img-20170314-wa00104.jpg

MADAPALA UAD: Cinta Alam, Cinta Sosial

Biasanya, pecinta alam identik dengan kegiatan yang bersinggungan dengan alam dan diklatsar yang dekat dengan kekerasan. Namun, hal itu berbeda dengan MADAPALA. Pecinta Alam UAD  ini ternyata memiliki desa binaan di Kulon Progo. Mereka sering mengadakan kerja sama terkait dengan kegiatan sosial.

“Kami tidak hanya tanam pohon, bersih gunung, bersih sungai, tetapi kami juga aktif di Search And Rescue (SAR) Yogyakarta. Prioritas utama kami sekarang berkaitan dengan kemanusiaan. Bahkan beberapa tahun yang lalu, kami pernah malakukan penelitian Uji Kualitas Air (UKA) di Giricahyo, Gunungkidul,” ujar Ainun ketika ditemui di sekretariat MADAPALA.

Menurut Ainun, terkait dengan permasalahan diklatsar yang identik dengan kekerasan, dia menjelaskan bahwa tidak semua pecinta alam seperti itu. dia menambahkan bahwa proses diklatsar ada regulasinya dan jalurnya.

“Jelas, kami menolak segala tindakan yang berkatian dengan kekerasan. Pelaksanaan itu ada prosedurnya, mulai dari persertujuan pihak universitas, izin Ketua MADAPALA, panitia, dan koordinator lapangan. Agenda harus apa yang telah disepakati.”

Dari penjelasannya, dia sangat menyayangkan terjadinya kekerasan yang mengakibatkan korban jiwa pada kegiatan diklatsar yang dilaksanakan di salah satu universitas di Yogyakarta. Menurutnya kejadian tersebut menjadikan citra pecinta alam menurun.

“Dari segi penampilan kami, terkadang masyarakat sering menilai negatif. Tetapi itu tidak masalah, yang penting kami memberi bukti ke masyarakat. Penampilan itu bukan nomor satu, yang penting aksinya. Kami tetap berpegang teguh dengan kode etik pecinta alam. Konsentrasi kami sekarang dikerucutkan di kegiatan sosial tanpa mengesampingkan alam, dan keorganisasian,” pungkas Ainun. (ard)