Mengakar Kembali Pada Tradisi dan Budaya

Pergelaran wayang kulit yang diadakan di halaman kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD) merupakan acara tasyakuran memperingati Milad ke-55 UAD.

Acara yang digelar pada Sabtu, (26/12/2015), ini mengangkat lakon “Bangun Pura Kencana”.

Bangun berarti membangun, Pura berarti bangunan, dan Kencana berarti emas. Jika diartikan maka membangun bangunan yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Dalam lingkup khusus, harapannya setelah dibangun kampus IV akan menjadi kampus emas yang bisa dibanggakan oleh UAD,” ujar Dr. Kasiyarno M. Hum. selaku Rektor UAD.

Pembangunan dan perkembangan kampus-kampus UAD diharapkan diikuti juga dengan perkembangan intelektualitas dari mahasiswanya.

Penataan panggung dan kursi penonton sengaja dikonsep depan panggung khusus masyarakat umum, dan di sebelah panggung untuk pejabat kampus. Hal ini dilakukan karena acara ini bukan hanya milik UAD, tetapi juga masyarakat umum.

“Dalang Ki Seno Nugoho sudah tiga kali mengisi acara wayangan di UAD. Dalang kondang ini merupakan dalang internasional dan sudah berkeliling di Suriname, Belanda, dan Australia. Kapasitasnya tidak perlu diragukan lagi,” lanjutnya saat mengisi sambutan sebelum acara dimulai.

Tamu-tamu undangan dari luar negeri juga datang, seperti dari Malaysia dan Australia.

Aryo Hall salah satu penonton yang berasal dari Australia mengatakan sangat senang dengan adanya acara wayangan.

“Saya sangat suka dengan budaya Indonesia, seperti wayang dan karawitan. Tetapi saya lebih suka terhadap karawitan, karena dasar musiknya berbeda dengan musik modern,” ujar mahasiswa ISI ini.

Ia mendapat informasi adanya acara wayang ini dari ayahnya, Aaron Hall, karena ayahnya juga salah satu pecinta wayang dari Australia.

“Ketika mempelajari karawitan, saya harus benar-benar mendengarkan semua instrumen musik dan harus bisa menyatu dengan alat musik yang lain. Saya berharap acara wayangan di UAD ini bisa menjadi contoh untuk masyarakat luas, bahwa budaya asli harus terus dilestarikan,” imbuh pria berumur 19 tahun ini.

Cipto selaku penonton dari Banguntapan, Bantul mengatakan bahwa dengan adanya acara wayangan ini, UAD bisa terus menjadi kampus yang maju dalam pembangunan gedung dan pendidikan mahasiswanya.

“Cerita wayang itu kan merupakan penggambaran perilaku manusia. Jadi dengan menonton wayang saya banyak belajar tentang kehidupan. Saya sudah menyukai wayang sejak usia 10 tahun,” timpal penonton lainnya, Suharyanto.

Ia mendapatkan informasi adanya acara wayang dari tetangganya yang merupakan karyawan UAD. Ia juga berharap ke depan UAD semakin berkualitas dan sering menyelenggarakan acara kebudayaan.

Hal senada juga dikatakan oleh Eko yang merupakan penjual wayang dari Imogiri. Menurutnya, setiap tokoh dalam wayang menggambarkan watak manusia yang berbeda-beda, ada yang baik dan ada yang jahat. Ia berharap acara budaya semacam ini terus dilestarikan, agar budaya asli Indonesia tidak punah dan membantu pengrajin wayang.

Acara yang dihadiri ratusan orang tersebut membuktikan antusias masyarakat terhadap kesenian wayang masih cukup tinggi. (Ard)

UAD Sejahterakan Dosen & Karyawan

Terhitung sejak 2015, UAD dengan segala upaya selalu berusaha meningkatkan kesejahteraan dosen dan karyawan. Salah satu upaya nyata dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah dengan pemberian jaminan kesehatan untuk seluruh warga UAD. Jaminan kesehatan ini diberikan atas kerja sama dengan Badan Penyedia Jaminan Sosial (BPJS). Semua warga UAD baik dosen maupun karyawan, terdaftar dalam BPJS kelas 1. Selain itu, UAD juga bekerja sama dengan Aksa Mandiri untuk penjaminan 33 penyakit kronis, serta jaminan asuransi kesehatan ini gratis.

Upaya peningkatan kesejahteraan tersebut tidak hanya berhenti sampai di situ. Setiap tahun, UAD telah berkomitmen untuk memberangkatkan karyawan dan dosen ke tanah suci. Tahun 2014 lalu, setidaknya ada 36 karyawan yang berangkat untuk menunaikan ibadah umrah. Dan tahun selanjutnya, giliran 35 dosen yang berangkat.

Upaya lainnya adalah dengan memberikan penghargaan masa kerja dosen dan karyawan. Untuk karyawan, penghargaan ini diberikan setelah 15 tahun masa kerja senilai satu kali gaji pokok. Sedangkan untuk dosen adalah 20 tahun masa kerja senilai satu kali gaji pokok. Kemudian, tidak kalah pentingnya dalam upaya peningkatan kesejahteraan ini, UAD juga memberikan jaminan hari tua dengan dana pensiun Muhammadiyah yang berwujud dana pesangon sebesar sembilan kali gaji pokok. Dengan berbagai upaya ini, diharapkan dosen dan karyawan dapat merasa aman dan nyaman untuk mengabdi pada UAD. (dev)

Celebrating Our Similarities, Embracing Our Differences

 

Kantor Urusan Internasional UAD (KUI UAD) dengan bangga menyelenggarakan The 6th International Day pada (5/1/2016). Kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan. Pada tahun ini, tema yang diangkat adalah “Celebrating Our Similarities, Embracing Our Differences”.

Tema ini diangkat menjadi tema pada the 6th International Day dengan alasan jumlah mahasiswa asing yang belajar di UAD semakin meningkat. Selain itu, negara asal mahasiswa internasional tersebut pun semakin bervariasi. Di antaranya adalah mahasiswa Tiongkok (UAD sering disebut memiliki jumlah mahasiswa Tiongkok terbanyak di Yogyakarta), Thailand, Malaysia, Korea Selatan, Timor Leste, Yaman, Ukraina, dan lain-lain.

Pada kesempatan ini, KUI UAD ingin menyatukan mereka lewat cita rasa masakan, juga penampilan seni dan budaya.

Dalam kegiatan lomba memasak, semua mahasiswa internasional dan mahasiswa lokal dirangkul untuk memasak masakan Indonesia dengan bahan dasar tahu dan tempe, yang merupakan makanan yang sangat populer di Indonesia.

Setelah itu, semua peserta boleh memamerkan keanekaragaman kuliner dari negara mereka masing-masing lewat festival kuliner. Perbedaan cita rasa dan bahan dasar tidak menjadi masalah. Yang terpenting adalah semua peserta bisa mengajak para pengunjung untuk mencicipi masakan internasional yang ada di booth mereka. Dalam kegiatan tersebut diharapkan mahasiswa bisa saling diskusi sehingga ada pertukaran budaya antara mahasiswa lokal dan internasional.

Selanjutnya, mahasiswa asing juga mengenalkan budaya mereka lewat tarian, musik, dan nyanyian. Sebagai penutup, dipilih pemenang untuk lomba memasak dengan bahan baku tahu dan tempe, peserta terbaik dalam hiasan booth, team work terbaik, dan peserta terfavorit.

Ida Puspita, M.A.Res. selaku kepala KUI UAD mengungkapkan, “Internasional Day di UAD tahun ini juga mengundang beberapa universitas di Yogyakarta yang memiliki mahasiswa asing untuk berpartisipasi sebagai peserta dan juga tamu undangan. Dengan ini diharapkan mahasiswa asing di Yogyakarta bisa saling membaur dan sekaligus memperkenalkan UAD kepada mahasiswa asing yang ada di Yogyakarta.”

Belajar Tidak Cukup di Kampus!

“Acara Rising Orange menjadi salah satu indikator untuk mengukur seberapa jauh tingkat intelektual mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD),” ujar Ginanjar Arif Wibowo selaku ketua panitia acara Rising Orange.

Rising Orange merupakan salah satu dari rangkaian acara peringatan Milad ke-55 UAD yang diselenggarakan oleh mahasiswa.

Antusias mahasiswa terhadap acara ini sangat tinggi. Terbukti dengan banyaknya pendaftar dari berbagai prodi dan fakultas yang mendaftarkan diri untuk mengikuti lomba sesuai dengan bidang dan kemampuannya.

Puncaknya pada hari Sabtu, (26/12/2015), diadakan penganugerahan kepada para pemenang lomba Rising Orange di auditorium kampus I UAD.

“Saya memenangkan dua perlombaan, yaitu cipta cerpen (juara 1) dan cipta puisi (juara 3). Saya merasa sangat puas, karena ada acara semacam ini yang bisa mewadahi mahasiswa-mahasiswa berpotensi,” ujar Ardy Priyantoko, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI).

Hal senada juga disampaikan oleh Ari Prastyo Nugroho. Pemenang ketiga lomba cipta esai ini ditemui usai acara penganugerahan pemenang lomba Rising Orange. Ia merasa sangat bahagia ketika mendengar ada perlombaan tingkat universitas. Menurutnya, hal semacam ini bisa menjadi ajang untuk belajar dan pembuktian potensi diri.

“Saya mesti turut berbangga, karena banyak teman-teman saya juga yang menjadi juara. Kami tidak hanya berproses di dalam kampus, tetapi juga di luar kampus. Mendirikan kelompok belajar untuk mewadahi mahasiswa yang merasa kurang puas jika hanya belajar di dalam kampus,” kata Ari yang juga mahasiswa PBSI.

Ginanjar menambahkan para pemenang lomba kebanyakan berasal dari mahasiswa yang mengembangkan bakatnya di komunitas-komunitas, baik dalam maupun luar kampus.

“Tidak bisa saya sebutkan satu per satu teman dari kelompok belajar di luar kampus yang menjadi pemenang. Tetapi setidaknya hampir 80% dari total poin kemenangan PBSI menjadi juara umum berasal dari sana, yang kebanyakan merupakan mahasiswa dari PBSI juga,” imbuh Ardy Priyantoko mahasiswa yang aktif pada kelompok belajar sastra Jejak Imaji.

Dalam acara ini, Fakultas terbaik diraih oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dengan skor 72. Untuk prodi dominator bidang perlombaan, Prodi Pendidikan Matematika (P. Mat) terdepan dengan 5 poin. Untuk bidang keilmuan dimenangkan oleh PBSI dengan 7 poin. Sedangkan untuk bidang kesenian PBSI kembali mendominasi dengan 21 poin. Sementara itu untuk bidang keolahragaan didominasi oleh Prodi Farmasi dengan 6 poin. PBSI juga menjadi Prodi teraktif dalam acara perlombaan Rising Orange tersebut dan menjadi juara umum. (Ard)

 

Silaturahmi Antar Purna Tugas dan UAD

Ada sekitar 50 purna tugas Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang ikut dalam acara silaturahmi dan pengajian (31/12/205) di auditorium kampus III.

Slamet Huang, salah satu purna tugas berpesan, teruslah aktif setelah purna tugas dan menebarkan kebaikan kepada sesama. Bersyukurlah UAD sekarang sudah sebesar ini, sudah bisa memberikan kesejahteraan kepada dosen dan karyawan. Meski tidak seperti kita dulu, tapi percayalah UAD besar karena apa yang pernah dilakukan dulu.

“Kami menyadari tanpa bapak ibu, UAD tidak akan besar,” kata Rektor UAD, Dr. Kasiyarno. M.Hum. dalam sambutannya.

Dampaknya, katanya lagi, kepercayaan masyarakat ke UAD sangat tinggi. Hal ini terlihat dari anemo mahasiswa setiap tahun bertambah.

Dalam acara tersebut, Kasiyarno juga memohon doa kepada mantan karyawan UAD tentang pembangunan kampus IV.

Acara yang rutin diadakan setiap Milad UAD itu juga menghadirkan dr. H Agus Taufiquttohman, M.Kes., Sp.S. sebagai mengisi taushiyah akhir tahun.

 

Sastra UAD Rayakan Tahun Baru dengan Pesta Sastra

 

Dilarsir dari web jaganyala, menyebutkan bahwa acara Pesta Sastra diisi dengan berbagai kegiatan. Di antaranya diskusi sastra, penampilan seni dari komunitas Teater 42, pembacaan puisi, dan pembagian hadiah kepada peserta lomba. Lomba karya cipta puisi dan cerita pendek (cerpen).

Acara yang berlangsung di hall kampus II UAD Senin (28/12/2015) ini diselenggarakan Program Studi Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia (HMPS Sastra Indonesia). Mereka mengangkat tema “Menakar Tahun Menghitung Tanda-Tanda”.  

Kepala Program Studi (Kaprodi) Sastra Indonesia, Ani Yuliati M.Hum. mengaku, ide tentang lomba penulisan puisi dan cerpen tersebut disampaikan pada awal Desember.

“Awalnya saya pesimis akan partisipasi mahasiswa. Saya tidak menyangka ternyata acara yang singkat itu disambut antusias oleh mahasiswa. Terhitung 92 puisi yang terkumpul dan 14 cerpen,” terang Ani.

“Setiap saya mengajar kuliah di setiap kelas, saya memotivasi kepada mahasiswa untuk mengikuti lomba dan berkarya,” imbuhnya.

Selain kegiatan malam penganugerahan lomba cipta puisi dan cipta cerpen mahasiswa Sastra Indonesia, ada juga kegiatan diskusi sastra yang mengundang dua pemantik yaitu Sule Subaweh dan Iqbal H. Saputra.

Sule Subaweh (Suliman S.Pd.) saat ini aktif menjadi pembimbing Jejak Imaji di bidang tulis-menulis. Selain itu, dia juga pernah aktif untuk membangun dunia penulisan di beberapa fakultas di UAD. Selain beberapa karyanya di media massa, ia juga sedang mempersiapkan buku pertamanya.

Iqbal, anak kedua dari pasangan Herlina-Iskandar ini adalah alumnus Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) UAD. Saat ini sedang menempuh Pascasarjana di Universitas Gajah Mada (UGM).

 

Refleksi: Bercermin pada Tahun 2015

“Muhasabah sama dengan melihat diri, atau bercermin diri,” ujar dr. H. Agus Taufiquttohman, M.Kes., Sp.S. di hadapan sekitar 50 purna tugas Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dalam acara silaturahmi dan pengajian pada (31/12/205) di auditorium kampus III.

Jika manusia berkaca dan melihat bintik hitam yang kotor, apa yang akan dilakukan? Buang atau membersihkan. Pasti dibersihkan. Seharusnya sama dengan, ketika merasakan atau merenungkan kekurangan sifat diri atau dosa. Segeralah dihapus atau dibersihkan.

“Bagaimana caranya agar kita tahu kekurangan diri? Maka tanya pada orang terdekat, seperti istri, anak, sahabat, atau teman-teman kantor,” kata ustadz Agus.

“Karena itu,” tambah Agus, “kita harus senantiasa bersyukurlah atas apa yang diberi, agar bahagia. Jika Anda bersyukur Allah akan memberi nikmat dalam keadaan apa pun.”

Salah satu agar kita selalu ingat sang pencipta adalah ingatlah mati. Ingatlah jangan tertipu dengan usia muda, karena syarat mati tidak harus tua. Jangan teperdaya dengan tubuh yang sehat karena syarat mati tidak harus sakit. Jangan teperdaya dengan harta kekayaan sebab yang dibawa mati hanyalah selembar kain.

Ia mengajak kepada para purna tugas untuk selalu bertanya, masih hidupkah aku besok? Dan ingat, ajal tidak menunggu taubat.

Penerimaan Mahasiswa Baru UAD 2016 Sudah Dibuka

 

Ada 30 student employment (SE) yang akan menjaga dan pelayanan Penerimaan Mahasiswa Baru Universitas Ahmad Dahlan (PMB UAD).

“SE direkrut dengan seleksi yang ketat. Selama tiga hari, mereka diberikan pelatihan, pemahaman terhadap sistem PMB, motivasi, teknis pengoperasian PMB online dan tentang ke UAD-an,” kata Drs. Dedi Pramono, M.Hum. saat membuka secara resmi PMB UAD di hal kampus I pada Senin, (4/1/2016).

Rektor UAD, Dr. Kasiyarno. M.Hum. berharap tahun ini bisa tercapai apa yang diharapkan PMB UAD.

Ia berpesan kepada SE agar bisa bersifat santun dan bisa memberikan informasi PMB dan bisa memberikan pengarahan bagi pendaftar yang masih belum menentukan pilihan prodi yang akan diambil.

Program beasiswa ada bermacam-macam. Ada dari pemerintah, rekanan UAD, beasiswa program misi dan beberapa beasiswa lainnya bagi mahasiswa yang kurang mampu maupun mahasiswa berprestasi.

Nanang Suwondo, salah satu staf BAA mengatakan, sebenarnya pendaftaran sudah di buka sejak 2 November 2015, hanya saja peresmiannya sekarang.

“Sekarang sudah ada yang mendaftar dan 30% dari yang mendaftar sudah registrasi. Bagi calon pendaftar, untuk jalur BTT (bebas tes tulis)/PMBK raport, berdasarkan nilai raport semester 2, 3, dan 4,” katanya.

Latihan Dasar Ikatan ala IMM TDI

Setelah Latihan Dasar Organisasi (LDO) diadakan sebulan lalu, Sabtu-Minggu (26-27/12/2015), IMM TDI (Tarbiyah dan Dirasat Islamiyah) UAD mengadakan Latihan Dasar Ikatan (LDI). Kegiatan ini merupakan serentetan program kerja bidang kaderisasi.

Dalam kegiatan tersebut, terdapat 4 materi yang didapatkan peserta, yaitu Kemuhammadiyahan, Ke-IMM-an, Pergerakan Organisasi Eksternal di UAD, serta Ghozhul Fikr (Perang Pemikiran). Tema yang diambil dalam kegiatan LDI kali ini adalah “Meneguhkan Ikatan dalam Polemik Pergerakan”.

Tema tersebut diambil tidak lain bersinggungan dengan organisasi-organisasi eksternal di UAD, serta yang paling utama adalah untuk meneguhkan ikatan antar kader IMM dalam menghadapi tantangan dakwah mengajak kebaikan dan mencegah keburukan (amar ma’ruf nahi munkar).

Turut hadir pula M. Ahyar Yus Amrullah dan Nuzul sebagai perwakilan pimpinan cabang Djazman al-Kindi, juga beberapa wakil dari komisariat lain. Sehingga peserta seluruhnya berjumlah 70 orang. Kegiatan LDI tersebut diadakan di Kebun Buah Mangunan, Bantul, DIY. Eka Rinor Maya (Kabid Kaderisasi) diamanahi sebagai ketua panitia.

“Kegiatan ini dapat digunakan untuk membuka pikiran tentang hal-hal baru, tetapi harus tetap berpikir rasional. Selain itu, dapat bermanfaat dalam melahirkan kader yang kompeten, berkualitas, dan tidak prematur bagi Muhammadiyah,” kata Ahyar dalam sambutannya sekaligus membuka kegiatan LDI. (AKN)

 

Kiat-Kiat Sukses Berbahasa

 

Bahasa merupakan alat komunikasi. Dengan itu, masyarakat dapat berinteraksi dengan masyarakat lain menggunakan bahasa. Kemampuan berbahasa menjadi hal penting bagi setiap orang ketika mereka melangkahkan kaki untuk keluar rumah.

Sabtu-Minggu (19-20/12/2015), Fakultas Tarbiyah dan Dirasat Islamiyah (FTDI) yang terdiri dari prodi TH, BSA, dan PAI, menggelar kegiatan kemah bahasa merupakan program kerja department keilmuan BEM FAI. Kegiatan tersebut diselenggarakan di bumi perkemahan lereng Gunung Merapi, Kaliurang, DIY dan ikuti oleh 100 mahasiswa.

Dr. Yoyo, salah satu dosen prodi BSA turut hadir sebagai pemateri dalam kegiatan tersebut. Selain pemberian materi, penggunaan dua bahasa yakni Bahasa Arab dan Bahasa Inggris digunakan peserta dalam kegiatan kemah bahasa tersebut. Selain itu, peserta diperkenankan untuk berbaur dengan alam, seperti tidur di dalam tenda juga out bond pada hari Minggu.

Menurut Yoyo (penguasa 3 bahasa internasional, yaitu Arab, Inggris, dan Prancis), terdapat beberapa strategi agar sukses berbahasa. Di antaranya, mengetahui potensi yang dapat dikembangkan dalam berbahasa, bersungguh-sungguh menjalankannya dengan strategi yang dibuat, mempunyai motivasi, optimistik, serta mimpi yang besar.

Di samping itu, kemampuan beragama menjadi penunjang penting. Karena pintu sukses adalah selalu berdoa dan berdzikir. Selanjutnya, yang dibutuhkan dalam ilmu sosial agama adalah membangun relasi dengan banyak pihak. Di situlah dituntut untuk membiasakan diri mempraktikkan bahasa.

Kemudian orang tua, “Jangan lupakan mereka. Dengan perjuangan merekalah, kita bisa berdiri di sini, maka jangan disia-siakan orang tua dan segala usahanya,” tutur Yoyo.

“Jika bahasa sudah menjadi keahlian, maka kini juga dunia menjadi genggaman. Sejarah masa lalu tidak dapat diulang kembali, namun masa kini adalah genggaman.” (AKN)