Pentingnya Komunikasi

Salah satu pelayanan untuk mahasiswa di era global ini adalah kelancaran komunikasi, khususnya di media sosial.

“Komunikasi itu penting. Untuk melancarkan komunikasi khusus di bidang IT, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menyediakan kuota internet kurang lebih 795 Mbps,” kata Dr. Kasiyarno, M.Hum. saat memberikan sambutan di acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pusat Muhammadiyah di kampus III UAD, Kamis (5/5/2016).

Selain itu, untuk meningkatkan kualitas, UAD juga melakukan kerja sama dengan Telkom dan beberapa bidang informasi lainnya.

Menanggapi tentang Rakernas MPI, Kasiyarno berharap Rakernas MPI kali ini dapat menciptakan program untuk mendukung dakwah Muhammadiyah berkemajuan. Salah satu yang dilakukan untuk memajukan dakwah, MPI terus berbenah menghadapi perkembangan teknologi.

Pada Rakernas kali ini, menurut Ketua MPI PP Muhammadiyah, Dr. Muchlas, M.T. akan dibicarakan arah kebijakan program MPI PP Muhammadiyah dan presentasi program kerja MPI PP Muhammadiyah 2015-2020.

Tema yang diangkat pada Rakernas tersebut adalah “Pendayagunaan Teknologi Informasi untuk Integrasi dan Internasionalisasi Dakwah Islam Berkemajuan”.

 

The Importance of Communication

Communication especially social media is one of services the students get from university in this global era.

‘Due to the importance of communication especially related to Information Technology (IT) University of Ahmad Dahlan provides internet quota as much as 795 Mbps,’ said Dr. Kasiyarno, M.Hum. as he was delivering an opening speech at National Workshop (Rakernas) of National Council of Library and Information Practitioners (MPI) Central Board of Muhammadiyah at Campus III UAD on Thursday (5/5/2016).

Besides improving communication service, UAD also collaborates with Telkom the national telecommunication company with its departments.

For the workshop, Kasiyarno expected that the event could accommodate Muhammadiyah’s Islamic advanced proselytizer. One of the efforts is always to be prepared to catch up with technology development.

By this event, according to Chief of MPI Central Board of Muhammadiyah Dr. Muchals, M.T., MPI was discussing its policy and agenda for 2015-2020 of its working service.

Enhancing The Use of Information Technology for Integration and Internationalization of Islamic Advanced Proselytizer was the theme of the workshop.

 

The Opening Ceremony of The 14th Anniversary of FKM UAD

 

A series of programs is to carry out to celebrate the 14th anniversary of Faculty of Public Health University of Ahmad Dahlan (FKM UAD). Tabligh Akbar or great Islamic proselytizer marked the opening ceremony at UAD’s Islamic Center Complex on South Ringroad, Banguntapan, Bantul.

In the event the dean of the faculty, Rosydah, S.E., M.Kes. tuned a gong as an official mark of the anniversary. The great Islamic proselytizer was held last Thursday (5/5/2016) from 9 a.m. to 11 a.m. presenting Okrisal Eka Putra, Lc. M.Ag a lecturer of UAD at Psychology Department. The event was attended by some 300 students of different departments at UAD.

The great Islamic proselytizer was also meant to commemorate the birth of Prophet Muhammad SAW on Rajab 27th of Islamic calendar. The day is called Isra’ Mi’raj which means Prophet’s journey from Mosque Al-Haram in Mecca to Mosque Al-Aqsha in Palestine and his journey to the highest outer space.

Okrisal told that Isra’ Mi’raj is an important event for in the event Prophet Muhammad SAW was assigned to tell to the people to practice five prayers Shalat which will be first credited. It is from Mi’raj the study of outer space began. (AKN)

Pembukaan Milad FKM UAD Ke-XIV

 

Serangkaian acara akan diselenggarakan untuk memperingati Milad Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan (FKM UAD) yang ke-XIV. Dalam pembukaan kegiatan tersebut, diadakan tabligh akbar di Masjid Ahmad Dahlan, Kompleks Islamic Center UAD, Jalan Ringroad Selatan, Banguntapan, Bantul.

Pada acara tabligh akbar tersebut, diadakan penabuhan gong oleh Rosyidah, S.E., M.Kes. selaku dekan FKM sebagai tanda dibukanya serangkaian acara dalam peringatan Milad.

Tabligh akbar pada Kamis (5/5/2016) sejak pukul 09.00-11.00 WIB tersebut menghadirkan Okrisal Eka Putra, Lc., M.Ag. Ia merupakan salah satu dosen UAD Prodi Psikologi. Peserta yang terlibat berjumlah sekitar 300, berasal dari seluruh fakultas di UAD.

Selain sebagai acara pembuka pada peringatan Milad FKM, tabligh akbar juga diadakan untuk memperingati hari Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw. yang bertepatan pada tanggal 27 Rajab.

Isra’ Mi’raj merupakan proses isra’-nya Rasulullah Saw. dari Masjid al-Haram menuju Masjid al-Aqsa’, atau dari kota Makkah ke Madinah, Saudi Arabia.

Okrisal menerangkan, peristiwa Isra’ Mi’raj ini merupakan hal penting. Karena pada peristiwa tersebut, Rasulullah Saw. membawa “oleh-oleh” berupa amalan yang paling pertama diperhitungkan di hari akhir nanti, yaitu shalat. Selain itu, dari peristiwa Isra’ Mi’raj-lah ilmu pengetahuan tentang luar angkasa menjadi suatu kajian ilmiah yang dipelajari sampai saat ini. (AKN)

 

The Convergence of Media and Participation Culture in Islamic Progressive Proselytizer

The progress of mobile and digital technology boosts media industry toward a new era of integration, synchronization, and conglomeration (Tapsell, 2015)

 On Thursday (5/5/2016) Taufiqur Rahman in his working paper in National Workshop (Rakernas) MPI at Campus III University of Ahmad Dahlan (UAD) said that there are some implications of converging media. Among others, the strengthening of media conglomeration, the emerging of ‘one newsroom’ for multiplatform news media, the integration of social media, and public journalism as mainstream media.

In order to prevent from the above mentioned cases, we have to know the things that may influence them. One of them is the media participation culture.

By quoting Jenkins, Taufiqur Rahman presented the characteristics of participation culture. Those are more opportunities for creative expression, public participation, and stronger support for creation to share with others, experts’ informal assistance for the beginners, assurance of meaningful contribution, and social relationship among participants.

‘For sure, public contribution is very helpful in gathering information but the data may be invalid and less accurate,’ Taufiqur Rahman added. This can lead to a dangerous situation where the Islamic proselytizer loses its essence. Due to the above reasons, Din Syamsudin emphasizes the need for clear Muhammadiyah Islamic vision free from space and time dimension but movement in order that it can encourage or mobilize the nation to meet the slogan Today is better than yesterday and Tomorrow is better than today.

Konvergensi Media dan Budaya Partisipasi dalam Dakwah Islam Berkemajuan

Proses teknologi mobile dan digital mendorong industri media menuju arah baru untuk melakukan integrasi, sinkronisasi, dan konglomerasi (Tapsell, 2015).

Taufiqur Rahman dalam makalahnya pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) MPI di kampus III Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Kamis (5/5/2016) mengatakan, ada beberapa implikasi konvergensi media. Di antaranya penguatan konglomerasi media, muncul fenomena “one newsroomfor multiplatform news media, integrasi media sosial, dan jurnalisme warga dengan media mainstream.

Untuk menanggulangi hal tersebut, kita perlu mengetahui hal-hal yang memengaruhi. Salah satunya adalah gejala budaya partisipan media tersebut.

Mengutip pernyataan Jenkins, Taufiqur Rahman menyampaikan ciri-ciri budaya partisipasi. Yakni minimnya hambatan terhadap ekspresi kreatif dan keterlibatan warga, dukungan kuat untuk mencipta dan berbagi karya dengan orang lain, bimbingan informal dari ahli buat para pemula, keyakinan bahwa setiap kontribusi itu berarti, serta ada hubungan sosial yang dirasakan oleh pihak-pihak yang terlibat.

Tentu saja, lanjut Taufiqur Rahman, kontribusi masyarakat sangat membantu dalam memberikan informasi. Tapi di sisi lain juga memungkinkan data yang ditulis tidak valid dan kurang tepat.

Akan tetapi, yang sangat membahayakan adalah bagaimana kini tontonan tidak lagi menjadi tuntunan. Inilah yang sangat susah untuk melakukan dakwah Islam berkemajuan. Karena itu, seperti yang dikatakan Din Syamsudin, untuk berdakwah, perlu visi keislaman Muhammadiyah yang tidak terikat dengan dimensi ruang dan dibatasi waktu, tetapi terkait dengan dimensi gerak. Yakni untuk menggerakkan bangsa agar hari ini lebih baik dari kemarin, dan yang akan datang harus lebih baik dari hari ini.

 

Rumahku Adalah Surgaku

 

Itulah tema yang diangkat dalam acara Tabligh Akbar, Minggu (24/4/2016). Acara yang diprakarsai oleh Lembaga Pengembangan Studi Islam Universitas Ahmad Dahlan (LPSI UAD) ini mendapat respons sangat baik dari mahasiswa dan masyarakat umum. Terbukti, ribuan orang memadati Masjid Ahmad Dahlan, yang berlokasi di Kompleks Islamic Center, kampus IV UAD, Jalan Ringroad Selatan, Bantul.

Dalam acara tersebut, menghadirkan dua pembicara. Mereka adalah Ustadz Bachtiar Natsir, Lc. dan Ustadz Okrizal Eka Putra. Masing-masing memberikan taushiyah tentang “Bagaimana Menciptakan Suatu Keluarga Agar Dapat Bersama-sama Menuju Surga-Nya.”

Okrizal yang merupakan Dosen Fakultas Psikologi UAD ini menyebutkan bahwa ciri-ciri penghuni surga yang paling umum adalah di atas rata-rata. Maksudnya, kemampuan yang dimiliki seseorang, baik spiritual, emosional, dan intelektual, dapat dikendalikan dengan baik. Sebagai contoh adalah orang yang mampu memaafkan orang lain.

Memaafkan merupakan hal yang paling sulit bagi setiap orang. Namun, jika seseorang mampu memaafkan orang lain, maka ia termasuk calon penghuni surga. Karena tentu tiga kemampuannya tadi telah terasah dengan baik.

Sementara itu, berbicara tentang “Rumahku adalah Surgaku”, tidak terlepas dari membina rumah tangga. Menikah sendiri hukumnya mubah. Tetapi, akan menjadi wajib jika dirasa sudah memenuhi kriteria untuk menjalankannya.

Dalam pembahasan Ustadz Bachtiar Natsir, Lc., terdapat beberapa langkah mencari pasangan untuk bersama-sama membina rumah tangga berdasarkan ajaran Islam demi menuju surga-Nya kelak. Memilih pasangan berdasarkan tuntunan Rasulullah Saw. telah dianjurkan dalam Islam. Namun yang terpenting adalah ia yang baik agamanya, karena itu merupakan proses menciptakan Baiti Jannati.

Dari hal tersebut, akan didapatkan kenikmatan di dunia dan akhirat. Yakni memiliki jodoh yang shalih/shalihah, memiliki keturunan yang shalih/shalihah, serta dapat tercipta hubungan rumah tangga yang berasas sakinah (ketenangan jiwa), mawaddah (cinta kasih), dan warahmah (kasih sayang). (AKN)

 

Home Sweet Home

That was the theme of Tabligh Akbar or Great Islamic Proselytizer managed by Islamic Study Development Board of Ahmad Dahlan University (LPSI UAD) on Sunday (24/4/2016). This event received good response from public and students as there were many of them attended this event at Ahmad Dahlan Mosque in Islamic Center, UAD Campus IV, South Ring road, Bantul. 

Two speakers delivered their speeches. Ustadz Bachtiar Natsir, Lc. and Ustadz Okrizal Eka Putra who successively presented the topic of How to Build A Good Family to Become Residents of Allah’s Heaven.

Okrizal, a lecturer of Psychology Faculty UAD said that the characteristics of Paradise residents are those who are spiritually, emotionally and intellectually above average. It means they are able to manage those potentials well. An example of them is the characteristic of forgiving others.   

To forgive others is difficult for ordinary persons. If one could do so, he or she deserves to be a paradise resident for he must be able to manage the three potentials.

The theme Home Sweet Home is related to family building. The law of marriage is mu’bah (a matter of choice), but it becomes compulsory under certain conditions. 

In his presentation, Ustadz Bachtiar Natsir, Lc. said that there were some requirements in Islam to find a partner for a family to be prospective residents of paradise. Finding the partner is encouraged in Islam. But, the most important is religious obedience for it is the basic step toward religious deeds to constitute Baiti Jannati or Home Sweet Home.

By practicing religious deeds, a family will always create happy atmosphere here in the world and will be happy hereafter at heaven. There will be a husband, a wife, and children of obedience, which result in Sakinah or peaceful, mawaddah or affectionate, and warahmah caring conditions. (AKN) 

660 Mahasiswa UAD Dapat Beasiswa

Selasa (3/5/2016), di depan ruang rektorat kampus I Universitas Ahmad Dahlan (UAD) berbaris menunggu antrean mengambil uang beasiswa dengan tunai.

“Sebanyak 660 mahasiswa yang menerima beasiswa tahun ini. Sebelumnya, tahun 2015 ada 650 mahasiswa yang menerima beasiswa. Jumlah uang yang diterima oleh mahasiswa 840 ribu rupiah,” terang Darwis, Staf  Biro Kemahasiswaan dan Alumni (BIMAWA) saat ditemui di kantornya.

Penerima beasiswa merata di semua prodi.

“Kami mengambil 15% setiap angka angkatan. Setiap prodi akan dipilih melalui beberapa seleksi.”

Untuk mendapatkan beasiswa, kata Darwis. IPK harus tinggi, nilai Ujian Nasional juga harus tinggi.

“Selain itu, seleksi juga dilakukan dari penghasilan orang tua. Orang tua berpenghasilan rendah atau masih mempunyai tanggungan, maka diutamakan,” lanjutnya.

Darwis menambahkan, mahasiswa yang sudah mendapat beasiswa dari UAD, ia tidak akan mendapat beasiswa dalam waktu bersamaan, misal dalam satu tahun. Termasuk beasiswa yang diberikan oleh mitra UAD. Hal tersebut dilakukan untuk pemerataan.

“Mahasiswa akan dapat beasiswa jika mereka mengajukan tahun depannya. Atau mereka mengajukan ke Pemerintah Daerah (Pemda), itu boleh. Kami juga mendukung.”

Pengambilan beasiswa berlangsung sejak pukul 08.00-1200.

“Pengambilan uang berlangsung kondusif dan cepat. Jika semua mematuhi aturan, maka semua akan berjalan mudah. Kami juga tidak lelah meski mengurus banyak mahasiswa,” ujar Imong, satpam kampus I yang menjaga sekaligus mengumumkan mahasiswa yang sudah siap mengambil uang.

 

660 Scholarships from UAD

Tuesday (3/5/2016), there queued in front of University of Ahmad Dahlan (UAD) rectorate office a number of 660 students to draw cash money of UAD’s scholarship.

‘A number of 660 students are awarded scholarship this year an increase of the last year 650 scholarships. Every student gets an amount of Rp. 840.000,00,’ said Darwis a staff member of Bureau for Students Affairs and Alumni (BIMAWA) at his office.

‘They are 15% of first year students from all departments of UAD selected through different phases. One of the requirements to get the scholarship is high GPA and high score of national examination besides the consideration of their parents’ low wages,’ he explained.

 Darwis also said that the already getting scholarship cannot receive other grants either from UAD or from other institution cooperating with UAD. This is done to give equal chances for all students.

‘A student can get another scholarship the following year either from UAD or from local government (Pemda),’ he said.

The drawing of money lasted from 08.00 to 12.00 local time.

‘The drawing of money was fast and conducive. Should everyone follow the procedure, everything runs well. We are not tired in serving the students,’ said Imong a security officer at Campus I as he was watching the queue and calling the turn.