PSW UAD adakan Seminar Nasional

Pusat Strudi Wanita (PSW) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) adakan seminar nasional mengenai Pemberdayaan Perempuan dalam Pencegahan dan Penanggulan HIV AIDS

Brosur_PSW_UAD3

Yang berminat silahkan daftarkan diri anda ikuti syarat yang dijelaskan oleh pamphlet di atas. Di bawah ini Formulis pendaftara, silahkan di download.

Pusat_Wanita_UAD4

Read more

STKIP Muhammadiyah Bulukumba Kunjungi Kantor SDM UAD

Semakin pesatnya animo masyarakat masuk kuliah menjadikan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) mulai berbondong-bondong berbenah dengan penanganan yang lebih modern dan terintegrasi. Jum’at, (14/12/2012) STKIP Muhammadiyah Bulukumba Sulawesi Selatan berkunjung ke Universitas Ahmad Dahlan (UAD) khususnya Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Maksud kedatangan mereka adalah dalam rangka Studi Banding.

UAD dipandang dapat dijadikan acuan dan dengan saling bertukar informasi sehingga didapat masukan yang membangun bagi kedua amal usaha muhammadiyah tersebut. Selanjutnya pertemuan tersebut mengarah pada jumlah pegawai. STKIP Muhammadiyah Bulukumba memiliki 15 orang karyawan administrasi dengan kapasitas mahasiswa 4000an.

“Seorang karyawan hampir dapat menangani semua pekerjaan yang ada. Selesai mengerjakan satu pekerjaan mereka segera mengerjakan pekerjaan lain yang sangat lain dengan pekerjaan pertama. Hal tersebut bertujuan mempercepat dan mengintegrasikan antar bagian” begitulah yang dilarsir web http://psdm.uad.ac.id.



Read more

Delapan Dosen UAD Lulus Serdos Gelombang II Tahun 2012

Merujuk surat Kopertis no 3595/K5/KP/2012 pada tanggal 28 November 2012, bahwa delapanΒ  dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD) telah dinyatakan lulus sertifikasi dosen gelombang II Tahun 2012. Dengan bertambahnya delapan orang dosen tersebut,Β  UADΒ saat ini telah memiliki 101 dosen bersertifikat.

Berikut nama-nama delapan dosen UAD tersebut; Widodo (Pendidikan. Fisika), Ardiansyah (Teknik Informatika),Laela Hayu Nurani (Farmasi), Siti Fatimah (Sastra Indonesia), Sugiyarto (Matematika), Maryudi (Teknik Kimia), Rahmat Muhajir Nugroho (Ilmu Hukum) dan Uus Kusdinar (Pendidikan Matematika).

Selamat kepada Bapak/Ibu yang berhasil lulus Sertifikasi Dosen (Serdos) 2012. Semoga kedepan para dosen UAD semakin berkualitas dan kreatif seiring lulusnya para dosen tersebut.

Read more

Membenahi Kekeliruan Presidential Threshold

Dani Fadillah*


Kala bangsa ini memerlukan sosok pemimpin alternatif yang dapat membawa bangsa ini keluar dari keterpurukan, sebuah fenomena unik terjadi, yaitu kesibukan anggota-anggota dewan di DPR yang tengah menggodok sebuah kebijakan yang menjurus pada seolah kualitas presiden ditentukan oleh besar-kecilnya dukungan parpol atas calon presiden. layaknya Pemilu Presiden 2009 dimana seseorang hanya bisa dicalonkan menjadi presiden dan wakilnya ketika mendapat dukungan paling sedikit 25% dari partai-partai pendukungnya secara nasional atau 20% kursi DPR. Kebijakan ini tertuang dalam UU No 42/2008 dan saat ini tengah diperbicangkan secara transaksional oleh DPR apakah persentasenya dikurangi atau malah diperbesar. Sebuah kebijakan yang menurut hemat penulis seharusnya tidak perlu dipersoalkan, lebih baik jika kebijakan itu dihilangkan saja.

Karena pemberlakuan ambang batas tertentu dalam pencalonan presiden sungguh tidak dapat diterima oleh akal sehat maupun dari segi kacamata politik. Begini, basis legitimasi presiden dalam sebuah negara yang menganut sistem presidensial seperti Indonesia, tidak ditentukan oleh formasi politik parlemen hasil pemilu legislatif. Presiden dan parlemen adalah dua institusi yang berbeda dan memiliki basis legitimasi yang berbeda pula.

Singkat kata, pemberlakuan presidential threshold tidak dapat dijadikan sebagai standar batasan untuk pencalonan seseorang menjadi presiden nmaun dalam rangka menentukan persentase suara minimum sang calon presiden dinyatakan sahtelah terpilih untuk menjabat selama satu periode kedepan. Di Indonesia, kebijakan presidential threshold ini sudah sangat jelas bahwa Pasangan calon presiden dan wakil presiden yang mendapatkan suara lebih 50% dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya 20% suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia dilantik menjadi presiden dan wakil presiden. Simpel, bukan?

Kebijakan tidak perlu semacam ini tidak perlu muncul seandainya para elit parpol tidak terperangkap ke dalam egoisme mereka. Beberapa partai besar mengusulkan ambang batas pencalonan presiden yang relatif tinggi karena terlalu percaya diri dengan elektabilitas masing-masing calon yang hendah mereka jagokan melalui hasil laporan lembaga survey kepercayaan mereka.

Dapat dikatakan tidak ada satupun elit partai yang berbicara soal kebutuhan kepemimpinan nasional dalam konteks krusial dan strategis untuk bangsa kita kedepan. Dan sangat minim ada parpol yang dengan jumawa mau mengakui ada sosok yang lebih oantas untuk memimpin bangsa ini yang berada diluar partainya jabatan sebagai ketua umum partai dengan dukungan matematis diatas kertas adalah syarat sah seseorang dicalonkan untuk menjadi presiden, bukan kualitas secara hakiki yang diakui dengan ksatria secara komunal.dan ujung-ujungnya Pilpres tak ubahnya ladang adu banyak uang untuk meraup suara sebanyak-banyaknya antar ketua umum parpol. Dalam pemaparan visi dan misi juga tidak akan diperjuangkan oleh masing-masing kandidat, dalam forum-forum debatpun hanya akan menjadi bumbu bahwa sekarang sedang dalam suasana pilpres.

Sungguh sangat mahal ongkos sosial dan politik yang harus ditanggung bansa ini jika kekeliruan dalam memahami persyaratan ambang batas pencalonan presiden yang tidak relevan dalam skema presidensial ini terus berlanjut. Karena yang seharusnya diperdebatkan bukanlah ambang batas pencalonan presiden yang memiliki tingkat elektabilitas tinggi dan basis dukungan parpol yang luas.Saatnya untuk membenahi dan mempertegas keberadaan UU Pilpres agar tidak hanya memfasilitasi para para elit parpol menjadi capres, namun turut membuka peluang agar munculnya calon-calon pimpinan alternatif terbaik untuk bangsa ini meski dari luar partai (independen). Jika tidak, pilpres yang berlangsung selama lima tahun sekali tidak akan menghasilkan perbaikan signifikan bagi kehidupan bangsa.

*Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan,

Pengamat Komunikasi Politik

Read more

Pelajar dan Jiwa Kemerdekaan

Catatan Untuk Muktamar IRM di Palembang 2012

Oleh : Hendra Darmawan

Cita-Cita Indonesia

Tiga cita-cita kemerdekaan Indoensia yang termaktub dalam pembukaan Undang-undang dasar 1945 yaitu : mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan menciptakan perdamaian dunia. Tanpa merasa lelah, muhammadiyah terus berbuat untuk dirinya dan untuk Indonesia secara umu. Tidak heran jika dalam memperingati ulang tahunnya yang ke 103 masehi dank ke 100 tahun hijriah, Muhammadiyah mengambil tema “Sang Surya tidak berhenti menyinari Bumi”. Prof Taufik Abdullah mengatakan bahwasanya Muhammadiyah sangat berjasa dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Muhamamadiyah sebagai narasi besar perubahan social telah melewati banyak fase. Kontribusinya pada bangsa ini tidaklah bisa dipandang sebelah mata. Muhammadiyah juga memiliki gerakan yang juga menyempurnakan segmentasinya sesuai usia dan jenis kelamin seperti Aisyiah, Nasyiah aisyiah, Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan Pemuda Muhammadiyah, Hizbul Wathon dan tapak suci untuk beladiri.

Setelah IRM mendapatkan ASEAN Award sebagai organisasi pelajar yang prestatif pada tahun 2012, maka masyarakat juga akan terus menanti kontribusi-kontribusinya yang lebaih besar, sesuai amanah yang diemban. Menjadikan pelajar Indonesia untuk tetap prestatif dalam bidang kademik adalah keharusan. Menjadikan mereka sholeh secara social jug merupakan hal yang tidak bisa disikapi secara taken for granted. Harus ada upaya yang sistematis untuk menjadikan mereka tetap dekat dengan rakyat dan melek realitas. Islam menekan pencapaian dua hal yakni Alim dan Soleh yang artinya sesorang harus menjadi cerdas dan juga memiliki kesholehan social. Banyak diantara kita hanya memiliki satu diantara dua hal tersebut.

Jumlah pelajar yang ada di Indonesia jutaan, sebagian besar dari mereka adalah dari kaum menengah kebawah. Upaya perubahan Kurikulum pendidikan dasar yang dicanangkan oleh Kementrian pendidikan nasional pasti akan memakan biaya yang tidak sedikit, minimal milyaran rupiah. Muncul pertanyaan dalam banyak benak orang apakah itu akan efektif, apakah uapya itu akan menciptkana atmosfir yang lebih baik atau apakah dengan merubah kurikulum dapat menciptkan pelajar yang tidak hanay cerdas tetapi juga dapat berfihak kepada rakyat. Menjadikan pelajar hari ini memiliki rasa kemerdekaan, watak yang dekat dengan rakyat. Atau dengan bahasa yang lain, apakah pendidikan hari ini dapat menciptakan pelajar yang melek dengan realitas karena kita yakin akan kuasa Ilmu (knowledge is power). Syaidina Ali mengatakan bahwa manusia akan menjadi musuh atas apa-apa yang ia tidak ketahui.

Kisah dari Sekolah Serikat Islam

Pelajar Turun ke Bawah (memasuki Kampung-kampung). Untuk mendapatkan dana dari masyarakat. Mereka mengenakan seragam putih-putih dengan Selempang kain merah bertuliskan “Rasa Kemerdekaan”. Menanamkan rasa kemerdekaan dan menunjukkan rasa kewajiban murid terhadap rakyat jelata merupakan iklim kejiwaan disekolah SI (sarekat Islam) yang dikatakan lebih dekat kepada watak dana asal anak dari timur, terutama kalau dibandingkan dengan jiwa sekolah-sekolah partikelir lainnya ataupun HIS gouvernement. (Abdurahman Suryomiharjo, 1977)

Murid-murid yang sudah cukup matang diajak untuk menyaksikan rapat-rapat SI dan Buruh, agar dapat mendengarkan sendiri suara si Kromo (kaum Kromo/rakyat Jelata) yang kemudian menjadi bahan diskusi antar mereka sendiri. Semua anak didik disekolah SI diharapkan mampu memahami hubungan pelajar di sekolah dengan daya upaya membela rakyat. Pendiri sekolah-sekolah SI, Ibrahim gelar Datuk Tan malaka, menerbitkan karangan-karangan tentang sekolahnya, satu terbit di Indonesia dan satu di Nederland. (De Sarekat Islam Scholen als pistol op de borst der koloniale regeering”, Tribune 29-30 Mei 1922.

Dua cerita diatas harapannya dapat menginspirasi jiwa pelajar hari ini. Pelajar yang tidak hanya akademik, berjiwa merdeka, cinta tanah air bahkan lebih dari pada itu dekat dengan masyarakat (Student Activism). Selamat buat mukatamar IRM di Palembang, masyarakat menanti kiprah kongkrit pelajar.

*) Hendra Darmawan

Dosen PBI FKIP UAD.

Read more

Tapak Suci UAD Meraih Prestasi

tapak_suci_uad_juara_lagi

Setelah Tapak Suci (TS) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) meraih prestasi pada Invitasi Pencak Silat antar mahasiswa Nasional di Universitas Airlangga Surabaya dengan menjadi juara umum. Kini Tapak Suci (TS) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kembali meraih dua Perak, empat perunggu, dan kontingen terbaik pada perlombaan Tapak Suci of Brawijaya University International Open 2012 di Universitas Brawijawa Malang.

Gatot Sugiharto, SH., MH. selaku pembina mengungkapkan bahwa keberhasilan meraih prestasi internasional terutama dalam bidang minat bakat menjadi bukti bahwa UAD telah mewujudkan visi dan misi menjadi perguruan tinggi bertaraf internasional.

Dosen Fakultas Hukum ini menambahkan bahwa prestasi internasional yang sudah diraih merupakan bagian dari proses pembelajaran mahasiswa untuk mengembangkan diri mencapai prestasi melalui pencak silat.

“Kami cukup bangga dengan capaian Tapak Suci UAD dengan memperoleh kontingen terbaik. Keberhasilan ini karena tim sangat disiplin, kompak, dan sportif, ” tambah Kepala Bidang Kesekretariatan, Hukum, dan Tata Laksana Kantor Universitas Ahmad Dahlan tersebut di sela-sela kesibukannya.

Adapun nama-nama atlit tapak suci UAD yang meraih presrasi diantarannya: Agung Dwi RK (katagori figter kelas I); Adi Saputra, Naita Faulina, Yahya Zakiyah, Ifah Maya Sari, dan Rian Terna (perak kelas seni beregu); Adi Saputra (katagori figter kelas F Putra); Miftahudin (Kelas bebas beregu); Agung Dwi RK (Kelas bebas beregu); Amad Basyuni (Kelas bebas beregu); Abdul Muklis Jailani (Seni Tunggal putra); dan Isni Yuliza (Seni Tunggal putri). (Sbwh)

Read more

Upacara Milad ke-52 Universitas Ahmad Dahlan

 

Hari, tanggal: Senin, 17 Desember 2012

Waktu : 09:30 – 12:00 WIB

Tempat : Auditorium Kampus I UAD Jl. Kapas 9 Yogyakarta

Acara : Upacara Milad ke-52 Universitas Ahmad Dahlan

 

Susunan Acara:

  • Pembukaan
  • Lagu Indonesia Raya
  • Pembacaan Ayat-ayat Suci Al Qur'an
  • Pembukaan Sidang Senat Terbuka dilanjutkan Ucapan Selamat Datang oleh Rektor/ Ketua Senat UAD
  • Sambutan-sambutan

    • Koordinator Kopertis Wilayan V DIY
    • Pimpinan Pusat Muhammadiyah
  • Pidato Tahunan Rektor UAD
  • Pidato Ilmiah oleh Dr. (Hc.) H. Zulkifli Hasan, S.E., M.M. (Menteri Kehutanan RI), dengan Tema:

Economy for Sustainable Development

  • Do'a
  • Penutup
  • Ramah tamah
  • Penanaman pohon untuk taman hutan kota di Kampus IV UAD oleh Menteri Kehutanan RI

 

 

Kunjungan STKIP Muhammadiyah Bulukumba Sulawesi Selatan ke Biskom UAD

Biro Sistem Informasi dan Komunikasi (Biskom) Universitas Ahmad Dahlan (UAD)) menerima kunjungan tamu Studi Banding dari Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Bulukumba, Sulawesi Selatan, Jum'at, (14/12/2012). Tim IT dari STKIP terdiri dari 4 orang, dengan sistem paralel mereka mengunjungi Bidang SDM 2 orang dan ke Biskom 2 orang. Kunjungan ke Bisko yang diwakili oleh Bapak H. A. Asnawi, S.S. M.Hum dan Ibu Ernawati disambut langsung oleh jajaran kru Biskom antara lain Kepala Bidang Web dan Social Media, Ketua Urusan Jaringan dan Komunikasi, Kepala Urusan Pengembangan, Pemeliharaan, dan Keamanan Web, serta Kepala Urusan Pengembangan dan Pemeliharaan Sistem Informasi dan beberapa staf Biskom yang dipimpin oleh Tawar, S.Si., M.Kom. selaku Kepala Biskom.

Pertemuan yang berlangsung di ruang rapat Biskom, Tawar menjelaskan tentang sistem pengelolaan Biro Sistem Informasi dan Komunikasi yang meliputi struktur organisasi dan pengelolaan Data dan Jaringan dan Pembuatan Sistem Informasi. Lebih khusus lagi Asnawi mendiskusikan tentang penggunaan lebih detail tentang Sistem Informasi Akademik (SIA) di UAD, baik dari sisi user sebagai mahasiswa, dosen, tata usaha, maupun dari sisi adminitrator. Tawar juga menjelaskan keterkaitan SIA UAD dengan sistem informasi lain yang terkait, antara lain sistem pembayaran SPP Mahasiswa yang sudah bekerja sama dengan beberapa bank yang sudah terintegrasi dengan sistem SIA dan sistem pengelolaan keuangan UAD.
Selanjutnya dijelaskan tata kelola dan kebijakan yang berhubungan dengan penggunaan IT di UAD, prioritas pembangunan sistem informasi ditujukan pada operasional yang berhubungan dengan akademik. Asnawi dan rombongan menjelaskan kunjungan ke Biskom ini merupakan kunjungan di hari ketiga dari empat hari kunjungan yang dikhususkan untuk studi banding seluruh sistem di UAD, harapannya ke depan dapat terjalin kerjasama yang lebih intensif untuk kemajuan bersama. (@)

UNIVERSITAS RISET, APAKAH SEBUAH UTOPIA?

Triantoro Safaria, S Psi. M.Si. PhD.

Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan

Yogyakarta

Universitas merupakan pusat dari creation, preservation and dissemination of knowledge. Maknanya pertama, sebuah universitas harus menjadi tempat mengembangkan ilmu pengetahuan, termasuk didalamnya menghasilkan teori-teori baru, inovasi-inovasi teknologi dan kemanusiaan. Kedua, sebuah universitas menjadi tempat penyemaian dan pelestarian ilmu pengetahuan melalui diantaranya menghasilkan sarjana-sarjana yang mumpuni, yang mampu mengembangkan dan melestarikan tradisi ilmiah di lingkungannya. Ketiga, sebuah universitas harus menjadi tempat pertukaran dan penyebaran ilmu pengetahuan. Hal ini dicapai melalui kegiatan penelitian dan pengajaran, diskusi ilmiah, seminar, publikasi ilmiah dan konferensi. Sehingga ketiga filosofi diatas perlu menjadi dasar dari eksistensi dan menjadi tujuan tertinggi sebuah universitas dan sivitas akademik di dalamnya.

Namun kenyataannya sungguh berbeda. Ketiga filosofi di atas masih menjadi hal yang sulit untuk diwujudkan secara optimal dan berkesinambungan. Berbagai hambatan dan rintangan masih mengajal banyak universitas negeri maupuan swasta, untuk mencapai impian menjadi universitas riset. Kendala pertama adalah sikap dan kebijakan pemerintah sendiri yang masih setengah hati mendukung kemajuan pendidikan di Indonesia. Kebijakan pengurangan subisidi penuh dan bantuan penuh bagi univeristas negeri merupakan salah satu contoh sikap setengah hati ini. Efek dari kebijakan ini adalah banyak PTN dipaksa untuk menjadi setengah swasta, yang harus mencukupi dirinya sendiri dalam hal pengelolaan keuangan. Akibatnya PTN-PTN besar mencari kekurangan dana ini melalui SPP yang mahal, sumbangan gedung dan istilah lainnya. Hal ini kemudian menyebabkan mahasiswa harus membayar mahal biaya kuliahnya, dan efek ini berimbas pada calon mahasiswa dari ekonomi bawah yang terpaksa tidak melanjutkan kuliah karena tidak mampu memenuhi tuntutan keuangan yang ada.

Sebagai salah satu contoh adalah bagaimana pemerintah Malaysia memberikan dana penelitian yang besar bagi universitas negeri yang dipromosikan masuk dalam universitas riset. Dana ini diberikan dalam kurun waktu tiga tahun yang nantinya akan dievaluasi secara berkelanjutan. Sepanjang tiga tahun tersebut pada tahun pertama mendapat sekitar 65 juta ringgit (Rp. 180 milyar); tahun kedua dan ketiga meningkat menjadi sekitar 100 juta (sekitar Rp 280 milyar). Dana sebesar ini akan difokuskan pada kegiatan riset dan beasiswa riset. Jika dalam satu universitas yang mempunyai dosen yang layak meneliti sebanyak 1000 orang, maka setiap dosen akan memiliki dana riset yang siap digunakan dalam jangka waktu satu tahun sebesar 65 ribu ringgit (Rp. 182 juta)(Bambang Sumintono, 2011).

Kendala kedua, akibat kucuran dana pemerintah yang tidak mencukupi, maka banyak fasilitas penelitian dan laboratorium yang kurang memadai untuk kegiatan riset. Sehingga hal ini menjadi hambatan besar bagi peneliti berbakat untuk mengembangkan risetnya. Kalau kita melihat sejarah ilmuwan-ilmuwan yang mendapatkan hadiah nobel, ternyata kebanyakan mereka bekerja pada sebuah lembaga riset ternama, yang memiliki semua fasilitas yang dibutuhkan untuk mengembangkan risetnya. Sebagai contoh Prof. Osamu Shimomura yang berhasil menemukan dan mengembangkan green fluorescent protein. Shimomura melakukan risetnya di Marine Biological Laboratory, dan Boston University Medical School, Massachusetts, Amerika. Artinya sebuah riset yang berkualitas tidak akan bisa dihasilkan, ketika peneliti tidak memiliki laboratorium yang memadai untuk mengembangkan risetnya.

Kendala ketiga, banyak staf akademik atau peneliti di Indonesia yang waktunya habis untuk mengajar, atau mencari tambahan penghasilan, akibat gaji yang tidak memadai, dan juga sebagai akibat jumlah SDM yang terbatas di sebuah universitas. Hal ini kemudian mengakibatkan kegiatan riset tidak berjalan secara berkesinambungan. Riset hanya dilakukan sekedar untuk memenuhi point kenaikan pangkat sebagai dosen atau peneliti. Bahkan beberapa dana riset dikorupsi, dan digunakan untuk tujuan memperkaya diri. Hal ini menjadi sebuah ironi tersendiri jika mengingat dana penelitian harusnya digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Hasilnya akhirnya, riset yang dilakukan bukan merupakan riset berkualitas untuk menjawab gap of knowledgeΒΈ tetapi sekedar riset kecil-kecilan yang kurang memiliki impact factor tinggi.

Kendala keempat, ternyata banyak pula staf akademik yang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang kurang memadai untuk meneliti atau mempublikasikan hasil penelitiannya. Akibatnya karya ilmiah mereka tidak dapat menembus jurnal-jurnal berkaliber internasional (ISI Thomson/Scopus) karena tidak mampu menghasilkan sebuah karya ilmiah yang berkualitas. Rendahnya minat dan kemampuan menulis ini dapat terlihat dari masih sedikitnya karya ilmiah para staf akademik ini terpublikasi di jurnal-jurnal ilmiah, baik nasional maupun internasional. Bahkan dalam satu tahun, belum tentu mereka menghasilkan karya ilmiah yang bermutu, sehingga dapat terpublikasi di jurnal nasional terakreditasi. Kenyataan ini juga menjadi ironi tersendiri dalam komunitas ilmiah di banyak perguruan tinggi di Indonesia. Sehingga universitas riset, saat ini tampaknya masih menjadi sebuah utopia yang nyata di Indonesia.

Read more

Rayakan Milad dengan Penyuluhan- Penyuluhan

Masyarakat dapat menciptakan kesejahteran secara mandiri dengan mengembangkan Usaha Micro Kecil Menengah (UMKM). Mengingat hal tersebut penting dalam meningkatkan kemakmuran, maka Sabtu, 17 November 2012 dilaksanakan penyuluhan UMKM. Penyuluhan secara khusus dihadirkan untuk memperingati Milad UAD ke-52 yang dilaksanakan di Galur, Brosot, Kulonprogo. Hadir sebagai pemateri. Ir. Arif Martono, M.Si (Dinas Perindustrian Kabupaten Kulon Progo) dan Beni Suhendra (Wakil Dekan Fakultas Ekonomi UAD).

Selain penyuluhan yang dilaksankana di Galur. Penyuluhan juga diadakan di Ruang Sidang Kampus I UAD pada hari Sabtu, 24 November 2012, tema yang diangkat adalah “Penyuluhan Hukum tentang Perwakafan dan Permasalahannya”. Dadir sebagai pemateri adalah Hj. Wihandriati, S.H., C.N. (Dosen Fakultas Hukum UAD) dan Henny Astiyanto, S.H., (Dosen Fakultas Hukum dan direktur PKBH FH UAD).

“Mereka berharap penyuluhan semacam ini dapat terus dilaksanakan. Semoga apa yang telah kami usahakan ini memberikan manfaat bagi mayarakat, khususnya bagi warga Galur, Brosot, Kulonprogo ” ungkap Beni yang menjadi Sekertaris 1 Milad UAD ke-52 . (FM)

Read more