Buka Bersama Keluarga Besar UAD

 

Seluruh keluarga besar Universitas Ahmad Dahlan (UAD) buka bersama Senin (6/7/2015). Acara yang berlangsung di Masjid Islamic Center, Jalan Kolektor Ring Road Selatan, Tamanan Banguntapan, Bantul, Yogyakarta, tersebut menghadirkan pembicara Drs Kamiran Komar dari  Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY.

Pada kesempatan itu, Kamiran menjelaskan tentang berkah bulan puasa. Menurutnya, bulan puasa adalah bulan penuh berkah karena amal ibadah dilipatkangandakan sampai 70 kali, bahkan bisa lebih jika Allah Swt. berkehendak.

“Di bulan puasa, amal ibadah sunnah, senilai ibadah wajib. Tidak heran, jika banyak orang berbondong-bondong ingin memberikan buka puasa kepada orang lain. Selain mendapatkan lipatan pahala, memberikan atau menyediakan buka bersama juga mengajarkan untuk saling berbagi,” terangnya.

Ia berharap, dari buka bersama di UAD, segala perangi godaan setan dapat dihindari, keimanan ditingkatkan, serta dapat manfaatkan hikmah dan rahmat bulan puasa.

Acara yang rutin dilakukan oleh UAD tersebut sebenarnya mengundang ketua umum PPM Muhammadiyah, Prof. Dr. M. Din Syamsuddin, MA. Hanya saja, pesawat yang dinaiki harus delay karena ada kesalahan teknis dan cuaca yang kurang mendukung.

Meskipun begitu, Din Syamsuddin masih sempat ke masjid UAD dan memberikan taushiyah kepada keluarga besar UAD.

 

 

UAD Adakan Buka Bersama dan Bagikan Parcel kepada Kaum Dhu’afa

“Saya tidak menyangka Universitas Ahmad Dahlan (UAD) sampai ke sini memberikan parcel. Semoga berkah buat keluarga saya dan keluarga besar UAD,” kata Supri, kepada Sule, salah satu karyawan UAD saat memberikan parcel kepada ustadz ngaji di desa Sampangan, Imogiri, Bantul, tersebut, Selasa (6/7).

Menurut Sule, ada dua orang yang diberi parcel di desa Sampangan. Selain Supri, parcel juga diberikan kepada Muji, salah satu warga yang tergolong kurang mampu. Baik Supri dan Muji, kata Sule sama-sama membutuhkan bantuan, tetapi yang paling membutuhkan adalah Muji.

“Dia tidak bisa menggunakan salah satu kakinya. Jika jalan harus menggunakan kayu. Meskipun kakinya tidak bisa berfungsi sempurna, hal itu tidak menyurutkan ibadahnya. Dia rajin ke masjid,” terang Sule saat ditugasi untuk mencari, selanjutnya memberikan parcel pada orang yang membutuhkan.

Sebelumnya, pada Sabtu, (4/7/2015), UAD memberikan bingkisan kepada 400 kaum dhu’afa di kampus 1 Jalan Kapas 9 Semaki. Acara buka puasa bersama tersebut turut menghadirkan H. Saijan, S.Ag., M.Ag. sebagai penceramah.

Sucipto, salah satu panitia acara tersebut mengungkapkan bahwa yang diundang adalah orang-orang sekitar UAD, dan beberapa orang yang membutuhkan. Acara yang bertemakan “Pengajian dan Buka Bersama Kaum Dhu’afa” ini rutin dilaksanakan UAD melalui Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI).

Selain buka puasa bersama, pada bulan puasa ini, UAD melalui LPSI di Masjid Center juga mengadakan buka bersama setiap hari, acara i’tikaf, dan ceramah oleh tokoh-tokoh nasional, Di antaranya Prof. Dr. H.M. Amin Rais, M.A., Prof. Dr. Mahfudz M.D., Prof. Dr. Yunahar Ilyas, dan pembicara kondang lainnya.

Pelantikan IMM UAD Zona 1

“Bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk mengawali kepemimpinan dan kembali menyadarkan budaya aktivisial, sehingga dapat menemukan gerakan yang hakiki.”

Begitulah terang Sucipto, Pembina Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Universitas Ahmad Dahlan (IMM UAD), ketika memberikan sambutan pada acara Pelantikan IMM UAD zona 1 di SMA Muhammadiyah 2, Jalan Kapas, Semaki, Yogyakarta pada Kamis (2/7/2015).

“Bagi pemimpin komisariat, kalian harus mempunyai keyakinan bahwa IMM adalah tempat untuk menegakkan keislaman, harus bisa memetakan yang terjadi saat ini terkait dengan organisasi, juga harus tetap menjalankan tradisi intelektual,” tambahnya.

Di akhir sambutannya, Sucipto berujar, “Tetaplah idealis, mempunyai kreativitas, serta dapat berorganisasi. Selamat berjuang, saya siap mendampingi. Bukalah diri untuk maju bersama.”

Selama ini, IMM UAD terbagi menjadi beberapa zona berdasarkan universitas. IMM zona 1 sendiri terdiri atas fakultas yang berada di kampus I, yakni Fakultas Psikologi, Ekonomi, serta Tarbiyah dan Dirasat Islamiyah.

Acara pelantikan tersebut dihadiri oleh perwakilan dari IMM Pimpinan Cabang (PC) Djasman al-Kindi, tamu undangan, serta perwakilan mahasiswa dari IMM berbagai fakultas di UAD.

Lady Farhana, mahasiswa Prodi Psikologi sekaligus Ketua Umum IMM PC bertugas melantik IMM zona 1 periode 2015-2016. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan buka puasa bersama. (AKN)

PT dan SMK Indonesia Inisasi Kerja Sama dengan Korea

 

Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) Regional Open Learning Center (SEAMOLEC) memfasilitasi Perguruan Tinggi (PT) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia untuk menginisasi kerja sama dengan PT di Korea.

Pada (25-28/5/2015), sebanyak 21 delegasi dari SEAMOLEC, PT, dan SMK Indonesia berkunjung dan menandatangani MoU dengan 5 PT di Korea (2 PTN dan 3 PTS). Delegasi dari PT Indonesia berasal dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Universitas Diponegoro (Undip), STT Telematika Telkom Purwokerto, Sekolah Tinggi Design Bali, STP Sahid, STIKes Dharma Husada, AMIK dan College New Media, Poltek Negeri Jember, STIE Mandala Jember, Amik Wahana Mandiri. Sementara delegasi dari SMK berasal dari SMK Farmasi Harapan Bersama Tegal, SMK Siang 1 Bojonegoro, dan SMK Al Huda Kota Kediri.

PT Korea yang dikunjungi dan dilakukan penandatanganan MoU yaitu Catholic University of Daegu, Hanbat National University, Sun Moon University, dan Sunchon National University. Adapun untuk Jeonju University, hanya dilakukan kunjungan, tetapi belum ada penandatanganan MoU. Selain berdiskusi dan menandatangani MoU, para delegasi juga berkesempatan mengunjungi fasilitas PT, seperti ruang kelas dan laboratorium.

Bidang kerja sama yang diprioritaskan untuk PT yaitu joint degree, dual degree, dan credit transfer system, sementara untuk SMK adalah untuk menyerap lulusan-lulusan SMK agar bekerja di Korea. Namun demikian, untuk belajar dan bekerja di Korea, bahasa Korea menjadi syarat yang hampir tidak bisa ditawar. Oleh karenanya, untuk merealisasikan MoU yang telah ditandatangani, perlu persiapan yang tidak sebentar.

Ida Puspita, M.A.,Res. selaku Kepala Kantor Urusan Internasional UAD, saat diwawancarai menuturkan bahwa UAD berencana untuk merealisasikan MoU dengan PT Korea yang telah ditandatangani dengan menyelenggarakan program joint degree.

Sebelumnya, pada 2014, UAD mendapatkan hibah BFKSI (Bantuan Fasilitas Kerja Sama Internasional) dari Dikti dan menginisasi program joint degree untuk jurusan teknik informatika dengan Guangxi University for Nationalities, sebuah perguruan tinggi di Tiongkok. Tahun ini, UAD akan mencoba mengajukan program yang sama dengan PT di Korea. Hal ini merupakan salah satu bentuk keseriusan UAD dalam merealisasikan setiap MoU yang telah ditandatangani sehingga MoU tidak sekadar menjadi nota kesepahaman kosong tanpa aktivitas apa pun.

Ida juga menyampaikan bahwa sebenarnya banyak peluang beasiswa untuk S-1, S-2, dan S-3 di Korea. Namun, kemampuan bahasa Korea adalah syarat yang perlu dipenuhi terlebih dahulu. Oleh karenanya, UAD yang ingin menyelenggarakan joint degree dengan PT Korea juga akan menyiapkan mahasiswanya untuk menguasai bahasa Korea. Sekilas tampak sulit, tetapi jika belajar dari pengalaman joint degree yang telah terlaksana dengan PT di Tiongkok, tentu selalu ada jalan.

“Tercatat, UAD telah 2 kali mengirimkan mahasiswa Fakultas Ekonomi untuk belajar di PT Tiongkok dengan bahasa pengantar Mandarin, dan sejauh ini dapat berjalan lancar,” tutup Ida.

Di Balik Kesuksesan Radhiatul Fitri

Radhiatul Fitri berhasil meraih peringkat 7 dari 15 mahasiswa terpilih pada Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Tingkat Nasional 2015 yang berlangsung di Malang pada 28 Juni sampai 01 Juli 2015 lalu.

Mahasiswa psikologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) ini sebelumnya telah meraih juara 2 Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) tingkat Kopertis Wilayah V DIY tahun 2015. Dalam akun Facebook-nya, perempuan yang akrab dipanggil Fitri ini mengaku, hal yang paling dramatis dan membuatnya menangis adalah saat mengetahui bahwa dirinya mampu bergerak di luar batas. Sebab, sejatinya, berlomba merupakan proses mengalahkan ego, kemalasan, dan kenyamanan diri sendiri.

“Berjuang keluar dari zona nyaman untuk hak hidup yang lebih baik dan prospektif di masa mendatang, tentu tidak mudah. Saya memutar otak untuk dapat tetap berada on the track. Ketika mahasiswa lain punya koleksi buku kuliah, sedang saya harus bolak balik meminjam buku perpustakaan kampus untuk bisa mendapat ilmu yang lebih, bahkan nilai terbaik di kelas. Kesempitan dan keterbatasan tidak boleh menjadi alasan untuk bergerak maju dan bermanfaat buat orang lain,” terangnya.

Menurutnya, kesuksesan yang diraih tidak terlepas dari peran dosen-dosen Fakultas Psikologi UAD yang selalu mendukung penuh dalam berbagai keadaan.

“Terima kasih kepada Tuhan yang maha pengasih dan penyayang, para dosen, juga teman-teman. Kesuksesan ini juga karena campur tangan Biro Kemahasiswaan dan Alumni (Bimawa) yang selalu memberikan support moril dan materiil kepada daya,” tutu Fitri.

 

UAD Adakan Lomba Gebyar Ramadhan

Dalam rangka menyambut semarak Ramadhan 1436 H, UAD bekerja sama dengan Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar, menyelenggarakan lomba Gebyar Ramadhan tingkat mahasiswa dari berbagai fakultas. Lomba tersebut diadakan pada Sabtu (27/06/2015) di Masjid Islamic Center jalan Ring Road, Tamanan, Banguntapan, Bantul, sejak pukul 09.00-12.00 WIB.

Lomba Gebyar Ramadhan terdiri atas tiga perlombaan, yakni Musabaqah Tilawatil Qur’an, Musabaqah Hifdzil Qur’an, dan Musabaqah Tartil Qur’an, dengan jumlah peserta sekitar 40 mahasiswa. Diadakannya perlombaan tersebut, diharapkan generasi muda mampu meneruskan syiar dakwah Islam di tengah-tengah masyarakat yang mengglobal dengan al-Qur’an.

Sementara itu, para juri merupakan tokoh agama yang ahli di bidangnya. Menurut salah satu juri, Nurkholis, S.Ag., M.Ag., yang juga merupakan dosen UAD, “Semoga dengan perlombaan ini, kita mendapatkan cahaya dan berkah al-Qur’an di bulan penuh rahmat ini.”

Diselenggarakannya acara tersebut tidak terlepas dari peran UAD dalam  menyiarkan agama Islam. Sebagai amal usaha Muhammadiyah yang bergerak di dunia pendidikan, UAD tidak lepas dari tujuan mulia tersebut. Hal ini sesuai dengan cita-cita KH. Ahmad Dahlan, yakni agar mampu menjadi gerakan dakwah amar aa’ruf nahi munkar. (AKN)

 

Pelantikan IMM Pimpinan Cabang Djasman Al-Kindi

Minggu (28/06/2015) bertempat di gedung Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Jalan Cik Di Tiro, Yogyakarta, sejak pukul 10.30-12.30 WIB diadakan pelantikan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Pimpinan Cabang (PC) Djasman Al-Kindi.

Djasman Al-Kindi merupakan PC yang mencakup kota Yogyakarta dan menaungi seluruh Pimpinan Komisariat di Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Di DIY sendiri terdapat beberapa PC. Setiap PC menaungi beberapa universitas di DIY dan sekitarnya.

Dalam pelantikan tersebut, hadir Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Surya Darma Sufi,  Aris Madani selaku Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), serta Drs. Fadli, M. Hum. sebagai perwakilan wali kota Yogyakarta. Turut hadir pula tamu undangan dari berbagai universitas di DIY dan sekitarnya.

Ketua Umum PC IMM Djasman Al-Kindi periode 2015-2016 adalah IMMawati Lady Farhana, mahasiswa semester 6 fakultas Psikologi UAD. Sebelumnya, ia merupakan Ketua Umum IMM Pimpinan Komisariat (PK) Psikologi. Dalam sambutannya ia berujar, “Saya mengharapkan kerja sama dari semua agar amanah ini dapat diemban dengan sebaik-baiknya.”

Sementara itu, Surya Darma Sufi dalam sambutannya menuturkan bahwa kesuksesan sebuah organisasi dapat dilihat pada generasi selanjutnya. Karena di situlah dapat dilihat generasi penerus dari hasil kaderisasi.

“Pesan saya, dekatlah dengan pemerintah agar dimudahkan dalam menjalankan kegiatan,” tutupnya. (AKN)

Mudahnya Doktrin Menjadi Teroris

“Karena mereka merasa ada ketidakadilan, ketidakpuasan, rasa dendam, kesenjangan sosial, kemiskinan, dan ideologi atau paham radikalisme.”

Demikian jawaban Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Drs. Saud Usman Nasution, S.H.,M.Hum. saat mendapat pertanyaan tentang alasan beberapa orang memilih menjadi teroris.

Menurutnya, Komisaris Jenderal Polisi dan keterlibatan masyarakat sangat penting untuk menumpas teroris dari hilir ke hulu. Maka dari itu, kita perlu pendekatan dengan masyarakat.

“Untuk menanggulanginya, kami harus mengenal mereka (teroris) dengan pendekatan budaya dan pendekatan dengan masyarakat agar mengetahui betapa bahayanya teroris. Nanti jika masyarakat paham, mereka akan mempunyai upaya ikut serta membatu untuk menemukan terorisme dan melaporkannya kepada kami,” terang Nasution saat menjadi narasumber dalam Pengajian Ramadhan 1436 H Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Sabtu (27/6/ 2015).

Acara yang mengangkat subtema “Dakwah Muhammadiyah di Tengah Isu Radikalisme dan Terorisme” ini di hadiri oleh civitas UAD dan para anggota Muhammadiyah. Selain itu, juga turut hadir M. Busyro Muqoddas, S.H., M.Hum. dan Riefqi Muna, Ph.D. serta mantan teroris Jamaah Islamiyah, Abdurahman.

Menurut Abdurahman, radikalisme dan terorisme sangat dekat dengan kita. Maka jaga anak generasi kita. “Pada saat saya menjadi teroris, waktu itu umur saya 17 tahun, dengan mudah mereka mendoktrin dan mencuci otak saya. Itu tahun 90-an, dan teknologi tidak secanggih seperti sekarang ini. Sekarang, orang tidak perlu keluar rumah untuk melakukan aktivitas.”

“Media sosial dalam kehidupan kita adalah hal yang paling gampang untuk mendoktrin. Oleh karena itu, generasi sekarang lebih gampang untuk didoktrin. Para teroris lebih leluasa. Mereka tidak perlu datang menemui, cukup duduk di komputer dan melancarkan aksinya,” tambah Adurahman.

Abdurahman mengaku, hingga saat ini ia masih merasa takut anaknya dan generasi muda Indonesia seperti dirinya dulu.

Dakwah Muhammadiyah di Tengah Isu Radikalisme dan Terorisme

Menurut Riefqi Muna, Ph.D. persoalan atau isu terkait radikalisme agama akhir-akhir ini menguat dan menjadi tantangan serius bagi semua pihak—baik di tingkat global, nasional, lokal, tidak terkecuali bagi Muhammadiyah. Radikalisme dan terorisme menjadi persoalan serius bagi viktimisasi umat Islam di berbagai negara, terutama di Eropa dan Amerika. Pelaku kekerasan tidak berpikir terlalu panjang bahwa yang dilakukan akan mencelakakan muslim yang tinggal di negara-negara yang mayoritas nonmuslim.

Alhasil, orang-orang yang bernama Islam atau Arab menjadi target bagi sistem surveillance dan pengamanan di berbagai fasilitas internasional, seperti bandara internasional.

“Inilah yang akan menjadi tantangan dakwah bagi Muhammadiyah. Kita harus berdakwah dengan cara yang halus, terbaik, menyenangkan, bersahabat, dan menghargai kebhinekaan,” katanya dalam Pengajian Ramadhan 1436 H Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Sabtu (27/6/2015).

Riefqi menambahkan, menghadapi radikalisme dan terorisme tidak bisa dilakukan hanya dengan satu pendekatan. Ada tiga domain dalam menghadapi masalah radikalisme, yaitu dengan domain negara, masyarakat, dan intra-agama. 

“Nah, Tiga hal tersebut perlu terus dipantau,” terang Riefqi yang juga Ketua Lembaga Litbang PP Muhammadiyah tersebut.

Pada acara itu hadir pula Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Drs. Saud Usman Nasution, S.H., M.Hum. dan M. Busyro Muqoddas, S.H., M.Hum. sebagai pembicara dengan mengusung tema “Mencari Akar Ideologi Radikalisme dan Tanggung Jawab Negara”.

Tips Bisnis Muhammadiyah Berkembang

Menurut Muhammad Ridwan, jika bisnis Muhammadiyah mau berkembang, Muhammadiyah harus bisa membedakan antara bisnis, dakwah, dan sosial.

“Institusi bisnis Muhammadiyah tidak kunjung berkembang karena masih diselipkan dakwah dan rasa sosial yang tinggi. Padahal, dalam dunia bisnis tidak boleh dicampuradukkan dengan yang lain,” terangnya dalam pengajian Ramadhan 1436 H Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY yang berlangsung di auditorium Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Jum’at, (26/06/2015).

Ia yang menjabat sebagai Ketua MEK PWM di Yogyakarta ini melanjutkan,  amal usaha Muhammadiyah harus terbuka untuk siapa pun dan harus diaudit agar lebih berkembang dan tertata. Jika neraca penghasilannya bisa diketahui, maka juga akan lebih mudah untuk mengurus hal-hal yang dibutuhkan termasuk perizinan.

“Untuk menuju kesuksesan, kuncinya fokus, komitmen, punya kader sumber daya manusia (SDM) yang benar, pintar, dan berkarakter. Program sosial terpisah dengan bisnis. Bedakan kepentingan Muhammadiyah dan kepentingan pribadi.” Terang Muhammad Ridwan.

Acara yang mengangkat tema “Dakwah Pencerahan Menuju Masyarakat Berkemajuan” ini juga menghadirkan Bachtiar Dwi Kurniawan, wirausahawan muda yang saat ini mengembangkan ekonomi rakyat melalui jalur lambat.