Menjadi yang Terbaik setelah Dua Kali Gagal

Dua kali gagal masuk di universitas negeri lewat jalur bidik misi, tidak mengecilkan niat Ana Rahmawati Wibowo untuk melanjutkan studi. Berkat informasi dari rekannya, Ana berhasil masuk Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta dan mendapat beasiswa selama 8 semester. Kemudahan dan kepercayaan yang diberikan oleh pihak kampus, dibalas oleh mahasiswi Prodi Ekonomi Pembangunan itu dengan nilai yang sangat memuaskan. Ia meraih IPK 3,94 dan menjadi mahasiswa dengan nilai tertinggi dalam wisuda periode Maret 2016.

“Kalau boleh jujur, sebenarnya dulu saya tidak tahu UAD. Saya selalu fokus untuk bisa masuk di perguruan tinggi negeri. Tetapi Allah berkehendak lain. Di sini adalah yang terbaik untuk saya,” ujarnya dengan ramah saat ditemui.

Beasiswa yang diberikan UAD kepada putri Bantul ini menjadi tantangan dan motivasi untuk menyelesaikan studi tepat waktu. Ana aktif di berbagai organisasi kampus seperti IMM, BEM, dan DPM. Selain itu, perempuan kelahiran 24 April 1994 ini menjabat sebagai ketua karang taruna di kampungnya.

Aktif di berbagai organisasi membuatnya mendapat ilmu yang tidak diperoleh dalam perkuliahan.

“Saya mendapat lebih banyak ilmu di luar perkuliahan serta dari diskusi dengan teman-teman organisasi dan masyarakat,” tuturnya dengan nada santai ketika diwawancarai di ruang rektorat Kamis (17/3/2016). Baginya, organisasi bukan menjadi kendala, melainkan pendorong untuk belajar dan memanajemen waktu.

Sejak kecil, putri dari Bapak Dalhari dan Ibu Painten ini sudah dilatih untuk hidup mandiri. Untuk mendapat tambahan uang saku, ia mengajar les privat dan berjualan pulsa. Ia beranggapan bahwa apa pun pekerjaan yang dilakukan harus totalitas dan tawakkal.

Baginya, kemudahan dalam perkuliahannya tidak bisa dicapai begitu saja. Harus ada kerja keras, keuletan, dan yang paling penting adalah berdoa. Anak bungsu dari tiga bersaudara ini memiliki kebiasaan yang jarang dilakukan oleh teman kampusnya, yakni rajin menjalankan puasa dan shalat yang disunnahkan oleh Rasulullah.

Sebagai wisudawan terbaik periode Maret 2016, ia berpesan agar mahasiswa jangan malas belajar, harus pandai membagi waktu, dan ikut organisasi. Jika ada waktu luang harus dimanfaatkan untuk mencari pengalaman di luar kampus.

“UAD seperti pelangi, banyak pengalaman yang saya dapatkan di sini. Terima kasih kepada segenap bapak ibu dosen, khususnya prodi Ekonomi Pembangunan. Terima kasih kepada kampus UAD yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu,” tutup Ana. 

Sambutan Rektor Upacara Wisuda Sarjana dan Pascasarjana Universitas Ahmad Dahlan Periode Maret 2016

 

Upacara Wisuda Program Sarjana dan Pascasarjana Universitas Ahmad Dahlan periode Maret 2016 dilaksanakan pada Sabtu 19 Maret 2016 di hall A Gedung Jogja Expo Center ini diikuti oleh 763 wisudawan dari 30 prodi S1 dengan IPK rata-rata 3,24 dan 6 prodi S2. Termasuk di dalamnya 10 wisudawan Program Pascasarjana Pendidikan Bahasa Inggris, 6 wisudawan Program Pascasarjana Pendidikan Fisika, 7 wisudawan Program Pascasarjana Psikologi Profesi, 5 wisudawan Program Pascasarjana Psikologi Sains Sekolah, 32 wisudawan Program Pascasarjana Farmasi, dan 7 wisudawan Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan.

Hingga saat ini, Program Pascasarjana UAD telah mewisuda 765 lulusan. Dengan demikian, alumni UAD sampai saat ini berjumlah 36841 orang. Wisudawan S1 dengan kelulusan tercepat dengan masa studi 3 tahun 4 bulan 25 hari kali ini diraih oleh wisudawan prodi S1 Psikologi yaitu Sdri. An’umillah Wahyu Nuri Azizah dengan IPK 3,87. Sedangkan wisudawan termuda adalah Sdri. Puput Ragil Pratiwi dari prodi S1 Manajemen dengan IPK 3,64 yang lulus pada usia 19 tahun 8 bulan 12 hari.

Tercatat, selama 2015 ada 259 mahasiswa UAD yang meraih juara, baik nasional maupun internasional. Sementara pada 2016 ini, ada 19 mahasiswa UAD sudah meraih juara. Yang terbaru adalah mahasiswa UAD raih Juara 2 Lomba Essay Nasional The 4th Anniversary of HKMF  di Universitas Sriwijaya dan di GOR Ciracas, SETU Taekwondo Competition UAD meraih 17 medali di antaranya 4 emas, 8 perunggu, dan 5 perak.

Selanjutnya, atas nama seluruh warga UAD kami mengucapkan selamat kepada wisudawan atas keberhasilan Saudara menyelesaikan studi dan memperoleh gelar kesarjanaan dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah ini. Semoga sukses selalu menyertai Saudara. Khusus kepada Bapak/Ibu orang tua/wali wisudawan, dengan berakhirnya pendidikan putra/putri Bapak/Ibu di UAD ini, maka melalui majlis yang mulia ini perkenankanlah saya atas nama UAD menyerahkan kembali putra/putri Bapak/Ibu, teriring ucapan terima kasih atas kepercayaannya kepada UAD untuk mendidik dan mengantarkan putra/putri tercinta menjadi sarjana muslim. Semoga kesarjanaan dan kemuslimannya dapat menambah kebahagiaan keluarga Bapak dan Ibu sekalian.

Kami juga memohon kiranya silaturahim yang telah terjalin selama ini, antara Bapak/Ibu dan UAD, terus tersambung dengan baik di masa-masa mendatang. Kepada seluruh tamu undangan, kami menyampaikan terima kasih atas kesediaan Bapak dan Ibu memenuhi undangan dan ikut manghayubagya para wisudawan hari ini. Semoga kebaikan Bapak/Ibu dicatat oleh Allah Swt. sebagai amal shalih.

 

Opening Speech by The Rector of Ahmad Dahlan University In undergraduate and postgraduate graduation Period of March 2016

 

Graduation day of undergraduate and postgraduate program of Ahmad Dahlan University for period of March 2016 held on Saturday 19th March 2016 at the hall A of Jogja Expo Center is attended by 763 of male and female graduates. Those who are being graduated in today’s commencement are coming from 30 undergraduate departments with GPR average 3,24 and 6 postgraduate departments, including 10 English postgraduate department students, 6 Physics postgraduate department students, 7 Profession Psychology postgraduate students, 5 Sains Psychology postgraduate students, 32 Pharmacy postgraduate students and 7 Education Management postgraduate students.

 Up to now, Postgraduate Program of Ahmad Dahlan University have graduated 765 students. Therefore, all in all Ahmad Dahlan University has 36,841 alumni. The fastest student of undergraduate program in this inauguration who spent 3 years 4 months and 25 days is An’umillah Wahyu Nuri Azizah, a Psychology undergraduate student, with GPR 3.87. Then the youngest graduate is Puput Ragil Pratiwi from Management undergraduate program with GPR 3.64 who passes at 19 years 8 months and 12 days age.

It is noticeable that in 2015, there are 259 Ahmad Dahlan University students who won in several national and international competitions, while in this year or 2016 up to March, 19 students made the same achievement. The achievement is made by our students who got the runner up at National Essay Competition in the 4th Anniversary of HKMF at Sriwijaya University and in SETU Taekwondo Competition held at GOR Ciracas, some students got 17 medals consisting of 4 gold, 8 bronze and 5 silver.

Ladies and gentlemen, on behalf of academic community of Ahmad Dahlan University, we would like to say congratulation to those who finish their study and achieve academic title from this Muhammadiyah College. Good luck always accompanies you. Especially to the parents of graduates, today at the end of students’ formal study at this beloved University, in this occasion, I as the rector of Ahmad Dahlan University devolve the students to you and also I would like to say thank you for your trust in Ahmad Dahlan University to educate and facilitate the beloved students to be muslim scholars. We hope their status as scholar and muslim would boost your happiness as parents. 

            We do hope that relationship between us would remain tightly in the future. To all of guests, we also appreciate you for attending and becoming with us in this graduation day. May Allah the Almighty consider your kindness as a good deed.

 

Peranan Orang Tua dalam Pendidikan Anak

 

Pendidikan keluarga adalah pendidikan pertama yang didapatkan oleh seorang anak. Sifat dan perilaku seorang anak ditentukan oleh pembelajaran pertama mereka yang melibatkan keluarga. Oleh karena itu, keluarga, khususnya orang tua, menjadi peran utama dalam pembentukan mental bagi seorang anak.

Minggu (13/3/2016), diadakan kajian rutin “Ahad Pagi” di Islamic CenterUniversitas Ahmad Dahlan (UAD). Acara yang bertempat di JalanRingroad Selatan, Banguntapan, Bantul, pada pukul 05.45-07.00 WIB ini dihadiri oleh sekitar 300 peserta. Pada kesempatan tersebut, Dr. KhoiruddinBashori, M.Psi. bertindaksebagai pemateri.

Dalam pemaparan materi, dijelaskan bahwa orang tua memiliki dua tugas utama sebagai pendidik pertama anak. Yakni memberikan kehangatan dan mengendalikan perilaku anak. Orang tua harus dapat mengombinasikan dua hal tersebut, karena pendidikan yang sebenarnya adalah kombinasi dari menyenangkan hati anak oleh orang tua dengan stimulasi atau perangsang untuk mengontrol.

“Tidak hanya memanjakan anak dengan menyenangkan mereka, tetapi berilah kesempatan pada anak untuk berjuang tanpa melupakan kontrol,” ungkap Khoiruddin.

Selain itu, terdapat beberapa kategori dalam pendidikan anak. Pertama otoritatif, yakni merupakan pengajaran jika tingkat kehangatan dan control orang tua terhadap anak baik. Jenis otoritatif ini akan menghasilkan anak menjadi percaya diri, gembira, dan berani mengambil keputusan.

Kedua adalah otoriter. Otoriter yaitu pengajaran orangtua terhadap anak yang mengutamakan control daripada kehangatan. Hal ini menyebabkan anak tidak berani mengambil keputusan dan menjadi ketergantungan (deepended).

“Jangan mudah senang jika anak sering bertanya atau meminta persetujuan tentang banyak hal, karena justru bisa jadi ia deepended,” kata Khoiruddin.

Yang ketiga yaknian in floor. Kasus ini merupakan masalah besar dalam pendidikan orang tua terhadap anak. Pada jenisini, anak akan merasa tidak dianggap dan tidak dihargai. Karena kehangatan dan control dari orang tua yang sangat rendah.

Keempat adalah endarson. Pada jenis ini, orang tua terlalu berlebih dalam memberikan kehangatan daripada control kepada anak. Sehingga menyebabkan anak menjadi manja dan impulsif.

“Maka dari itu, orang tua harus berhati-hati dalam memberikan pengajaran kepada anak. Karena pengajaran mereka menjadi penentu masa depan anak. Orangtua juga harus memahami cara pendidikan anak yang baik, agar tidak menyesal dikemudian hari.”(AKN)

Parentsโ€™ Role in Education

 

Children get their first education at home. Their characters and behaviors are determined by their first learning from the family. Therefore, the family especially parents play a significant role in children’s mental building.

A weekly Islamic sermon called ‘Kajian Ahad Pagi’ or Sunday morning lesson is held at University of Ahmad Dahlan’s Islamic Center, South Ringroad, Banguntapan, Bantul starting from 05.45 – 07.00. Last Sunday (13/3/2016) some 300 participants took part in the program while Dr. Khoiruddin Bashori was giving the speech.

He said that parents conduct two significant tasks as their children’s first educator. Those are giving warmth protection and controlling their behaviors. Parents should be able to undertake those responsibilities for the essence of education involves consoling children and getting themselves controlled by stimulating their feelings.

Khoiruddin said, ‘Parents should not only coddle their children by giving whatever they want but also give them opportunity to strife without forgetting self-control.”

There are four categories in children education. First, authoritative. This means that parents give guidance to their children on condition that control is as good as giving kindness to them. This category could build children’s confidence, excitement and courage in making decision.

 Second, authoritarian. Parents guide their children by prioritizing control over warmth. This result in difficulties children’s making decision and becoming autonomous.

‘Be aware if children often ask questions or insist your approvals on many things because it means that they often become depended on parents.’ Khoiruddin added.

Third, in floor. This kind of education is a big problem in parents’ education to children. In this category, children feel ignored and unappreciated. It is caused by the parents’ unwarm relation and lose control. 

Forth, endarson. In this case, parents are too much in giving warmth and control to children that make them spoiled and impulsive. 

In conclusion, parents should be careful in giving instructions to children because their instructions determine their children’s future. Parents should know good ways of educating children so that they will not regret in the future.” (AKN)

 

Berprestasi dengan Cara Melampaui Batas

 

An’umillah Nuri Azizah terkejut menjadi wisudawan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) berprestasi sekaligus menjadi yang tercepat dengan masa studi kurun waktu 3 tahun, 4 bulan, 27 hari.  

“Saya sangat bersyukur dan sempat kaget setelah mengetahui menjadi lulusan tercepat jenjang S1. Semua berkat usaha dan dukungan dari orang tua,” terangnya saat ditemui di sela-sela kesibukannya, Kamis (17/3/2016).

“Manusia berhak berencana dan memiliki target, tetapi doa orang tua jangan pernah dilupakan.”

Perempuan kelahiran Klaten, 9 Juli 1994 ini juga cum laude dengan IPK 3,87. Selain itu, ia  pernah menyabet juara 3 nasional dalam even Olimpiade Psikologi Indonesia yang diadakan oleh HIMPSI Jawa Timur pada November 2015 lalu.

“Saya sangat bangga dengan almamater oranye, bisa mengharumkan nama Psikologi UAD di kancah nasional. Saya mesti berjuang keras untuk berada pada posisi ketiga di belakang Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Indonesia (UI),” lanjut putri pasangan Bapak Guwat dan Ibu Wakiyem yang mengambil jurusan kuliah prodi Psikologi ini.

Nuri sapaan akrabnya, harus bersaing ketat dengan lawannya terkait eksperimen dasar psikologi dan alat ukur psikologi pada olimpiade tersebut, mulai dari analisis video dan tes tertulis kemudian mempresentasikannya di depan juri dan peserta yang lain.

Ia menambahkan perlu adanya perjuangan untuk menembus batas-batas yang sangat sulit dilampaui. Karena itu ia memilih tidur lebih awal saat orang lain masih dengan kesibukan yang kurang penting, dan akan terbangun di saat orang lain tertidur ketika dini hari untuk belajar.

Saat kuliah, ia aktif di ruang diskusi “Kedai Kopi”, yaitu komunitas diskusi rutin dua kali dalam sebulan bagi mahasiswa prodi Psikologi. Selain itu, ia juga aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Ikatan Mahasiswa Psikologi Indonesia (IMPI), dan di UKM Poros.

“Saya sangat sadar karena orang tua hanya bekerja sebagai petani, maka saya tidak boleh menyia-nyiakan waktu kuliah yang diberikan kepada saya,” imbuh gadis yang juga pernah menjadi juara 3 Mawapres tingkat fakultas ini. (Ard)

Studying beyond Limit Results in Great Achievement

 

An’umillah Nuri Azizah was surprised to be announced as University of Ahmad Dahlan’s (UAD’s) student with good achievement. She fished her study within 3 years four months and 27 days.

‘After declared to be the student with the shortest period of study, I was surprised and then was grateful to Allah. All of this is because my parents support,’ she said in spite of her busy routines Thursday (17/3/2016)

 ‘Man proposes and God disposes. Don’t forget to ask our parents’ prayer.’

Born in Klaten on July 9th 1994 finished her study cum laude with GPA of 3.87. Moreover, last November Nuri, as she is often called, acquired the third champion in Psychology Olympic conducted by Psychology Student Association (HIMPSI) East Jawa Chapter.

‘I am very proud of our orange university, especially when making Psychology Department reputed nationally. I had to make all my effort to reach this keeping the rank behind Gadjah Mada University (UGM) and University of Indonesia (UI),’ she added. She is a psychology student, who is daughter of Guwat and Wakiyem.

Nuri had to compete with other in basic psychological experiment and measurement instruments in psychology in the Olympic ranging from video analyzing and written-test designing, which were then presented before members of jury and the audience.

She emphasized that it is necessary to make all great effort to step beyond limit. To do that, she prefers to go to bed earlier while others spend it for fun and gets up far before dawn to study.

 During her study she was involved in ‘Kedai Kopi’ a discussion group of Psychology students held fortnightly. Besides, she was a member of Students’ Legislative Board (BEM), Indonesian Psychology Student Association (IMPI), and Journalism Team Poros.

‘I admit that my parents are ordinary farmers, I have to manage my study,’ added the ever third champion of student with great achievement at her faculty. (Ard)

“Saya sangat sadar karena orang tua hanya bekerja sebagai petani, maka saya tidak boleh menyia-nyiakan waktu kuliah yang diberikan kepada saya,” imbuh gadis yang juga pernah menjadi juara 3 Mawapres tingkat fakultas ini. (Ard)

Getting on with Economic ASEAN Community (MEA), 2342 Participants Took Part in a National Seminar

 

Some 2342 participants took part in a national seminar with the theme ‘Maximizing Active Learning and Character Building to Improve National Human Resource Competitiveness’ organized by a joint team of Guidance and Counseling (BK) and Elementary Education (PGSD) Departments of the Faculty of Education and Teacher Training (FKIP) University of Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta.

The event, which was managed together with Active Learning Facilitator Association (ALFA) Yogyakarta Special Province and Central Java Chapter is expected to become a part of preparation to welcome an open era of MEA.

‘We need to prepare our students as early as possible in relation to MEA era. We hope that this event bring new spirit, motivation and furthermore it can inspire us to welcome MEA,’ said Dra. Sri Tutu Martaningsih, M.Pd the committee chairperson in the opening speech.

UAD rector Dr. Kasiyarno, M.Hum added that this kind of event is very relevant for Indonesians for character building is necessary in the era. this is due to challenge information era, where moral degradation becomes prevalent as indicated by moral hazards such as sodomy and narcotics cases as well as hedonism life style.

‘Everything returns to character building the thing which Islam put its high priority stated as akhlaqul karimah – humane personality. Man without this character leads to destruction,’ he said before 104 presenters from various higher institutions.

 Being a keynote speaker at the seminar, Prof. Uman Suherman A.S., M.Pd. a UPI Bandung Guidance and Counseling lecturer described strategies to maximize the role of counselors in MEA era.

Meanwhile, the implementation of character building through active learning in theory and practice was presented by the second invited speaker was Prof. Dr. Sukarno, M.Si the dean of Education Faculty, Tidar University, Magelang, who is also the president of ALFA chapter

The event was completed by Dr. Muqowim, M.Ag. a lecturer of Islamic State University (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta presenting how to prepare ourselves with Islamic values inaccordance to MEA.

Art performances from Sanggar Tudung Pelite of Riau Isles (KPMKR – KKJ) presenting Persembahan dance, Kamaratih Band of UAD musical group and jingle performance from BK and PGSD students.

 

Sambut MEA, 2342 Peserta Ikuti Seminar Nasional

 

Tercatat, ada 2342 peserta dalam seminar dengan tema “Optimalisasi Active Learning dan Character Building dalam Meningkatkan Daya Saing Bangsa di Era MEA” yang diadakan oleh Program Studi Bimbingan dan Konseling (Prodi BK) dan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (Prodi PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) di Bima Hall A Jogja Expo Center (JEC), Minggu (20/3/16).

Acara yang bekerja sama dengan Active Learning Facilitator Association (ALFA) Wilayah DIY-Jateng tersebut diharapkan menjadi bahan renungan agar kita harus siap dan mau untuk terbuka di era MEA.

“Kita perlu sejak dini meningkatkan kapasitas diri dalam menyiapkan peserta didik di era MEA. Diharapkan kegiatan ini dapat membawa spirit, memotivasi, dan menginspirasi kita semua untuk menyiapkan diri menghadapi MEA,”  ucap Dra. Sri Tutur Martaningsih, M.Pd. selaku ketua panitia dalam sambutannya.

Menurut Rektor UAD Dr. Kasiyarno, M.Hum. dalam sambutannya, kegiatan ini sangat relevan dengan bangsa Indonesia sekarang ini, bahwa character building sangat dibutuhkan. Hal tersebut melihat kondisi bangsa yang menghadapi tantangan multimedia. Kasus yang sedang marak terjadi kasus sodomi oleh anak-anak dan penggunaan narkoba oleh gaya hidup yang jelas sangat merusak generasi bangsa.

“Semuanya kembali pada character building, agama Islam sangat jelas mementingkan hal itu, yakni akhlakul karimah. Dunia ini tanpa karakter maka dunia akan hancur,” tukasnya di hadapan 104 pemakalah dari berbagai perguruan tinggi yang ikut seminar.

Seminar Nasional ini menghadirkan pemateri antara lain Prof. Uman Suherman. A.S., M.Pd. selaku dosen Bimbingan dan Konseling UPI Bandung. Ia membahas seputar optimalisasi peran BK dalam menghadapi MEA.

Pemateri kedua oleh Prof. Dr. Sukarno, M.Si. yang merupakan dekan FIP Universitas Tidar sekaligus Ketua Active Learning Facilitator Association (ALFA) DIY-Jateng yang membahas implementasi pendidikan karakter melalui active learning dengan beberapa teori dan contoh active learning.

Terakhir, oleh pemateri Dr. Muqowim, M.Ag. yakni dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang membahas tentang menyiapkan diri dengan pendidikan berbasis nilai-nilai keislaman di dunia MEA.

Seminar Nasional ini semakin meriah dengan pertunjukan seni dari Sanggar Tudung Pelite Kepulauan Riau (KPMKR-KKJ) yang menampilkan Tari Persembahan, Kamaratih Band dari UKM Musik UAD, Muvo Dance Prodi PGSD, dan persembahan jingle dari prodi BK dan prodi PGSD. (doc)

Fokus Kuliah untuk Kelulusan yang Maksimal

 

Ilmu dapat diperoleh dari mana pun, termasuk media online. Kegiatan mahasiswa sebagai elite intelektual tidak pernah terlepas dari tugas, membaca buku referensi, dan diskusi. Bagi Ade lisa Istifarida, salah satu peraih IPK tertinggi dalam wisuda Universitas Ahmad Dahlan (UAD) periode Maret 2016, kegiatan tersebut sudah menjadi kebiasaan sehari-hari.

“Belajar ya belajar, yang penting tekun,” ujar Ade ketika diwawancarai di kampus I UAD 18/03/16.

Menurut perempuan yang lahir di Sleman 20 tahun yang lalu ini, nilai akademis ditentukan oleh keseriusan dan kemauan dalam belajar. Selain itu, yang tidak kalah penting setelah usaha adalah doa.

Berbeda dengan mahasiswa berprestasi lainnya, Ade tidak mengikuti organisasi di kampus. Ia memilih fokus pada kegiatan akademis agar hasilnya bisa maksimal.

Meskipun tidak ikut organisasi, anak dari Bapak Sulistiyo Ahmad dan Ibu Sri Romani ini menjalin silaturahmi yang cukup baik dengan teman-temannya dari kampus lain di Yogyakarta. Dari silaturahmi itu kadang memunculkan diskusi lepas yang menambah ilmu pengetahuan baru, mulai dari pengetahuan tentang manajemen, politik, ekonomi, sampai sosial.

Setiap harinya, Ade yang tinggal di sekitar Cangkringan harus memperjuangkan jarak antara rumah dan kampus.

“Saya harus berangkat lebih awal, paling tidak 1 jam sebelum kuliah dimulai. Jika lalu lintas lancar, 45 menit sudah sampai. Tapi kalau macet, butuh waktu 1 sampai 1,5 jam.”

Selain belajar dan mempererat silaturahmi, adik dari Rapih Primardhani ini selalu menyempatkan untuk melaksanakan shalat dhuha dan tahajjud. Orang tuanya selalu mengingatkan Ade agar senantiasa ingat dengan Tuhan.

Mahasiswi Prodi Manajemen ini menyukai iklim persaingan antar mahasiswa yang ada di UAD. Persaingan tersebut menjadi stimulus baginya untuk belajar terus menerus. Namun, yang menjadi kendala baginya adalah kurangnya pengalaman lapangan. Banyak dosen selalu menjejali mahasiswa dengan teori tanpa diimbangi dengan praktik.

“Semoga pembelajaran di UAD semakin maju, teori harus diimbangi dengan praktik agar mahasiswa bisa langsung mengaplikasikan apa yang dipelajari,” pungkas Ade dengan penuh harap.