Teater JAB Tampilkan Bonus dan Tumbal
“Uang yang kamu temukan itu bukan hak kita. Kita harus mengembalikannya kepada yang punya.”
Itulah salah satu cuplikan dialog Ifah kepada suaminya yang menemukan tumpukan uang, dalam pentas naskah yang berjudul “Bonus” karya Danik T.S dan disutradarai oleh Agung Pambudi.
Diceritakan, suami Ifah (Jono) ngotot tidak ingin mengembalikan uang tersebut. Namun, Ifah tidak mau makan dari hasil uang temuan yang tidak jelas sumbernya. Mereka bertengkar sampai akhirnya datang seorang teman lama yang mengeluh kehilangan uang.
“Padahal, uang itu akan kuberikan kepadamu, Jo,” katanya.
Mendengar hal itu, Jono dan Ifah menunjukkan uang dalam plastik hitam. Ternyata benar, itu uang yang dicari.
Acara yang berlangsung di auditorium kampus I Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Minggu (21/3/2015), merupakan studi pentas anggota baru Teater Jaringan Anak Bahasa (JAB). Selain pentas naskah “Bonus”, di panggung yang sama, juga ditampilkan naskah “Tumbal” karya Puput Alviani yang disutradari oleh Dinar Suci.
“Jika naskah yang pertama realis, naskah yang kedua suarialis,” kata Agung saat ditemui di sela-sela pentas.
Naskah “Tumbal” bercerita tentang keluarga yang tiba-tiba kaya karena pesugihan. Parjiman pelaku pesugihan harus mempersembahkan tumbal, yakni nyawa seseorang, sebagai syarat perjanjian.
Suginah yang suaminya menjadi tumbal, tiba-tiba datang mendobrak rumah keluarga Parjiman. Suginah meminta pertanggungjawaban atas kematian suami, dan anaknya yang hampir saja menjadi tumbal selanjutnya.
Keluarga Parjiman resah, terlebih menyadari tumbalnya tidak berhasil. “Jika tumbal itu tidak berhasil diberikan pada waktu yang telah dijanjikan, maka akan ada korban di antara kita,” kata Parjiman kepada istrinya yang mulai panik.
Di akhir cerita, adengan menampilkan suara keluh para korban tumbal dan penyesalan Parjiman, terlebih mendengar anaknya yang berteriak menjadi tumbal.