Pengajian Songsong Ramadhan 1432 H: “Dengan Cinta Ramadhan Akan Terasa Nikmat Dirasakan”
“Barang siapa yang bahagia dengan masuknya bulan Ramadhan. Maka Allah SWT mengharamkan jasadnya disentuh api neraka” (HR Bukhari)
Sepenggal Hadits Nabi yang dijadikan dasar dalam tema pengajian songsong Ramadhan 1432 H. Pengajian berlangsung di Masjid Darussalam Kampus 1 Universitas Ahmad Dahlan (Kamis, 28/07/2011). Dalam memberikan tausyiahnya Ustadz Dr. H. Wijayanto, M.A. demikian semangatnya dan banyak inti materi tausyiah yang sangat relevan dengan kondisi saat ini. Berikut ringkasan isi tausyiah tersebut.
Dalam menghadapi puasa harus lapang dada, gembira dan cinta maka akan lebih mudah dalam menjalani bulan puasa. Banyak orang yang selalu berkeluh kesah dan kawatir dalam menghadapi puasa, akan lapar, akan lemas dan lain-lain. Hal itu dikarenakan dalam membangun pikiran kurang baik. Jika segala hal dibangun dengan pikiran yang baik maka segalanya akan baik. Agar selalu berada dalam kebaikan kita harus bayangkan kebaikan ketika melakukan kebaikan dan bayangkan keburukannya ketika melakukan keburukan. Dalam benak manusia sugesti adalah pola pikir yang sangat mempengaruhi jalannya gerak tubuh. Orang akan melakukan sesuatu ketika sugesti yang ada dalam benaknya menyuruhnya untuk melakukan sesuatu.
Maka tidak jarang orang terlihat lemas ketika menjalankan puasa. Itu dikarenakan sebelum memasuki bulan puasa sugesti lapar, lemas sudah tertanam di benaknya. Untuk itu mulailah dari sekarang untuk mencintai sesuatu dengan baik, baik itu di hari-hari biasa maupun di bulan Ramadhan. Tanda cinta akan terlihat melalui taat, rindu, berkorban, ingin bersama, memberi dan lain-lain. Jika hal itu juga diterapkan dalam menyambut bulan Ramadhan, maka segalanya akan terasa nikmat dijalani.
Untuk menjalani bulan puasa, kita harus mengerti apa itu puasa. Puasa itu Insak artinya menahan diri dari dua bibir dan di antara dua paha. Intinya puasa adalah mengurangi nafsu sebab nafsu adalah pintu masuk para syetan. Semua bisa dipelajari, dididik, dan dibiasakan tergantung mau atau tidak mau. Kalau seseorang sudah tidak mau untuk belajar lebih baik, segalanya akan sia sia dijalankan. Sama halnya puasa, segalanya akan sia-sia jika dalam menjalaninya tidak mau merubah kebiasaan-biasaan buruknya.
Ada beberapa hal yang akan membuat puasa menjadi sia-sia di antaranya: orang yang durhaka dengan orang tua, seorang istri yang tidak taat kepada suami, suami yang menzalimi istri, orang yang menyebarkan kejelekan, orang yang ingin menyakiti, orang yang tidak mau saling bermaafan dan lain-lain. Jika hal di atas masih saja dilakukan maka sia-sia apa yang telah dilakukannya. Lalu bagaimana cara menghilangkan sifat dan sikap yang seperti itu. Jawabnya adala cobalah belajar mencintai. Dengan cinta ramadhan akan terasa nikmat dirasakan. (Sbwh)
“Barang siapa yang bahagia dengan masuknya bulan Ramadhan. Maka Allah SWT mengharamkan jasadnya disentuh api neraka” (HR Bukhari)
Sepenggal Hadits Nabi yang dijadikan dasar dalam tema pengajian songsong Ramadhan 1432 H. Pengajian berlangsung di Masjid Darussalam Kampus 1 Universitas Ahmad Dahlan (Kamis, 28/07/2011). Dalam memberikan tausyiahnya Ustadz Dr. H. Wijayanto, M.A. demikian semangatnya dan banyak inti materi tausyiah yang sangat relevan dengan kondisi saat ini. Berikut ringkasan isi tausyiah tersebut.
Dalam menghadapi puasa harus lapang dada, gembira dan cinta maka akan lebih mudah dalam menjalani bulan puasa. Banyak orang yang selalu berkeluh kesah dan kawatir dalam menghadapi puasa, akan lapar, akan lemas dan lain-lain. Hal itu dikarenakan dalam membangun pikiran kurang baik. Jika segala hal dibangun dengan pikiran yang baik maka segalanya akan baik. Agar selalu berada dalam kebaikan kita harus bayangkan kebaikan ketika melakukan kebaikan dan bayangkan keburukannya ketika melakukan keburukan. Dalam benak manusia sugesti adalah pola pikir yang sangat mempengaruhi jalannya gerak tubuh. Orang akan melakukan sesuatu ketika sugesti yang ada dalam benaknya menyuruhnya untuk melakukan sesuatu.
Maka tidak jarang orang terlihat lemas ketika menjalankan puasa. Itu dikarenakan sebelum memasuki bulan puasa sugesti lapar, lemas sudah tertanam di benaknya. Untuk itu mulailah dari sekarang untuk mencintai sesuatu dengan baik, baik itu di hari-hari biasa maupun di bulan Ramadhan. Tanda cinta akan terlihat melalui taat, rindu, berkorban, ingin bersama, memberi dan lain-lain. Jika hal itu juga diterapkan dalam menyambut bulan Ramadhan, maka segalanya akan terasa nikmat dijalani.
Untuk menjalani bulan puasa, kita harus mengerti apa itu puasa. Puasa itu Insak artinya menahan diri dari dua bibir dan di antara dua paha. Intinya puasa adalah mengurangi nafsu sebab nafsu adalah pintu masuk para syetan. Semua bisa dipelajari, dididik, dan dibiasakan tergantung mau atau tidak mau. Kalau seseorang sudah tidak mau untuk belajar lebih baik, segalanya akan sia sia dijalankan. Sama halnya puasa, segalanya akan sia-sia jika dalam menjalaninya tidak mau merubah kebiasaan-biasaan buruknya.
Ada beberapa hal yang akan membuat puasa menjadi sia-sia di antaranya: orang yang durhaka dengan orang tua, seorang istri yang tidak taat kepada suami, suami yang menzalimi istri, orang yang menyebarkan kejelekan, orang yang ingin menyakiti, orang yang tidak mau saling bermaafan dan lain-lain. Jika hal di atas masih saja dilakukan maka sia-sia apa yang telah dilakukannya. Lalu bagaimana cara menghilangkan sifat dan sikap yang seperti itu. Jawabnya adala cobalah belajar mencintai. Dengan cinta ramadhan akan terasa nikmat dirasakan. (Sbwh)