Mengolah Limbah Sekam Padi dengan Alat Cetak Briket Bioarang
Pada proses penggilingan padi, sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan. Kadar sekam adalah 20-30% dari bobot gabah yang digiling, dedak/abu 15 %, dan beras giling 50-53,5 % (Hambali dkk, 2007).
Sekam padi kebanyakan dibuang atau dibakar. Hal ini karena para petani belum mampu memanfaatkannya. Kesadaran yang masih minim, pengetahuan, dan keterampilan untuk mengolah menjadi penyebab utama. Akibatnya, pencemaran lingkungan karena sekam padi tidak dapat terelakkan.
“Hanya sedikit petani yang memanfaatkan sekam padi. Biasanya digunakan untuk membakar bata merah, alas kandang ayam, abu gosok, membuat tungku, dan lain-lain. Pemanfaatan itu dinilai kurang maksimal,” terang Fatwa Tentama, S.Psi., M.Si.
Menurutnya, masyarakat petani dapat memanfaatkan dan mengolah sekam menjadi produk sehingga mengurangi dampak dari limbah tersebut. Di antaranya menjadi briket bioarang, media tanam, dan pupuk organik. Mereka juga bisa membuat bahan bakar (bioenergi) untuk keperluan petani, penghematan bahan bakar fosil, dan potensi penguatan perekonomian petani.
“Pemanfaatan limbah akan meminimalisasi pencemaran sekam padi di lingkungan persawahan atau saluran irigasi dan mencegah pencemaran udara karena pembakaran dilakukan di area persawahan maupun penggilingan beras. Briket bioarang yang dihasilkan memiliki kelebihan, yaitu sangat baik digunakan untuk bahan bakar yang merata dan stabil,” ungkap Surahma Asti Mulasari, S.Si., M.Kes.
Menurut Surahma, briket bioarang sekam padi menjadi bioenergi aternatif merupakan pilihan masyarakat. Selain sebagai sumber energi, abu hasil pembakaran briket dapat digunakan untuk abu gosok. Pembakaran briket biorang tidak menghasilkan emisi gas beracun seperti NOx dan SOx yang dihasilkan pada pembakaran briket batu bara. Keuntungan lain adalah tersedia bahan bakar (bioenergi) untuk keperluan petani, penghematan bahan bakar fosil, dan potensi penguatan perekonomian petani.
Terdapat prosedur kerja pembuatan briket bioarang sebagai bioenergi alternatif yang mengacu pada buku IbM Pedesaan (Tentama dkk., 2014). Alat dan bahan untuk membuat adalah media tanam dan pupuk organik. Beberapa peralatan dan bahan yang dibutuhkan, yaitu drum tertutup, kompor, korek api, panci, penumbuk (lumpang dan alu), limbah sekam padi, air, dan kanji
Cara kerjanya cukup mudah. Untuk pembuatan lem kanji, panaskan air 500 ml hingga hangat, tuangkan kanji ke dalam panci dan aduk terus hingga mengental seperti lem. Untuk pembakaran sampah secara pirolasi, masukan limbah sekam padi kurang lebih ketinggian 10 cm dan dasar drum, kemudian dibakar, diaduk agar pembakaran merata, dan terbentuk bara api. Tutup drum untuk mengurangi oksigen yang masuk supaya yang terbakar tidak menjadi abu. Bila dirasa cukup, hentikan pembakaran dan diamkan beberapa waktu agar proses pembakaran sempurna.
Selanjutnya, buat briket bioarang. Caranya, tuang hasil pembakaran dalam tempat penumbuk, tumbuk sampai halus, kemudian beri campuran lem dan dicampur menggunakan tangan. Cetak adonan hasil pembuatan briket, keringkan.
Arang sekam padi juga dapat dimanfaatkan. Arang yang dihasilkan dari proses pirolisis dihancurkan, lalu campurkan dengan pupuk kandang untuk media tanam. Manfaatnya, padi yang dihasilkan berkualitas unggul, dari segi ekonomis harga jual padi organik lebih tinggi daripada padi yang ditanam dengan pupuk kimia, biaya yang dikeluarkan jauh lebih sedikit sehingga keuntungan menjadi bertambah, dan kualitas tanah senantiasa terjaga (Riofrans, 2013).
Melalui Surahma Asti Mulasari dan Fatwa Tentama, UAD telah mematenkan Desain Industri Alat Cetak Briket Bioarang ke dalam Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Alat cetak didesain untuk menghemat waktu dan tenaga. Bagian cetakan dilengkapi dengan pegangan untuk mempermudah proses mencetak.
Surahma menuturkan, alat cetak briket bioarang tersebut diciptakan untuk industri kecil atau rumah tangga. Keunggulan dan perbedaan dengan alat cetak briket yang lain adalah lebih mudah digunakan dan bersifat portable.
Alat ini terdiri dari dua bagian, yaitu badan alat dan bagian cetakan. Alat cetak dibuat dengan menggunakan dongkrak hidrolik untuk memberikan tekanan ketika meng-press adonan briket. Selain itu, terdapat pegangan pada badan alat untuk mempermudah membawa atau memindah. Bagian cetakan didesain dengan 9 cetakan sehingga dalam sekali dioperasikan, alat ini dapat langsung menghasilkan 9 briket.