipakaikan jubah karamah. Kemudian al–Quran memohon lagi: Wahai Tuhanku ridhailah dia, maka Allah meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu, bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga), dan Allah menambahkan dari setiap ayat yang dibacanya tambahan nikmat dan kebaikan.” (HR. Tirmidzi, hadits hasan {2916}, Ibnu Khuzaimah, dishahihkan Al Hakim)
Itulah salah satu fadhilah (keutamaan) jika kita mau menghafal al-Qur’an, kitab suci umat Islam, yang merupakan petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa dan pedoman hidup bagi umat manusia hingga akhir zaman.
Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dikenal sebagai perguruan tinggi yang sangat memperhatikan terjaganya al-Qur’an. Hal ini dibuktikan dengan mewajibkan civitas akademika untuk dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan benar, diterapkannya kurikulum Tahfidzul Qur’an di beberapa fakultas, dan mengarahkan mahasiswa serta dosen melakukan penelitian tentang Living Qur’an.
Tahun ini, beberapa mahasiswa baru (maba) UAD banyak yang hafiz Qur’an. Berbagai alasan yang melatarbelakangi mereka masuk di UAD. Di antaranya ingin menambah hafalan, ingin menjaga hafalannya, mendalami studi Islam, dan alasan-alasan yang lain. Mereka adalah Muqimudin Husni Arsyad, Neli Silfiowati, dan Eka Rinor Maya. Ketiganya merupakan maba Program Studi Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Agama Islam.
Muqimudin Husni Arsyad, akrab disapa Arsyad. Mahasiswa asli Magelang ini mengaku mulai menghafal al-Quran sejak masuk SMP di Pondok Pesantren Tahfiz Hamalatul Qur’an. “Alhamdulillah, dalam waktu tiga tahun, saya sudah hafal tiga puluh juz,” katanya.
Sebelum masuk di UAD, Arsyad lebih dulu kuliah di Ma’had Ali bin Abi Thalib UMY Bahasa Arab selama satu tahun. Selain kuliah, Arsyad sibuk mengajar Tahfiz Al-Qur’an dan Bahasa Arab di pondok pesantrennya dan di Universitas Gadjah Mada (UGM) kelas untuk menghafal al-Qur’an.
“Bagi teman-teman yang ingin menghafal al-Qur’an, carilah waktu yang tepat. Baiknya sebelum dan sesudah subuh. Tiap-tiap individu mempunyai ciri khas metode tersendiri dalam menghafal. Lambat laun dia akan menemukan metode yang tepat dan mudah untuk menghafal sesuai dengan kemampuannya, asalkan ada niatan dalam dirinya,” tambahnya.
Selain Arsyad, ada Eka Rinor Maya. Gadis yang akrab dipanggil Maya ini mengaku mulai menghafal al-Qur’an ketika masuk di Muhammadiyah Boarding School, Prambanan, setelah lulus dari SMP di Kalimantan Tengah.
Menurut mahasiswi yang menyukai olahraga pencak silat ini, agar mudah dalam menghafal al-Qur’an maka belajarlah dengan ustadz/ustadzah yang sudah hafal al-Qur’an, sering-sering tadarus al-Qur’an, dan memilih waktu yang tepat untuk menghafal serta murajaa’ah hafalan.
Hal senada juga diutarakan Neli Silfiowati. “Untuk memudahkan menghafal, maka rajinlah tadarus al-Qur’an, menghindari perbuatan-perbuatan maksiat karena cahaya al-Qur’an senantiasa menaungi orang-orang yang bersih,” kata gadis yang kerap disapa Neli ini.
Neli yang merupakan kelahiran Pemalang, 17 Mei 1993 mengaku, ia mulai menghafal ketika SMA dan masuk di Pondok Pesantren Taruna al-Qur’an Yogyakarta. Saat ini, ia telah hafal lima belas juz. Selain aktif kuliah, Neli juga sibuk mengajar ngaji ibu-ibu dan mengajar les privat untuk anak SD. (CH)