Kepedulian BEM UAD Untuk Bencana di Purworejo

               Saat Purworejo diguyur hujan deras pada tanggal 19-20 Desember 2013. Hujan mengakibatkan 4 sungai besar di Purworejo meluap akibatnya 11 kecamatan tergenang air. Salah satu Desa Rowodadi Kecamatan Grabag capai 4 meter ketinggian air sehingga hanya atap bangunan saja yang terlihat.

Berdasarkan data dari Posko LPM Muhammadiyah Purworejo, 4 orang meninggal dunia yaitu Wongso Suwito (85), Rinayah (48), Siti Aminah (8), dan 1 orang belum dikenali.  Ini merupakan bencana banjir dan longsor yang paling parah dalam kurun waktu 10 tahun terakhir sejak tahun 2000 lalu.

            Melali Badan Eksuktif Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (BEM-UAD) dalam gerakan Aksi Nyata untuk Purworejo,  menyerahkan bantuan kepada korban bencana alam banjir dan tanah longsor di Kabupaten Purworejo Propinsi Jawa Tengah, tepatya di Posko PCM Kutoarjo. Alhamdulillah, uang sebesar Rp 18.039.100,- diserahkan, serta bantuan lain berupa sembako, pakaian layak pakai, selimut, perlengkapan bayi juga tersalurkan. Relawan UAD yang mewakili 10 fakultas , ikut berpartisipasi membersikan Sekolah Dasar Rowodadi Grabag, yang tenggelam sedalam 4 meter saat bencana.

“Ini wujud kepedulian kita kepada saudara yang sedang ditimpa musibah. Kita UAD, kita berbagi” tutur Idham Leipary, Presiden Mahasiswa UAD. Dalam sela-sela kesibukan recovery bencana, Diki Anwar Sani, Sekretaris LPB Muhammadiyah Purworejo menuturkan, “kami semakin percaya, UAD peduli dengan masyarakat”.

Idam selaku Ketua BEM Universitas Ahmad Dahlan menyampaikan  Persaudaraan bagaikan sebuah bangunan, saling menguatkan. Juga diibaratkan seperti satu tubuh, satu bagian mendapati luka maka bagian lainnya juga ikut merasakan, berupaya mengobati. (doc)

Pengajian UAD: Sembilan Kebiasaan Emas Rasulullah

“Umat Islam, khususnya Warga Muhammadiyah seharusnya mencontoh kebiasaan-kebiasaan baik yang sering dilakukan oleh Rasulullah SAW. dan mengistiqomahkan sembilan kebiasaan emas atau yang biasa disebut dengan The Nine Golden Habits.” Papar Ustadz dr. H. Agus Taufiqurrahman, M.kes., Sp.S. saat mengisi acara pengajian untuk Dosen dan Karyawan Universitas Ahmad Dahlan (UAD).

“Sembilan kebiasaan tersebut ialah: pertama, shalat fardhu diawal waktu dengan berjamaah dilanjutkan dengan melakukan shalat Tathowu' (sunnah) seperti sholat rawatib, dhuha, dan tahajud. Kedua, melakukan puasa sunnah seperti puasa 3 hari setiap bulan, puasa senin-kamis, atau seperti puasa Nabi Daud.” lanjutnya

Lebih lanjut Ketua umum PW Muhammadiyah DIY tersebut menyampaikan, “Kebiasaan Baik yang Ketiga yaitu mengeluarkan zakat, infaq, dan shodaqoh (2,5 % dari penghasilan). Keempat, beradab islami dalam setiap kegiatan. Kelima, tadarus Al-Qur'an minimal 1 juz setiap hari dan khatam dalam sebulan. Keenam, Membaca buku minimal satu jam tiap hari. Ketujuh, Mengaji minimal seminggu sekali. Kedelapan, aktif berjamaah dan berorganisasi. Kesembilan, senantiasa berfikir Positif dan bersyukur”.

Acara yang diprakarsai oleh Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) UAD tersebut berlangsung di Auditorium Kampus I UAD, Jalan Kapas 09 Semaki Yogyakarta. Sabtu (05/04).

Diakhir acara, dihimbau kepada para peserta yang hadir untuk menggunakan hak pilihnya (tidak golput) dan jangan sampai salah pilih dalam pemilu 2014 yang akan diadakan besok tanggal 09 April 2014. (MCH).

Koreksi Mutu Pembelajaran

 

Oleh: Hendro Widodo, M. Pd

Penulis Dosen Prodi PGSD UAD Yogyakarta

Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antar siswa dengan guru, siswa dengan siswa, dan siswa dengan sumber belajar. Ketiga relasi tersebut dapat berjalan dengan baik dalam pembelajaran bilamana para pelaku pembelajaran (guru dan siswa) dapat membangun pembelajaran yang bermutu. Pembelajaran yang bermutu berawal dari guru yang perlu melihat kondisi siswa, baik dalam hal pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki. Kegiatan pembelajaran perlu dikondisikan sedemikian rupa yang membuat siswa belajar dengan nyaman dan tanpa tekanan.

Seorang guru sangat memahami bahwa semua siswa berbeda satu sama lainnya, dan mereka belajar dengan model yang cocok dengan kebutuhan dan kecenderungan mereka masing-masing.  Seorang guru yang menggunakan prosedur mutu terpadu harus menangkap secara serius isu-isu tentang gaya dan kebutuhan pembelajaran untuk menciptakan strategi individualisasi dan differensiasi dalam pembelajaran. Siswa adalah pelanggan utama, dan jika model pembelajaran tidak memenuhi kebutuhan individu masing-masing mereka. Maka, guru tersebut tidak dapat mengklaim bahwa ia telah mencapai mutu terpadu dalam pembelajaran (Edwar Sallis, 2010).

Guru harus memahami bahwa beberapa siswa juga suka pada kombinasi beberapa gaya belajar dan guru harus mencoba untuk cukup fleksibel dalam memberikan pilihan tersebut. Untuk itu, strategi belajar yang diterapkan guru tidak boleh hanya satu yang membuat siswa bosan. Guru dapat memberikan beberapa model pengajaran dan pembelajaran terhadap para siswa. Di sini guru dituntut untuk dapat menguasai berbagai metode dan strategi pembelajaran.

Salah satu adagium yang tepat untuk menunjukkan pentingnya strategi pembelajaran adalah al-tariqah ahammu min al-maddah, strategi lebih penting dari materi. Adagium ini menunjukkan relasi antara materi dan strategi pembelajaran, bahwa sebaik apa pun materi pembelajaran yang dibuat oleh guru jika tidak disampaikan dengan cara yang tepat maka tidak akan bermakna sebagaimana yang diharapkan. Tentu ini tidak boleh dimaknai bahwa materi tidak penting, bahwa ketika materi yang sudah dibuat secara ideal harus segera diikuti oleh pilihan strategi penyampaian secara tepat. Ketepatan dalam pemilihan strategi pembelajaran akan mempengaruhi ketercapaian tujuan pembelajaran sehingga secara mikro harus ditemukan strategi dan pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas.

Selain dari kemampuan guru dalam melihat kondisi siswa dan kemampuan memberikan beberapa model pengajaran dan pembelajaran terhadap siswa, evaluasi pembelajaran juga harus menjadi proses berkelanjutan yang tidak boleh diabaikan. Evaluasi tidak hanya mengedepankan evaluasi hasil tapi yang tidak kalah pentingnya adalah evaluasi proses. Seorang guru dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran dituntut untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap siswa, baik dari segi pemahamannya terhadap materi yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi sikap dan penghayatan (aspek afektif), dan pengamalannya (aspek psikomotorik). Ketiga aspek tersebut sangat erat sekali dan bakan tidak dapat dilepaskan dari kegiatan evaluasi pembelajaran. Hasil dari proses evaluasi harus dibicarakan kepada siswa, dengan tujuan untuk melengkapi hasil evaluasi.

Dalam pembelajaran yang bermutu, peran seorang guru sangat menentukan. Kemampuan guru dalam memahami siswa baik dalam hal pengetahuan maupun pengalaman, kemampuan dalam pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran menjadi faktor utama dalam menghasilkan pembelajaran yang bermutu. Oleh karena itu, komitmen dan profesionalisme seorang guru terus selalu ditingkatkan baik secara individual maupun institusional, agar betul-betul menjadi seorang guru yang bermutu sehingga mampu mengkonstruksi pembelajaran yang bermutu pula.

Libur Pemilu 9 April 2014

Segenap sivitas Universitas Ahmad Dahlan, untuk mendukung suksesnya penyelenggaraan pemilu Rabu, 9 April 2014 maka hari tersebut diliburkan dari kegiatan akademik maupun administratif.

SURAT EDARAN Libur 9 April

 

SURATEDARAN

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

Nomor: RJIID.I01lV/2014

tentang

Libur Pemilihan Umum

 

Assalamu’alaikum w. w.

Memperhatikan Undang-undang Nomor 8 tahun 2013 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 21 Tahun 2013 Tentang Perubahan Keenaln. Atas Peraturan KPU Nomor 07 Tahun 2012 Tentang Tahapan, Program dan Jadual Penyelenggaraan Pemilihan Umuln Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2014 Sebagaimana Telah Diubah Terakhir Dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 19 Tahun 2013, Pimpinan Universitas Ahmad Dahlan menetapkan Rabu, 9 April 2014 yang bertepatan sebagai Hari Pemilihan Umum Anggota OPR, OPD dan~.DPRD sebagaLhari libur dan menghimbau kepada seluruh sivitas akademika Universitas Ahmad Dahlan untuk mensukseskan pemilu dan menggunakan hak pilihnya dengan sebaik-baiknya.

Demikian harap maklum dan atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum w. w.

 

 

 

Yogyakarta, 1 Jum. Tsaniyah 1435 H

1 April2014 M

 

 

 

 

Dr. Kasiyarno, M.Hum.

312031984031001

Orang Tua Wajib Waspada “Cabe Cabean”

Tri Wahyuni Sukesi, S.Si.,MPH

Kepala Pusat Studi Wanita dan Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Ahmad Dahlan

 

            Akhir-akhir ini sering sekali kita mendengar istilah “cabe cabean” di berbagai media atau perbincangan di kalangan remaja. Cabe cabean, sekelompok remaja perempuan yang memiliki gaya hidup berlebihan atau dalam bahasa gaul sering disebut alay. Hal ini tercermin dalam gaya dan penampilan yang laksana artis dan gaya pergaulan yang cenderung bebas.

Awalnya “cabe cabean” sering dijumpai di antara kelompok pecinta motor saat melakukan aksi balapan. Selanjutnya tidak hanya dijumpai di arena balapan liar saja. Tetapi juga dapat ditemui di beberapa komunitas remaja. Beberapa orang mengatakan perempuan murahan yang alay atau berlebihan dalam bergaya bahkan bisa berdandan seperti orang dewasa. Parahnya perempuan muda ini cenderung bisa dipakai untuk melakukan hubungan layaknya suami istri.

Hubungan tersebut awalnya dijadikan sebagai bahan taruhan dalam balapan liar. Selanjutnya meluas menjadi transaksi untuk mendapatkan sejumlah uang. Remaja perempuan ini mendapatkan sejumlah uang yang akan digunakan untuk menunjang style pergaulannya, mulai dari membeli baju, berdandan sampai dengan gadget yang menjadi pelengkap untuk bisa masuk atau dianggap keberadaannya dalam komunitas “cabe cabean”.

 Hubungan tersebut biasanya dilakukan oleh teman sebaya atau yang lebih tua atau bahkan orang dewasa. Aktivitas seksual inilah yang sama sekali tidak layak terjadi dan dilakukan oleh remaja. Pengetahuan yang minim tentang kesehatan reproduksi dan bahaya yang ditimbulkan dengan bergonta-ganti pasangan menjadikan remaja “cabe cabean” ini lebih besar resikonya untuk terkena penyakit menular atau mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki.

Tentu dalam hal ini perempuan lebih dirugikan. Mulai dari fisik saat berhubungan, indikasi hamil di luar nikah yang akan memunculkan keinginan aborsi atau munculnya penyakit menular seperti AIDS. Ditambah lagi dengan paradigma masyarakat yang akan lebih menilai negative pada mereka.

Menurut beberapa sumber keberadaan remaja perempuan ini jumlahnya semakin banyak, bahkan sudah menjadi trend gaya hidup bagi beberapa remaja perempuan. Gaya hidup baru di kalangan remaja memang sangat mudah sekali untuk mempengaruhi kehidupan remaja. Karena secara psikologis masa remaja adalah masa pencarian jati diri dan masa-masa ini sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama faktor lingkungan. Jika seorang remaja perempuan tidak melakukan hal yang sama dalam suatu lingkup pergaulan maka dia akan dianggap tidak gaul dan tidak layak masuk dalam kelompok tersebut. Profokasi yang dilakukan teman sebaya juga sangat berpengaruih terhadap style seorang remaja.

Fenomena munculnya style “cabe cabean” bukan semata-mata karena kesalahan anak-anak itu saja, tetapi mungkin karena lingkungan sekitar yang kurang perhatian. Keluarga yang jarang mengajak berdiskusi, sehingga anak lebih banyak mengutarakan keinginannya pada orang lain. Pengaruh media yang sering sekali membesar-besarkan kehidupan mewah para artis dan gaya hidup mereka dengan berbagai asesorisnya, sehingga menyebabkan remaja yang melihat hal tersebut berkeinginan untuk meniru. Tetapi dengan cara-cara yang kurang tepat dan tanpa pengawasan sehingga memunculkan style baru yang sesuai keinginan mereka. Atau profokasi dari teman yang terus mengajak dan memaksa remaja tersebut masuk dalam pergaulan seperti itu.

Hal ini kembali lagi menjadi pekerjaan rumah yang harus dikoreksi orang tua. Mengawasi dan mendampingi anak-anak saat mulai menginjak masa remaja perlu ditingkatkan. Tentu saja tidak hanya orang tua yang aktif mengoreksi tetapi di ranah pendidikan juga harus menekankan pentingnya pendidikan karakter. Sehingga, anak-anak ini mempunyai landasan moral dan agama yang kuat sebagai bekal. Tentu untuk menghadapi pergaulan yang semakin berat. Selain itu juga dari lingkungan masyarakat seharusnya lebih peduli lagi saat terjadi hal-hal yang tidak baik terjadi di sekitarnya.

Fenomena “cabe cabean” ini merupakan tanggung jawab kita bersama untuk memberikan pendampingan dan pengawasan agar tercapai kebaikan di kalangan remaja kita. Remaja merupakan asset bangsa yang sangat berharga untuk masa depan bangsa Indonesia, jangan sampai kita menyesal saat asset bangsa tersebut menjadi tidak sesuai dengan harapan karena tidak ada upaya yang terbaik bagi mereka.

 

Email : yons_by@yahoo.com

Hp : 08164268784/085729144883

Pelantikan Pengurus Dan Pengawas Kopma UAD 2013/2014

Minggu, 30 Maret 2014 Koperasi Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (KOPMA UAD) secara resmi melantik pengurus dan pengawas baru pada periode 2014-2015. Bertempat di audit kampus 1 UAD dihadiri oleh anggota dan tamu undangan dari kopma seluruh Jogja. Turut hadir juga Wakil Rektor III bidang kemahasiswaan Dr. Abdul Fadlil, M.T. yang melantik pengurus dan pengawas Kopma UAD periode 2013/2014. Dalam sambutanya Abdul Fadlil menyatakan “Kopma UAD adalah wadah kita untuk berorganisasi dan juga menjadi entreprenurship” ungkapnya.

Ketua umum KOPMA UAD terpilih yaitu Habib Aziz Putra Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) dalam pidatonya mengatakan “Saya ingin mengembangkan Kopma UAD dan membuat unit usaha baru di kampus 2”.

Lebih lanjut mahasiswa prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat menambahkan. Selain itu, Kopma UAD juga ikut berperan aktif dalam lingkup kampus. Mahasiswa yang masih duduk di semester 4 ini juga mengungkapkan akan menambah mitra kerja sama agar Kopma semakin berkembang.

Dalam sejarah Kopma UAD sendiri Habib Aziz Putra adalah ketua termuda yang dipilih oleh tim formatur pengurus. Semoga bisa mengemban amanah dengan baik dan bijaksana. Amin. (Doc)

PBSI: Menjaga Silaturahim dalam Temu Alumni

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) mengikat alumninya dnegan Temu Alumni Taggal 30-31 Maret 2014. Acara yang berlangsung  di Kampus 2 jalan Pramuka Yogyakarta dan Gunung Api Purba Gunungkidul ini tidak hanya hanya menawarkan pertemua saja, tapi juga diadakan pelatihan bagi Reuni.

Selain itu, pada kesempatan tersebut juga dibentuk Ikatan Keluarga Alumni (IKA) PBSI. Menurut Suliman selaku ketua pelaksan, IKA tersebut yang nantinya menjadi penitia pelaksanaan kegiatan alumni. Selain pelaksanaan Alumni, IKA juga memilah kooordinator wilayah dan perangkatan untuk memantau dan menjaring alumni yang tersebar di penjuru Indonesia.

“Tujuan utamanya adalah silaturahmi, berbagi ilmu dan berbagi pengalaman antara yang baru lulus dengan yang sudah lama. Adanya silaturahmi, diharapkan ikatan kekeluargaan tetap terjaga dan dapat saling menyalurkan informasi” terang Suliman.

Lebih lanjut Suliman menjelaskan, untuk menjaga silaturahmi, dia dan pihak kaprodi sudah menyedian wedsite dan Grub Facebook. Di situ akan disebar informasi mengenai perkembangan PBSI dan UAD.

Acara yang di Akhiri di Gunung Api Purba Gunungkidul tersebut dikuti 43 peserta dari berbagai peserta. Peserta alumni ada dari Sumbawa, Kalimantan, Ciamis, Lampung, Yogyakarta dan banyak lagi. Eva Puspita Dewi berharap Temu Alumni ini bisa dilaksanakan setahun sekali. Di tempat terpisah Kaprodi PBSI Triwati Rahayu, pertemuan alumni akan diadakan sesuai kebutuhan, tidak menutup kemungkinan setiap tahun sekali atau dua tahun sekali penyelenggaraannya.  (Doc)

GURU DAN DOSEN SEBAGAI HIPNOTERAPIS

 

Oleh : Rendra Widyatama, SIP., M.Si

Staf Pengajar pada Prodi Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

 

Beberapa waktu terakhir ini, media televisi kita diramaikan dengan pertunjukkan hipnotis. Dalam tontonan itu, seseorang ditanamkan pesan tertentu oleh penghipnotis sehingga orang tersebut melakukan peran imajinatif sesuai dengan yang dikehendaki penghipnotis. Misalnya seseorang dihipnotis untuk memerankan tokoh orang lain yang sangat berbeda dengan karakter dirinya sendiri, melakukan tindakan yang aneh-aneh, dan lain-lain. Keadaan hipnotis membuat seseorang mau dan mampu melakukan apa saja di luar kehendaknya, bahkan melebihi kemampuan dan keberaniannya. Seseorang yang terhipnotis akan meyakini informasi yang diterima tanpa berpikir panjang. Hipnotis untuk tujuan hiburan dikenal sebagai stage hipnosis.

Hipnoteraphy

Hipnotis tidak hanya berguna untuk hiburan, melainkan untuk sesuatu yang lebih positif, misalnya terapi. Hipnosis untuk terapi disebut hipnoterapi. Hipnotis ini digunakan untuk maksud-maksud positif, merekayasa agar orang yang dihipnotis meninggalkan persepsi, sikap, dan perilaku buruk dan berganti dengan persepsi, sikap, dan perilaku yang lebih positif. Misalnya menghentikan kebiasaan merokok, membuang kegugupan saat berbicara di depan public, menghilangkan phobia pada sesuatu, dan sebagainya.

Jika subjek merespon sugesti hipnotis, pertanda hipnosis tersebut berhasil. Umumnya, hipnotis akan berhasil bila sugesti tersebut masuk ke dalam alam bawah sadar seseorang.

Penananaman sugesti dalam hipnosis selalu melalui proses induksi dimana sugesti ditanamkan ke dalam alam bawah sadar seseorang, sehingga orang tersebut akan mengubah persepsi, sensasi, emosi, pikiran atau tingkah laku sesuai dengan pesan yang disugestikan penghipnotis.

Sebenarnya, semua orang dapat terhipnotis. Manakala pesan dinduksi, maka ia akan menjadi bentuk hipnotis. Penyampaian induksi person tersebut dapat terjadi dalam berbagai keadaan, baik subyek dalam keadaan sadar maupun tidak sadar serta dapat terjadi sewaktu-waktu.

Di sisi lain, semua orang juga dapat melakukan hipnotis, meski tidak pernah mempelajarinya secara khusus. Manakala pesan diinduksi seseorang, maka kita telah berhasil menghipnotis. Tidak perduli apakah penyampaian pesan tersebut disadari atau tidak. Misalnya, guru, dosen, tutor,instruktur, orang tua, atau siapapun yang menyampaikan pesan pada muridnya dengan pesan ”kamu ini kok bodoh, to. Soal seperti itu saja tidak tahu…”, maka sebenarnya merupakan pesan hipnosis yang bisa jadi akan diinduksi oleh murid sehingga mereka akan benar-benar jadi bodoh.

Meski disampaikan dengan maksud kelakar, dalam bentuk langsung maupun tidak langsung, sindiran, metafora, dan lain-lain, tidak ada jaminan pesan tersebut tidak diinduksi. Apapun konteksnya, pesan dapat berpotensi menghipnotis seseorang. Siswa yang pandai dapat berubah jadi bodoh, yang rajin jadi malas, dan yang alim jadi nakal manakala pesan disampaikan adalah pesan negative.

Itulah sebabnya, khususnya para orang tua, guru, dosen, instruktur, public figure, pemimpin, dan lain-lain, perlu berhati-hati menjaga lisan. Jangan pernah sekalipun menyampaikan pesan negative, sebab ia berpotensi menghypnosis dan mengsugesti orang lain menjadi negatif. Guru, dosen, pendidik, dan lain-lain, justru harus menjadi hipnoterapis pada murid-muridnya.

Belajar Puisi Melalui Drama Musikal Puisi

Sule Subaweh

Pecinta Sastra dan Pengamat Dunia Pendidikan

 

Dibandingkan dengan cerpen atau novel, puisi dikenal sebagai karya yang paling padat. Tidak heran jika puisi lebih sulit dipahami, karena mengandung banyak makna dan simbol-simbol yang diciptakan pengarang. Oleh sebab itu, banyak seniman dan pecinta sastra mencoba memudahkan cara memahami puisi dengan ekpresi pembacaan, musikalisasi puisi dan dengan cara-cara lainnya. Tentunya agar para pecinta puisi lebih enak dan lebih gampang memahami untuk menikmati puisi itu sendiri.

Selain dibacakan, model musikalisasi puisi paling bayak dilakukan oleh para pecinta puisi dan seorang guru sebagai media pembelajaran puisi. Hal tersebut dikarenakan Musikalisasi puisi tidak hanya dapat dinikmati di panggung saja, tapi juga sudah berbentuk Mp3, bisa dinikmati sambil tiduran atau saat jalan-jalan. Dengan adanya instrumen musik menjadikan puisi lebih gampang dicerna oleh semua kalangan.

Lalu bagaimana kalau puisi dijadikan naskah. Tentu bukan adaptasi, atau saduran. Tapi mengumpulkan beberapa puisi dan dirangkai dalam satu tema, menjadi cerita, menjadi naskah.

Penulis berpendapat jika puisi dijadikan naskah adaptasi, atau saduran sudah biasa. Mungkin jarang kita melihat naskah yang terangkai dari beberapa puisi. Tentu akan sangat sulit menyatukan puisi yang satu dengan puisi yang lainnya, karena puisi sendiri bersifat mandiri atau sudah satu kesatuan utuh.

Puisi sebagai naskah dalam Drama Musikal

            Kerena sifatnya yang mandiri, tentu bukan hal yang gampang menyatukan beberapa puisi menjadi naskah. Tetapi bukan hal yang sulit jika kita mau. Naskah yang dibentuk dari beberapa puisi akan memberikan pembelajaran yang lebih saat dipentaskan. Pencinta puisi atau siswa akan belajar ber-acting sekaligus belajar memahami puisi itu sendiri, terlebih di pentaskan dalam bentuk drama musikal.

Siswa tidak hanya belajar Acting, tari, dan bernyanyi tapi juga memahami puisi itu sendiri dalam bentuk nyanyian, tarian dan acting. Hal itu akan memudahkan guru mengefisienkan waktu untuk memberikan pelajaran bagi siswa dalam memahami puisi.

Belajar puisi berarti belajar memahami berbagai karakter. Agar tidak jenuh, perlu adanya media yang tidak membosankan. Salah satunya dengan media pembelajaran drama musikal, dengan naskah yang diciptakan dari beberapa puisi untuk dijadikan naskah.  Selain tidak jenuh, pembelajaran Drama Musikal Puisi, secara tidak langsung akan membentuk karakter siswa itu sendiri. Barang kali guru bisa memanfaatkan para siswa pentas pada saat perpisahan sekolah yang biasa diagendakan sekolah.

Penulis berharap adanya naskah yang dibentuk oleh beberapa puisi tersebut dapat memberikan inovasi, baik seniman, guru dan pecinta sastra dalam berkarya. Khusus untuk guru diharapkan naskah yang dibentuk dari beberapa puisi yang dipentaskan dalam bentuk drama musikal akan membantu siswa mengenal dunia sastra dengan baik sekaligus bisa memahami dengan berbagai cara. Semoga.