“Saya sangat terkesan dengan UAD, meski hanya studi Magister selama dua tahun, akan tetapi sangat banyak ilmu yang didapatkan. UAD telah menjadi university life (universitas kehidupan).” kata Diyah Puspitarini, S.Pd., M.Pd. alumni Magister Manajemen Pendidikan (S2 MP) sekaligus Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiah 2016-2020.
Salah satu dosen yang membuat dia terkesan adalah Dr. Dwi Sulisworo, M.T. Diyah mengaku, Pak Dwi pangilan akrabnya adalah inspiring leader. Sebagai pimpinan rombongan, ia banyak memberikan pelajaran berharga, bagaimana memanage 36 peserta kunjungan dengan baik, menjaga suasana selalu cair meski ada masalah tertentu tetapi mampu diselesaikan dan dikomunikasikan dengan baik.
"Kemampuan berkomunikasi dan cara memandu Beliau dalam mendampingi para mahasiswa disetiap kunjungan, sharing ilmu dalam berbagai kesempatan, adalah ilmu yang sangat berharga.” Kata Diyah saat ditemui tim Kabar UAD, Sabtu (10/9/2016) di Kampus 1 UAD.
Hal tersebut dirasakan saat Program Pascasarjana UAD mengadakan kunjungan ke Luar Negeri Mei 2013 melalui program academic excursion. Ia mengaku itu adalah kunjungan pertama ke Luar Negeri. “Pengalaman pertama itu sangat berkesan, dan mampu membuka wawasan baru, serta membuatnya lebih berani dan percaya diri.“ Ujarnya.
Berbekal pengalaman dan bekal keilmuan tersebut, tahun berikutnya (2014) Diyah berani menyelenggarakan student exchange bersama kepala sekolah serta 10 siswa-siswinya berkunjung ke Malaysia. Saat ini, kerja sama sudah dilakukan dengan beberapa sekolah di Malaysia, dan telah menerima kunjungan balasan. “Belum lama ini kami juga menerima kunjungan untuk program pembelajaran dari dosen dan mahasiswa University Saint Anthony (USANT, Filipina). Ini juga berkat bantuan dan kerja sama dengan UAD,” ungkapnya.
Lebih lanjut Perempuan berkacamata minus tersebut mengatakan, selain Dwi Sulisworo dosen yang sangat berkesan adalah Prof. Dr. Aliyah Rasyid Baswedan. Ia mengaku banyak mendapatkan inspirasi dosen tersebut. Salah satu kata-kata yang masih melekat adalah. “Menghadapi hal yang baru itu, seperti naik mobil di jembatan layang Lempuyangan (tanjakan kemudian menurun). Kita belum tahu tentang apa yang ada di depan. Yang perlu kita lakukan adalah terus maju, tetap tenang, optimis bisa, dan selalu berhati-hati.”
“Kata-kata Itu sangat inspiratif, dan benar-benar mampu mendorong semangat saya untuk berani mencoba. Tesis saya tentang pengembangan, dan itu baru pertama kalinya di S2 MP UAD. Awalnya saya sempat ragu, tetapi ingat dengan pesan Bu Aliyah tersebut, maka saya berani mencoba, dan akhirnya bisa,” kenang Diyah.
Kita jangan takut, bahkan anti dengan hal baru, justru harus dicoba, pelajari dengan baik, semangat untuk perubahan, dan selalu optimis bahwa kita bisa dan akan menjadi lebih baik.”
Perempuan yang juga menjadi Kepala Sekolah di SMP Muhammadiyah 2 Depok, Sleman ini mengaku, berani menerima amanah tersebut dengan berbekal ilmu dan pengalaman selama kuliah di UAD.
Selain menjadi kepala sekolah SMP termuda se-Kabupaten Sleman, Diyah juga menggagas membangun sekolah berbasis lingkungan (sekolah adiwiyata). Hal tidak luput dari dukungan staf pengajar UAD Program tersebut sangat berhasil mengubah SMP Muhammadiyah 2 Depok yang sebelumnya belum apa-apa menjadi sekolah yang diminati oleh para siswa serta orang tua, begitu juga kepercayaan lingkungan sekitar juga semakin meningkat. Kunjungan dari berbagai pihak juga semakin banyak termasuk dari Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Kerjasama untuk mewujudkan gagasan tersebut kami lakukan dengan program studi Pendidikan Biologi UAD sampai sekarang.
“Alhamdulillah, sekolah kami sekarang berubah total, menjadi sekolah yang sangat diminati, menjadi salah satu kebanggaan Muhammadiyah. Guru-guru juga makin bersemangat, pola pikirnya berubah dengan mau menelaah, mau berubah untuk menuju kemajuan. Dan saat ini, sedang menuju Sekolah Adiwiyata Nasional,” kata Diyah yang telah dilantik menjadi ketua umum Nasyiatul Aisyiyah (NA) tersebut.
Hubungannya sebagai alumnus S2 MP dengan para dosen serta pengelola masih terus terjalin dengan baik. Jika ada hal-hal yang terkait dengan ide atau bahkan masalah tertentu, Diyah masih berkonsultasi dengan para dosen. “Alhamdulillah selalu diberikan saran dan masukan, beberapa laternatif yang solutif,” sambungnya. Sehingga proses belajar meski sudah lulus terus berlangsung. Berbagai masukan, saran, serta bimbingan dari dosen UAD berimbas pada pola pikir para guru di SMP Muhammadiyah 2 Depok yang dipimpinnya. “Kami lebih berani untuk menyampaikan ide-ide besar untuk kemajuan sekolah. Pola pikir kami berkembang sangat pesat, dan itu berimbas pada berbagai prestasi siswa yang terus meningkat,”kata Diyah.
“Kami berharap UAD secara terus-menerus memberikan pendampingan dan bimbingan kepada kami, melanjutkan berbagai kerjasama untuk kemajuan sekolah sehingga dapat menjadi sekolah unggulan yang menjadi kebanggaan Persyarikatan Muhammadiyah,” demikian harapan Diyah Puspitarini mengakhiri wawancara dengan Kabar UAD (DN/Sbwh).