Peran UAD kepada Anak Berkebutuhan Khusus
Gangguan kesulitan belajar membaca dan menulis atau sering disebut disleksia, bisa dialami oleh anak usia enam tahun ke atas. Jika tidak diterapi dengan baik, hal ini jelas memengaruhi tumbuh kembang bahasa si anak, serta pertumbuhan anak secara utuh.
“Peran orang tua dalam pendampingan terhadap penyandang disleksia sangat penting,” kata peneliti British Dyslexia Association Emeritus Profesor Angela Fawcett dalam Seminar Nasional betajuk “Mengenal dan Memahami Disleksia” di Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Ringroad Selatan, Jum’at (27/11/2015).
Pembicara lain acara ini adalah Ketua Umum Asosiasi Disleksia Indonesia (ADI) Pusat yang juga Spesialis Anak dr. Kristiantini Dewi Sp.AK., dan Konsultan Syaraf Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran (FK Unpad) Bandung, Dr. Purboyo Solek Sp.A (K).
Saat membuka dan memberikan kata pengantar, Rektor UAD yang juga merupakan Ketua ADI Cabang Yogya, Dr. Kasiyarno M.Hum. menyatakan, banyaknya kasus disleksia pada anak menjadikan UAD di tahun 2016 akan mendirikan Integrated Development Children Center (IDCC).
“Pendirian IDCC secepatnya direalisasikan pada tahun 2016,” ucapnya. Menurutnya, lembaga ini bekerja sama dengan Pusat Studi Pendidikan Anak dan Keluarga UAD, yang sebelumnya sudah berdiri, serta dikhususkan untuk menangani disleksia. Hal ini bekerja sama dengan berbagai prisi dan fakultas.
“Kita tahu ternyata banyak masalah dalam perkembangan anak-anak. Mereka bahkan butuh penanganan dan pendekatan khusus. Masalah ini juga butuh kajian secara akademis sehingga dihasilkan solusi bagi mereka,” kata Kasiyarno usai dilantik sebagai Ketua Asosiasi Disleksia Indonesia (ADI) Kota Yogyakarta.
Pengukuhan pengurus ADI Kota Yogyakarta dilakukan oleh Ketua ADI Pusat, Kristiantini Dani. Kasiyarno menjadi ketua pertama asosiasi tersebut di Yogyakarta.
Menurut Kasiyarno, masalah tumbuh kembang anak berkebutuhan khusus seperti disleksia dan kasus lainnya selama ini belum tertangani dengan baik di Yogyakarta. “Kita memang memiliki SLB (Sekolah Luar Biasa), tapi itu untuk difabel, sementara anak-anak berkebutuhan khusus ini bukan difabel. Mereka butuh penanganan khusus beda dengan anak pada umumnya,” ujarnya.
UAD yang memiliki Prodi Pendidikan Guru Anak Usia Dini (PGPAUD), Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), dan Psikologi, merasa terpanggil untuk ikut menangani masalah ini. Melalui pusat studi tersebut, akan diteliti berbagai hal terkait anak-anak kebutuhan khusus. Kurikulum pendidikan di PGPAUD, PGSD, dan Psikologi ke depan juga akan mengintegraskan pendekatan untuk anak berkebutuhan khusus.
“Kita sudah memiliki children and family education center. Nanti, lembaga ini akan berkolaborasi dengan pusat studi baru tersebut,” terangnya.
Kasiyarno mengatakan, disleksia atau kesulitan dalam berbahasa ini memang secara fisik tidak terlihat nyata atau kentara, tetapi saat berbicara akan terlihat dengan jelas. Ada yang susah mengingat nama, melafalkan konsonan, menyimak, sampai bingung memahami konsep waktu.
Menurut Angela Fawcett, karena disleksia pengaruhnya juga berkaitan dengan kematangan gerak motorik mata dan tahap perkembangan kognitif anak, sehingga peranan orang tua sangat penting.