REFLEKSI RAMADHAN SEELUMNYA
Panji Hidayat, M.Pd
Dosen UAD
Siklus bulan dalam kalender Hijriah telah masuk bulan Ramadhan, meskipun dalam penetapannya ada perbedaan di antara para muslimin. Tetapi itu tidak menjadikan semangat ukhuwah islamiyah di antara umat akan memudar. Di situ ada tasamuh dalam menyikapi perbedaan yang selalu ada agar kerukunan tetap terjaga. Semangat ramadhan tahun lalu yang telah terkikis oleh debu-debu dosa yang semakin mengerak seakan meleleh karena sayup-sayup cahaya ramadhan mulai mendekat yaitu bulan yang ditunggu-tunggu oleh kaum muslimin untuk wajib menapak tilas puasa ramadhan.
Alhamdulilah sekarang ini puasa ramadhan telah bergulir hampir dua minggu. Kaum muslimin seantero dunia menikmati indahnya melakukan ibadah siang dan malam hanyalah semata untuk taqarrub kepada Dzat yang Maha Hidup agar mendapatkan nikmat dan manisnya iman.
Ibadah baik mahdoh maupun ghairumahdoh sangat berpengaruh untuk menghidupkan amalan-amalan di bulan ini. Semua itu adalah untuk tabarruk (mendapatkan berkah) yang berlipat-lipat dari hari-hari biasa di bulan selain ramadhan. Momentum istimewa ini bersama berhijrah menuju kebaikan dan kebajikan untuk mencapai predikat ketakwaan. Dengan niat bismillah semua perilaku yang munkar baik itu hasil komunikasi interpersonal maupun intrapersonal pada diri sendiri memberikan refleksi seberapa jelek diri ini setahun yang lalu. Untuk itu dengan datangnya ramadhan ini sebagai batu loncatan untuk starting point dengan harapan membakar dosa-dosa, mendapatkan ampunan Allah, dan terhindar dari siksa azhab jahannam.
Janganlah bulan ini dijadikan anekdot “muslim musiman” jika telah syawal kembali ke kebiasaan asal. Sebaiknya bulan ini digunakan sebagai awal metamorfosa untuk menjalani kehidupan yang penuh hikmah keilmuan supaya kebaikan itu menaungi hidup setiap insan. Perubahan yang sangat frontal dari keburukan kekebaikan sangat dimungkinkan karena fitrah manusia yang pada hakekatnya suka akan kebaikan. Hal ini diperlukan komitmen diri untuk memperbaiki diri baik hablum minallah dan hablum minan nash. Komitmen sendiri perlu disertai konsistensi agar sejatinya seorang muslim adalah telah menjalankan syari’at agama. Ingatlah Firman Allah dalam Surat AlHasyr, ayat 18 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Ayat ini adalah sebagai rujukan bahwa Allah mengetahui dengan teliti setiap amal perbuatan manusia. Di bulan inilah ladang amal untuk menorehkan tinta emas ramadhan dengan melakukan kesalihan spiritual dan kesalihan sosial yang seimbang menurut porsi kemampuan seorang muslim. Allah akan langsung memberikan pahala ramadhan langsung dan melipatgandakan amal-amal shalih dengan jaminan pintu masuk Ar-rayyan bagi golongan ahli berpuasa. Penilaian puasa bersifat an sich hanya dirinya dengan Rabb-Nya yang mengetahui tentang kualitas puasanya tersebut dengan selalu mencari hakikat “iqra’ kitabaka” agar tidak menjadi orang shalih yang salah.