Belajar Orasi dan Ceramah di PERSADA

Untuk meningkatkan keterampilan berdakwah para santri, Pesantren KH. Ahmad Dahlan (PERSADA) Bidang Bahasa menyelenggarakan kegiatan rutin yang dinamakan Muhadarah. Melalui kegiatan ini, para santri dilatih untuk menyampaikan orasi maupun ceramah.

“Kami berharap setelah keluar dari PERSADA, para santri mampu menguasai teknik public speaking dengan benar, memiliki mental yang baik juga mampu menyampaikan ilmu yang telah dipelajari kepada orang lain,” ungkap Ferawati, Kepala Bidang Perkuliahan dan Akademik PERSADA.

Setiap bulan Ramadhan, sambung ibu yang juga menjadi dosen Fakultas Tarbiyah dan Dirasat Islamiyah UAD ini, PERSADA menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Dalam kegiatan tersebut, banyak santri yang diminta memberikan ceramah, mengajar TPA, dan menjadi imam shalat tarawih.

Fiqih Maisaroh menambahkan, Muhadarah dilaksanakan secara rutin setiap Kamis usai shalat Isya, dengan tata ruang seperti kegiatan perkuliahan. Harapannya, santri lebih siap ketika diminta ceramah sewaktu-waktu. (Mas DF)

Tabligh Akbar Memperingati Milad UAD ke-56

“Sebagai salah satu perguruan tinggi Muhammadiyah, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) harus semakin berprestasi di bidang sains, teknologi, dan akademik. Sebab, untuk menghadapi masa yang akan datang, umat Islam harus bangkit dengan kekuatan intelektual, dan UAD memiliki tanggung jawab itu,” pesan Dien ketika menyampaikan ceramah di Masjid Islamic Center.

Tabligh akbar yang diselenggarakan Senin (26/12/2016) dari pukul 19.00โ€’21.00 WIB tersebut dihadiri oleh lebih dari 1.000 jamaah dari kalangan dosen dan karyawan UAD, mahasiswa, PCM dan PRM Muhammadiyah, serta masyarakat umum.

Dalam rangkaian acara memperingati Milad UAD ke-56, Fakultas Tarbiyah dan Dirasat Islamiyah (FTDI) selaku penyelenggara dan penanggung jawab mengundang tokoh nasional Prof. Dr. H. Dien Syamsuddin, M.A. sebagai pembicara.

Menurut Ferawati selaku penanggung jawab pelaksana kegiatan, tujuan diadakannya acara ini dengan mengundang Dien Syamsuddin adalah untuk memberikan informasi penting terkait isu-isu kekinian di Indonesia, khususnya ditujukan kepada masyarakat Muhammadiyah.

“Pak Dien sangat kompeten dan memahami isu-isu kekinian, ini penting bagi kita, khususnya mahasiswa UAD. Dosen, karyawan, dan mahasiswa harus meng-update informasi agar bisa berpikir secara kritis dan memberikan respons terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi,” ungkap Fera. (ard)

Milad UAD ke-56: Dongeng Ceria Bersama Kak Bimo

“Dongeng Ceria” merupakan salah satu acara dari rangkaian kegiatan Milad Universitas Ahmad Dahlan (UAD) ke-56 yang bertujuan untuk mengenalkan dan menanamkan ilmu agama Islam kepada anak-anak.

“Sejak dini, anak-anak sudah harus dikenalkan dengan ilmu agama. Menggunakan dongeng sebagai media merupakan alternatif agar anak tidak jenuh mendengarkan,” ungkap Ferawati selaku penanggung jawab pelaksana kegiatan tersebut.

Acara yang diselenggarakan di Masjid Islamic Center pada Senin, 26/12/2016 itu dihadiri lebih dari 700 peserta dari putra-putri dosen serta anak-anak TPA di lingkup UAD. Dongeng ceria mendapat sambutan antusias dan  mengundang gelak tawa.

Bambang Bimo Suryono atau biasa disapa Kak Bimo selaku pendongeng telah berhasil memberikan hiburan dan pendidikan dalam waktu yang bersamaan. Dalam acara ini, panitia juga menyediakan snack bagi semua peserta dan doorprize untuk anak-anak yang aktif berpartisipasi saat acara berlangsung.

“Selain untuk mengenalkan ilmu agama, acara ini juga bertujuan mengenalkan dan mendekatkan UAD kepada masyarakat,” pungkas Ferawati ketika ditemui di Islamic Center UAD. (ard)

Diyah Puspitarini Ketua Nasyiatul Aisyiyah: UAD ADALAH UNIVERSITAS KEHIDUPAN

“Saya sangat terkesan dengan UAD, meski hanya studi Magister selama dua tahun, akan tetapi sangat banyak ilmu yang didapatkan. UAD telah menjadi university life (universitas kehidupan).” kata Diyah Puspitarini, S.Pd., M.Pd. alumni Magister Manajemen Pendidikan (S2 MP) sekaligus Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiah 2016-2020.

Salah satu dosen yang membuat dia terkesan adalah Dr. Dwi Sulisworo, M.T. Diyah mengaku, Pak Dwi pangilan akrabnya adalah inspiring leader. Sebagai pimpinan rombongan, ia banyak memberikan pelajaran berharga, bagaimana memanage 36 peserta kunjungan dengan baik, menjaga suasana selalu cair meski ada masalah tertentu tetapi mampu diselesaikan dan dikomunikasikan dengan baik.

"Kemampuan berkomunikasi dan cara memandu Beliau dalam mendampingi para mahasiswa disetiap kunjungan, sharing ilmu dalam berbagai kesempatan, adalah ilmu yang sangat berharga.” Kata Diyah saat ditemui tim Kabar UAD, Sabtu (10/9/2016) di Kampus 1 UAD.

Hal tersebut dirasakan saat Program Pascasarjana UAD mengadakan kunjungan ke Luar Negeri Mei 2013 melalui program academic excursion. Ia mengaku itu adalah kunjungan pertama ke Luar Negeri. “Pengalaman pertama itu sangat berkesan, dan mampu membuka wawasan baru, serta membuatnya lebih berani dan percaya diri.“ Ujarnya.

Berbekal pengalaman dan bekal keilmuan tersebut, tahun berikutnya (2014) Diyah berani menyelenggarakan student exchange bersama kepala sekolah serta 10 siswa-siswinya berkunjung ke Malaysia. Saat ini, kerja sama sudah dilakukan dengan beberapa sekolah di Malaysia, dan telah menerima kunjungan balasan. “Belum lama ini kami juga menerima kunjungan untuk program pembelajaran dari dosen dan mahasiswa University Saint Anthony  (USANT, Filipina). Ini juga berkat bantuan dan kerja sama dengan UAD,” ungkapnya.

Lebih lanjut Perempuan berkacamata minus tersebut mengatakan, selain Dwi Sulisworo dosen yang sangat berkesan adalah Prof. Dr. Aliyah Rasyid Baswedan. Ia mengaku banyak mendapatkan inspirasi dosen tersebut. Salah satu kata-kata yang masih melekat adalah. “Menghadapi hal yang baru itu, seperti naik mobil di jembatan layang Lempuyangan (tanjakan kemudian menurun). Kita belum tahu tentang apa yang ada di depan. Yang perlu kita lakukan adalah terus maju, tetap tenang, optimis bisa, dan selalu berhati-hati.”

“Kata-kata Itu sangat inspiratif, dan benar-benar mampu mendorong semangat saya untuk berani mencoba. Tesis saya tentang pengembangan, dan itu baru pertama kalinya di S2 MP UAD. Awalnya saya sempat ragu, tetapi ingat dengan pesan Bu Aliyah tersebut, maka saya berani mencoba, dan akhirnya bisa,” kenang Diyah.

Kita jangan takut, bahkan anti dengan hal baru, justru harus dicoba, pelajari dengan baik, semangat untuk perubahan, dan selalu optimis bahwa kita bisa dan akan menjadi lebih baik.”

Perempuan yang juga menjadi Kepala Sekolah di SMP Muhammadiyah 2 Depok, Sleman ini mengaku, berani menerima amanah tersebut dengan berbekal ilmu dan pengalaman selama kuliah di UAD.

Selain menjadi kepala sekolah SMP termuda se-Kabupaten Sleman, Diyah juga menggagas membangun sekolah berbasis lingkungan (sekolah adiwiyata). Hal tidak luput dari dukungan staf pengajar UAD Program tersebut sangat berhasil mengubah SMP Muhammadiyah 2 Depok yang  sebelumnya belum apa-apa menjadi sekolah yang diminati oleh para siswa serta orang tua, begitu juga kepercayaan lingkungan sekitar juga semakin meningkat. Kunjungan dari berbagai pihak juga semakin banyak termasuk dari Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Kerjasama untuk mewujudkan gagasan tersebut kami lakukan dengan program studi Pendidikan Biologi UAD sampai sekarang.

“Alhamdulillah, sekolah kami sekarang berubah total, menjadi sekolah yang sangat diminati, menjadi salah satu kebanggaan Muhammadiyah. Guru-guru juga makin bersemangat, pola pikirnya berubah dengan mau menelaah, mau berubah untuk menuju kemajuan. Dan saat ini, sedang menuju Sekolah Adiwiyata Nasional,” kata Diyah yang telah dilantik menjadi ketua umum Nasyiatul Aisyiyah (NA) tersebut.

Hubungannya sebagai alumnus S2 MP dengan para dosen serta pengelola masih terus terjalin dengan baik. Jika ada hal-hal yang terkait dengan ide atau bahkan masalah tertentu, Diyah masih berkonsultasi dengan para dosen. “Alhamdulillah selalu diberikan saran dan masukan, beberapa laternatif  yang solutif,” sambungnya. Sehingga proses belajar meski sudah lulus terus berlangsung. Berbagai masukan, saran, serta bimbingan dari dosen UAD berimbas pada pola pikir para guru di SMP Muhammadiyah 2 Depok yang dipimpinnya. “Kami lebih berani untuk menyampaikan ide-ide besar untuk kemajuan sekolah. Pola pikir kami berkembang sangat pesat, dan itu berimbas pada berbagai prestasi siswa yang terus meningkat,”kata Diyah.

“Kami berharap UAD secara terus-menerus memberikan pendampingan dan bimbingan kepada kami, melanjutkan berbagai kerjasama untuk kemajuan sekolah sehingga dapat menjadi sekolah unggulan yang menjadi kebanggaan Persyarikatan Muhammadiyah,” demikian harapan Diyah Puspitarini mengakhiri wawancara dengan Kabar UAD (DN/Sbwh).

 

 

MADAPALA Tanam 260 Pohon di Kampus 3

“Selain untuk meghijaukan kampus, acara ini bertujuan untuk memperindah estetika kampus dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat UAD dengan produksi oksigen yang lebih banyak dan berkualitas,” jelas Ihamsyah. Saat ditemui di Green Hall Kampus 3 Universitas Ahmad Dahlan, mahasiswa semester 5 tersebut menjelaskan bahwa saat audiensi, pihak kampus merespon program kerja ini dengan sangat baik sehingga seluruh administrasi dan perijinan menjadi dipermudah.

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Mahasiswa Ahmad Dahlan Pecinta Alam (MADAPALA) melakukan penghijauan kampus pada 28 Desember lalu. Rangkaian acara Penghijauan Kampus ini dimulai dengan pelaksanaan seminar Etika, Moral dan Kepedulian Mahasiswa Terhadap Lingkungan sehari sebelumnya di auditorium A Kampus 3 UAD. Mendatangkan dua pembicara dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) dan Badan Konsevasi Sumber Daya Alam (BKSDA), seminar ini bertujuan mengedukasi mahasiswa tentang pentingnya kepedulian mahasiswa terhadap lingkungan hidup.

Ilhamsyah, ketua panitia acara Penghijauan Kampus, menjelaskan bahwa tindakan penghijauan kampus dirasakan oleh Madapala sangat tinggi urgensinya. Apalagi UAD adalah rumah yang menaungi Madapala, tentu penghijauan harus dimulai dari tempat yang paling dekat dahulu yaitu kampus. Program kerja kepengurusan inti Madapala ini semata-mata merespon keadaan Kampus 3 UAD yang dirasa masih kurang hijau, untuk kemudian diharapkan dapat dilanjutkan ke kampus-kampus UAD yang lain di tahun-tahun yang akan datang. Mahasiswa Fakultas Teknik Industri ini juga menekankan bahwa kegiatan penghijauan kampus ini tidak akan berhenti hanya sebatas penanaman, tetapi juga perawatan untuk ke depannya.

Sebanyak 20 tanaman gantung dan 260 pohon Pucuk Mera ditanam di area Kampus 3 UAD pada acara tersebut. Tanaman Pucuk Mera atau Oleana Syzigium dipilih karena tanaman ini adalah jenis pohon perindang perdu tropis yang cabang atau rantingnya dapat menyebar ke segala arah. Selain itu pohon ini membutuhkan jarak tanam yang cukup jauh yaitu minimal 1,5 m dan perawatan yang  sangat mudah serta pertumbuhan yang cepat membuat pohon ini cocok ditanam di area kampus.

Acara Penghijauan Kampus tersebut diawali dengan simbolisasi penanaman yang dilakukan oleh Wakil Rektor III, Dr. Abdul Fadil, M.T., Pembina UKM Madapala, dan Ketua Umum UKM Madapala. Kemudian dilanjutkan dengan ice breaking yang diisi oleh para sponsor kegiatan seperti Titik Nol, My Adventure dan Pendaki Muslim. Setelah istirahat, sekitar pukul 13.00 WIB barulah penanaman bersama dilakukan oleh Madalapa bersama delegasi seluruh Unit KM UAD.

Alumni FTI Ini Sukses Menggerakkan Masyarakat Sadar Akan Ekowisata Gunung Api Purba

Belajar organisasi kampus banyak membantu saya untuk sukses menggerakkan masyarakat sadar akan Ekowisata Gunung Api Purba Sugeng Handoko.

“Motivasi didapat ketika ia mengikuti banyak organisasi di kampus Universitas Ahmad Dahlan (UAD).” Kata Sungen saat ditemui di kantornya Gunung Api Purba, Kamis (6/10/2016).

Lelaki yang suka pakai blangko itu saat menjadi mahasiswa pernah menjadi pengurus DPM FTI, HMTI UAD, sampai menjadi asisten dosen praktikum Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi.

Setelah lulus tahun 2011, Sugeng Handoko giat melakukan sosialisasi dengan muda-mudi dan masyarakat di desanya mengenai pentingnya melestarikan dan menjaga Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba, baik kebudayaan, flora, maupun fauna yang ada.

“Dulu saya dapat menggerakkan berbagai organisasi baik di kampus maupun di luar kampus, tetapi malah di desa sendiri saya gagal menggerakkan masyarakat untuk mengenalkan potensi dari tempat wisata yang ada,” ungkapnya.

Berangkat dari hal itu dirinya terpacu untuk lebih giat bekerja dalam memberikan pengertian pada masyarakat tentang pentingnya memiliki kesadaran akan potensi sekitar. Terlebih potensi tempat wisata di daerahnya.

Sugeng Handoko merasa beruntung belajar di Fakultas Teknik UAD. Kampus yang berbasis Islam itu banyak memberikan ilmu tentang bagaimana cara memaknai hidup. Melalui mata kuliah yang di berikan, khususnya mata kuliah tentang ilmu keislaman.

“Di UAD nilai keislaman lebih ditonjolkan lewat mata kuliah sertifikasi 1 sampai 4 dan studi Islam. Saya sepakat, orang sukses itu bukan orang kaya raya atau banyak harta, tapi orang yang dapat memberikan banyak manfaat pada banyak orang.” Nilai-nilai itu yang dipegang untuk dapat memajukan pariwisata di Gunung Api Purba.

Sungeng memutuskan untuk memajukan daerah tempat tinggalnya lewat sektor pariwisata. Padahal saat itu dia mendapat tawaran dari salah satu perusahaan BUMN. “Bagi saya kesuksesan itu bukan kesuksesa yang dicapai secara pribadi. Sukses bagi saya sesutu hal yang dicapai bersama-sama dengan masyarakat di sekitar.“ Ungkapnya.

Pentingnya kesadaran masyarakat mengenai potensi daerah wisata di sekitar mereka memiliki keuntungan di berbagai aspek, salah satunya dapat memajukan daerah wisata tersebut dengan cepat. Selain mendapat pemasukan tambahan, juga dapat membuka lapangan pekerjaan baru.

Sugeng Handoko adalah salah satu penggerak dalam memajukan bidang pariwisata, juga memberikan pengertian tentang wirausaha sosial pada masyarakat melalui keikutsertaannya dalam mengelola tempat wisata di Nglanggeran, Gunungkidul. Pria kelahiran Gunungkidul 28 tahun yang lalu ini menjadi salah seorang yang peduli tentang kawasan ekowisata yang ada di daerah tersebut.(eng/Sbwh).

Mursidi, Ketua Nglangeran Gunung Api Purba UAD Mempunyai Kontribusi Besar dalam Pembentukan Karakter Sugeng

“Kontribusi Sugeng sangat besar  dalam pengembangan wisata di Nglangeran Gunung Api Purba ini. Selain punya jaringan dalam memperkenalkan wisata di sini, dia juga menjadi motor penggerak kegiatan pariwisata.” Kata Mursidi sebagai ketua Pok Daris (Kelompok Sadar Wisata) saat ditemui dikantornya, Nglangeran Gunung Api Purba, Kamis (6/10/2016).

Dia adalah pemuda yang bisa mengemas wisata dengan baik. Kemampuan yang dimilikinya membuat wisata di sini lebih baik sehingga, wisata di sini bisa dikenal oleh banyak pihak. Hal itu bisa meningkatan perekonomian masyarakat setempat.

Senada dengan beberapa tukang parkir yang ditemui. Katanya, sekalipun Sugeng sebagai sekertaris, dia berperan sangat aktif dalam pengelolaan wisata. Kinerjanya bagus, dan cepat. Komonikasi dengan orang yang di bawahnya atau orang sekitar baik saat bertemu maupun di forum kecil yang membicarakan pengembangan desa wisata.

“UAD mempunyai kontribusi besar dalam pembentukan karakter Sungeng sehingga bisa mengolah desa wisata dengan cepat. Meskipun jurusannya Tehnik Industri yang tidak banyak hubungannya dengan wisata tapi dia terus berupaya untuk mengembangkan dengan ilmu yang dimiliki. Salah satu yang telah dilakukan oleh Mas Sungeng panggilan akrabnya adalah sistem intranet untuk mempermudah komunikasi ke luar. Dia buat web, FB dan media sosial media lainnya yang dipelajarinya di UAD.” Papar Mursidi.

Lebih lanjut Mursidi mengatakan, UAD adalah salah satu kampus terkemuka di Jogja. Di sana banyak menghasilkan mahasiswa yang luar biasa, dalam hal ini menciptakan sumber daya manusia yang bisa bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat seperti Sungeng.

“Sugeng bisa mengemas desa Ngalangran menjadi desa wisata. Sebelumnya masyarakat hanya bekerja sebagai petani tapi sekarang bisa mengolah dari situ masuk.” Tukasnya. (Sbwh)

Declaration of Yogyakarta Without violence

In order to accomplish a secure, peaceful and free of violence province of Yogyakarta, the Centre for Women's Studies (PSW) Ahmad Dahlan University (UAD) cooperating with Violence Victim Protection Forum (FPKK) organized "Jogja, Special Province Without violence"

"Jogja, this special province should be secure and free from violence against women and children, "said Rector of UAD, Dr. Kasiyarno, M.Hum. at the Jogja Declaration Without Violence which was held at Margo Utomo street Yogyakarta (in front of the editorial office of KR), Sunday (04/12/2016)

The event coincided with the international day of anti-violence against women and children began with doing gymnastics together, green walk, then declaration of Yogyakarta special province without violence recitation by Kasiyarno and Sari Murti, giving door prizes, and entertainment from Music and Dance UKM of Ahmad Dahlan University (UAD).

DR. Sari Murti Widiyastuti, SH., M. Hum, the chairman of the committee said that the purpose of this event was to encourage people of Yogyakarta to be aware of in order to care about fellow human beings.

Deklarasi Jogja Tanpa Kekerasan

Dalam rangka  mewujudkan Yogyakarta yang aman,  damai, dan bebas kekerasan,  Pusat Studi Wanita (PSW) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) bekerja sama Forum Perlindungan Korban Kekerasan (FPKK)  menyelenggarakan kegiatan “Jogja Istimewa Tanpa Kekarasan”

“Jogja yang istimewa ini harus aman. Termasuk harus aman dari kekerasan terhadap perempuan dan anak, ” kata Rektor UAD, Dr. Kasiyarno, M.Hum. pada acara Dekalarasi Jogja Tanpa Kekerasan yang diadakan di Jalan Margo Utomo Yogyakarta (depan kantor redaksi KR), Minggu (4/12/2016)

Acara yang bertepatan dengan hari anti kekerasan terhadap perempuan internasional ini diawali dengan senam bersama. Kemudian dilanjutkan dengan jalan sehat, deklarasi jogja istimewa tanpa kekerasan yang dibacakan oleh Kasiyarno dan Sari Murti, bagi-bagi doorprize, serta hiburan dari UKM Tari dan UKM Musik Universitas Ahmad Dahlan (UAD).

Menurut DR. Sari Murti Widiyastuti, SH.,M.Hum  ketua panitia kegiatan  bahwa tujuan diselenggarakannya acara ini adalah untuk mengajak masyarakat Yogyakarta agar peduli terhadap sesama manusia.

“Jangan diam ketika melihat ada kekerasan di sekitar anda, dan lakukan sesuatu yang sangat berarti. Paling tidak memberikan informasi kepada korban. Bahwa dia tidak boleh diam.  Dia harus berbicara, dan melaporkan kepada penyedia pelayanan yang ada di Yogyakarta, ” said the woman who was born in Gunungkidul, a chairperson of FPKK DIY.

Book Fair for Studentsโ€™ Creativity

"The book fair was held to show the talent of PBSI students," said Lykha Novitasari. The Chairman of the Committee informed that the purpose of the fair was used as an activity to unify the PBSI students, provide entertainment, and enhance the creativity of the students.

During the five-days, 5-10 December 2016, the Hall of campus II UAD was fulfilled by PBSI students who visited the Book Fair. The entertainment and Book Fair were organized in order to welcome the new members of the Indonesian Language and Literature Student Association (HMPS PBSI) 2016.  The theme of this Fair is "reading books and working Increase Students' Creativity".

As in previous years, HMPS PBSI invited all students of PBSI to participate in the Fair. Each class had a chance to perform a show on stage. Students could sing, play a monologue, read poetry, and read short stories.

Particularly, the book fair was held to perform famous publisher such as Diva Press, some inspiration books from other publishers, and private collections of books from Lecturers of PBSI. (dev)