PBSI Adakan Pelatihan Penulisan PKM

                Pelatihan penulisan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) diadakan oleh Program Studi Bahasa dan Sasra Indonesia (PBSI) pada Sabtu (17/1/2015). Acara yang diadakan di auditorium kampus II UAD ini diikuti oleh 150 peserta mahasiswa PBSI seluruh semester.

Pemateri dalam acara yang berlangsung dari 08.00-15.00 WIB ini adalah Dedi Wijayanti S.Pd., M.Pd. dan Yosi Wulandari, M.Pd.

Menurut Yosi Wulandari selaku penanggung jawab acara, “Pelatihan ini tidak termasuk dalam acara sebelumnya, yaitu Kreativitas Tanpa Batas. Acara ini lebih kepada pelatihan untuk meningkatkan  keberanian mahasiswa PBSI dalam penulisan PKM.”  

Selain itu, pelatihan tersebut ditekankan pada gagasan tertulis karena PBSI akan mengikuti PKM dari Dikti bulan Maret mendatang. Ditemui sebelum acara dimulai, Yosi juga menambahkan bahwa peserta dalam acara ini terbatas agar berjalan lebih efektif. Namun bagi mahasiswa yang tidak sempat mengikuti pelatihan dan membutuhkan bimbingan dalam penulisan PKM, pihak prodi akan menyediakan.

                

Hadapi Kendala PPM, LPM Gelar Seminar Nasional

Menghadapi kendala pengusulan dan pelaksanaan Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (PPM), Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan (LPM-UAD) gelar seminar nasional bertajuk “Strategi Membangun Kemitraan dalam Pemberdayaan Masyarakat”, Sabtu (10/1/2015) di Cavinton Hotel Yogyakarta.

Menurut Kepala LPM UAD, Drs. H. Jabrohim M.M., salah satu kendala PPM adalah keterbatasan referensi hasil-hasil pengabdian.

“Sampai saat ini, masih sangat jarang dijumpai jurnal dan forum seminar nasional atau internasional khusus PPM. Akibat yang timbul adalah para dosen pengabdi menjadi kesulitan mempublikasikan maupun melakukan diseminasi artikel ilmiah hasil dari program PPM yang diusung para dosen,” ujar Jabrohim yang juga merupakan dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) ini.

Seminar nasional tersebut menghadirkan Dr. drh. Joko Prastowo, M.Si., dari LPPM UGM sebagai keynote speaker, dan Yopie Gani Harmoko dari PT MIXPRO sebagai plenary speaker.

Pembicara pertama menjelaskan mengenai teknik pemetaan stakeholders dan pembicara dua memberikan gambaran tentang cara menjalin kerja sama sehingga dapat menghasilkan program pengabdian kepada masyarakat yang lebih berkualitas dan sustainable.

Sementara itu, sebanyak 33 peserta terbagi dalam kelompok peserta pemakalah dan nonpemakalah. Mereka mengikuti acara sesi pertama dan kedua. Khusus kelompok pemakalah, dilanjutkan dengan presentasi hasil-hasil PPM di sesi akhir.

Soeparno S. Adhy: Seni Menjadi Ladang Dakwah

 

Forum Apresiasi Sastra (FAS) ke-42 yang diadakan pada Rabu (7/1/2015) di hall kampus II Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dihadiri oleh beberapa seniman besar. Di antaranya Soeparno S. Adhy, salah satu Redaktur Kedaulatan Rakyat (KR).

Laki-laki yang pernah menjadi anggota Majelis Perpustakaan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah ini berbicara tentang hubungan seni dan Muhammadiyah. Ditanya mengenai perhatian Muhammadiyah kepada seni, ia menjawab, “Saya kira secara organisatoris, Muhammadiyah memberikan perhatian kepada seni. Tetapi, anggotanya ada yang alergi terhadap kesenian.”

Menurutnya, dulu beberapa anggota Muhammadiyah masih menganggap bahwa seni bertolak belakang dengan agama. Namun seiring berjalannya waktu dan masyarakat yang semakin cerdas, hal ini dipandang sebagai cara untuk berdakwah.

Muhammadiyah lebih cenderung mengembangkan  kesenian dan kebudayaan yang kontemporer serta pop. Sementara dalam bidang seni tradisional, kurang diperhatikan. Kesenian seperti kethoprak dan macapat mulai ditinggalkan. Hal itu sangat disayangkan. Seharusnya dapat dikembangkan dengan modifikasi, pikiran, serta alur anak muda.

Selama ini, Muhammadiyah memiliki Lembaga Seni Budaya Olahraga (LSBO). Fungsi LSBO adalah untuk mewadahi seniman Muhammadiyah yang cukup banyak. Sebelum ada LSBO, mereka terpencar. Ada yang di Himpunan Seniman Budayawan Islam (HSBI) dan ada yang di organisasi lain. “Sebelum bergabung dengan LSBO, saya bergabung dengan kelompok drama yang dimiliki Madrasah Mu’alimat,” ujarnya.

Lebih lanjut dijelaskan, Muhammadiyah harus terus mengembangkan seni untuk berdakwah. Seniman dan sastrawan Muhammadiyah sangat banyak. Misalnya Taufik Ismail, Abdul Hadi W., dan sutradara terkenal seperti Hanung Bramantyo. Melihat hal itu, seni dapat dijadikan ladang dakwah yang sangat subur.

Lelaki yang telah 42 tahun menjadi wartawan ini menyampaikan harapannya mengenai seni dan Muhammadiyah. “Saya kira, harus diperdayakan seni di dalam Muhammadiyah. Tujuannya untuk menggencarkan kegiatan dakwah. Jadi, dakwah tidak hanya dilakukan dengan ceramah, tidak hanya dilakukan oleh para dai, tetapi dapat juga menggunakan seni.” (Rh)

Prodi Ilmu Komunikasi Adakan Pameran Poster Film

 

Jika mendatangi hall kampus II Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada Senin-Rabu (12-14/1/2015), Anda akan menemukan poster-poster film yang berjajar rapi. Pameran ini diadakan oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi dalam rangka tugas akhir untuk mata kuliah Komputer Grafis.

“Ini baru poster, semoga filmnya dapat keluar tahun depan. Untuk desain, kami membuatnya sendiri. Mulai dari foto, bahkan pemilihan font. Di sini, satu poster merupakan karya satu mahasiswa,” ungkap Elma Riana, salah satu mahasiswa Ilmu Komunikasi. Program studi (prodi) ini memang selalu mengadakan pameran setiap tahun. “Tahun lalu, kami mengadakan pameran fotografi,” lanjutnya ditemui di tengah-tengah acara.

            Sayangnya, pameran ini hanya diselenggarakan di satu tempat. Mengenai hal tersebut, Elma menjelaskan bahwa niat awalnya ingin melakukan tour ke kampus yang lain. Namun, semua itu belum dapat terealisasikan karena beberapa kendala.

Lebih lanjut dijelaskan, alasan memilih kampus II sebagai tempat pameran karena Prodi Ilmu Komunikasi berada di tersebut. Pertimbangan lainnya adalah ukuran hall yang besar sehingga dapat memuat poster-poster yang dipamerkan.

Ditanya mengenai harapan, Elma menjawab, “Semoga dengan diadakannya pameran ini kami menjadi lebih termotivasi untuk menciptakan karya-karya yang lebih bagus lagi, dan prodi kami lebih dikenal.”

Ayo tunggu apa lagi, segera kunjungi hall kampus II UAD dan nikmati poster-poster film yang sangat keren! (Rh)

Pembacaan 21 Puisi dalam FAS ke-42

 

            Selama ini, Forum Apresiasi Sastra (FAS) selalu rutin diadakan pada Rabu minggu kedua setiap bulannya. Acara yang diadakan berkat kerja sama Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dengan Lembaga Seni Budaya Olahraga (LSBO) PP Muhammadiyah Yogyakarta yang dilaksanakan pada 7/1/2015 lalu mengusung tema “Maulid Pop: Pejabat, Tokoh Masyarakat, Penyair, Guru, dan Mahasiswa Baca Puisi”.

Ada yang berbeda dengan FAS kali ini. Sebab, terdapat 12 pembaca puisi yang berasal dari berbagai kalangan.

            Pembaca pertama yaitu Soeparno S. Adhy yang merupakan Redaktur Kedaulatan Rakyat. Ia membacakan 4 puisi yang berjudul “Anak Panah Muhammadiyah”, “Buya Kepadamu Aku Mengadu”, “Orang Tua dan Guru Kencing Berdiri”, dan “Blusukan, Keblasuk, Keblusuk”.

Pembaca kedua adalah Iman Budhi Santosa yang merupakan sastrawan terkenal. Ia membacakan 2 puisi berjudul “Prasasti Bumi Mataram” dan “Potret Indonesia”. Pembaca ketiga adalah Latief S. Nugraha, yang merupakan alumnus Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) UAD dan baru saja menyelesaikan studi S2 di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia membacakan puisi berjudul “Malioboro” dan puisi karya Iman Budhi Santosa yang berjudul “Potretku, Potretmu, Potret Kita Nanti”.

Pembaca selanjutnya adalah Iqbal H. Saputra. Alumnus PBSI UAD dan sedang menyelesaikan studi pascasarjana di UGM ini membacakan puisi berjudul “Jejak Bayang” dan “Jejak Pergulatan”. Guru Bahasa Indonesia di SMA N 1 Yogyakarta, Budi Nugraha membacakan puisi berjudul “Jalan Menuju Suci” dan “Masjid Demak”.

            Kemudian, Fitri Merawati menjadi perempuan pertama yang membacakan puisi di forum ini. Puisi berjudul “Lakon Apa yang Akan Kita Mainkan” dan “Selembar Kain Batik” menjadi pilihannya. Pembaca lainnya adalah Nasirin, yang membacakan puisi berjudul “Tanah Air Mata” karya Sutardji Calzoum Bachri dan puisi “Aku dan Kamu”. Bintang Wahyu Putra yang merupakan mahasiswa Fakultas Sastra membacakan puisi berjudul “Semusim di Neraka”. Titi Yulianti membaca puisinya yang berjudul “Mata Hati Kulayarkan ke Samudra Cinta”. Lalu, dilanjutkan oleh penyair kembar Ardi Priyantoko dan Ardi Suryantoko yang membacakan puisi berjudul “Tubuh Pinjaman” karya Joko Pinurbo dan puisi berjudul “Waktu”.

FAS ditutup dengan pembacaan puisi oleh Teguh Sastro Asmoro dengan puisi berjudul “Sehabis Perang”. Puisi ini didedikasikan untuk sahabatnya, Hari Leo AER.
            Bagi yang menyesal tidak dapat datang ke acara FAS ke-42, jangan khawatir. Sebab, puisi-puisi tersebut akan diterbitkan ke dalam antologi puisi. Jadi, jangan ketinggalan untuk memiliki bukunya! (Rh)

UAD Beri Penghargaan untuk Dosen dan Karyawan

Tercatat, sebanyak 155 dosen dan karyawan diberikan penghargaan oleh Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Penghargaan diberikan kepada dosen yang masa kerjanya sudah mengabdi selama 20 dan 30 tahun, dengan jumlah 65 dosen. Sementara karyawan dengan masa kerja 15 dan 25 tahun, berjumlah 90.

Rektor UAD, Dr. Kasiyarno, M.Hum., mengatakan bahwa lembaga ini ada pasang surutnya. Kadang dalam kondisi bagus, kadang surut. Hal itu dialami juga oleh para dosen dan karyawan. Adanya penghargaan ini untuk semakin menyemangati kinerja sehingga dapat meningkatkan dan mengembangkan UAD.

“Pemberian penghargaan ini merupakan apresiasi UAD atas loyalitas, kerja keras, serta pengabdian para dosen dan karyawan selama bertahun-tahun. Atas nama UAD, saya mengucapkan banyak terima kasih atas kerja keras selama ini. Majunya universitas tidak lain usaha dari bapak dan ibu sekalian. Mari terus memajukan UAD,” pinta Kasiyarno saat acara pemberian penghargaan di auditorium kampus I UAD, Jumat (9/1/2015).

Drs. H. Kusno Effendi, M.Pd., M.Si.,  mewakili dosen dan karyawan juga mengucapkan terima kasih kepada UAD karena telah memperhatikan dan memberikan penghargaan. Ia berharap kepada para dosen dan karyawan yang masih muda agar lebih berkomitmen dalam mengembangkan UAD.

Acara ini merupakan bagian dari serangkaian Milad UAD ke-54. Penghargaan diberikan secara simbolis oleh Kasiyarno.

Sebelas Institusi Lokal Dukung UAD Jadikan Jamu-Spa sebagai Ikon Yogyakarta

 

“Ada 11 lembaga yang mendukung dan akan terus bertemu secara rutin membahas langkah-langkah mewujudkan Yogyakarta sebagai kota jamu-spa,” kata Kintoko, ketua panitia seminar internasional dengan topik “Herbal Medicines Industrialization as Complementary Therapy on Natural Disasters” dan lokakarya jamu-spa dengan topik “Yogyakarta Istimewa Menuju Kota Jamu-Spa” di Royal Ambarrukmo Hotel, Rabu (7/1/2015) lalu.

Pihak yang hadir dalam lokakarya ini antara lain dari Dinas Pariwisata, Kesehatan, Perdagangan dan Perindustrian, Pertanian, Pendidikan, dan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan. Selain itu, turut hadir Paguyuban Produsen Jamu DIY, Assosiasi Spa Theraphy Indonesia (ASTI) DIY, Ikatan Apoteker Indonesia, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan (UAD), serta Fakultas Farmasi UAD.

Menurut Kintoko, Yogyakarta sangat kaya ramuan dan tanaman berkhasiat obat yang sudah digunakan oleh masyarakat secara turun temurun. Kota gudeg ini juga memiliki kekayaan aroma terapi yang dapat digunakan sebagai produk spa. Sayangnya, potensi ini belum dikelola secara baik dan di-brand secara khusus sebagai nilai jual tersendiri.

“Kita akan ada sekretariat bersama. Sebanyak 11 lembaga ini akan membahas konsepnya secara matang dan jenis produk yang menjadi ciri khas jamu-spa Yogyakarta.”

Produk tersebut akan diluncurkan secara resmi bersamaan dengan deklarasi Yogyakarta Kota Jamu-Spa pada Januari 2016 mendatang. Semua itu tidak terlepas dari peran Fakultas Farmasi. Mengenai penyusunan konsep dan implikasinya, sudah dibahas dengan berbagai pihak.

Tujuan lain diadakannya lokakarya tersebut adalah untuk menggelorakan konsumsi jamu tradisional dan spa. “Kami ingin warisan leluhur dijaga dan diberdayakan. Selain itu juga mengangkat budaya jamu dan spa asli Yogyakarta, bukan khas daerah lain,” kata Ketua DPD ASTI, Lastiani Warih Wulandari, dalam acara yang menghadirkan narasumber ahli obat-obatan tradisional asal Tiongkok dan Thailand itu.

Menurut Wulan, sebagai kota wisata dan budaya, Yogyakarta memiliki daya lain yang potensial untuk dikembangkan, yaitu spa. Selama ini, spa belum mengadopsi nilai-nilai luhur peninggalan Keraton Mataram.

Tercatat, ada sekitar 200 spa di Yogyakarta. Dari jumlah itu, hanya 30 persen saja yang mengadopsi nilai-nilai lokal wisdom, seperti penggunaan bahan terapi, pengelolaan manajerial spa, dan pakaian seluruh pegawai spa.

“Jika Bali memiliki spa yang khas, Yogyakarta sudah selayaknya turut mengembangkannya. Seluruh bahan terapi, metode, pengelolaan, dan pakaian yang digunakan terapi serta pegawai harus mengadopsi lokal wisdom,” papar pemilik Spa Putri Kedaton Group ini.

 

Seminar Internasional dan Lokakarya Jamu-Spa

Rabu (07/01/2015), Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) selenggarakan seminar internasional dengan topik “Herbal Medicines Industrialization as Complementary Therapy on Natural Disasters” dan lokakarya jamu-spa dengan topik “Yogyakarta Istimewa menuju Kota Jamu-Spa”. Acara ini berlangsung di hotel Royal Ambarukmo.

Sebagai pembicara dalam seminar internasional tersebut adalah Prof. Oliver Keyser dari Jerman, Prof. Huang Renbin dari Tiongkok, dan Prof. Krisana Kraisintu dari Thailand.

Menurut Kintoko, S.F., M.Sc., Apt., pertimbangan mengundang pembicara dari ketiga negara tersebut bukan tanpa alasan. Pasalnya, penelitian obat herbal di negara tersebut sudah sangat maju.

Sementara itu, peserta seminar meliputi seluruh wilayah, dari Sumatra, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Bali, dan Sulawesi. Ada pula peserta yang berasal dari 3 benua,  seperti Belanda, Australia, Tiongkok, Thailand, dan Nigeria. Sebagai keynote speaker, diundang Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengkubuwono X. Selain panel utama, juga diadakan seminar pararel hasil-hasil penelitian bidang kefarmasian dan kebencanaan.

“Tindak lanjut dari seminar ini adalah akan dibentuk Pusat Saintifikasi Jamu di UAD. Target utama yang diraih adalah menguatkan UAD sebagai universitas kelas dunia yang fokus dalam pengembangan jamu menuju kemandirian bangsa,” ujar Kintoko.

Selain seminar internasional, lokakarya jamu-spa juga diikuti oleh para kepala dinas di lingkungan DIY. Di antaranya adalah Kepala Dinkes, Kepala Balai Besar POM, Kepala Dinas Pariwisata, Kepala Disperindagkop, Kepala Disdikpora, Kepala Dinas Kebudayaan, dan Kepala Dinas Pertanian. Hadir pula perwakilan dari LPP UAD sebagai representasi dari institusi penelitian.

Tak ketinggalan, para pelaku usaha yang diwakili Ketua Gabungan Pengusaha Jamu dan Ketua Asosiasi Spa Terapis Indonesia turut meramaikan acara ini. Juga keterlibatan Ketua PD Ikatan Apoteker Indonesia.

“Setelah diadakan lokakarya ini, akan dibentuk sekretaris bersama (Sekber) Goal Jamu-Spa untuk menyiapkan konsep dan deklarasi Jamu-Spa. Target utama yang ingin dicapai adalah mengangkat jamu sebagai bagian dari keistimewaan Yogyakarta,” tambah Kintoko.

Acara seminar internasional dan lokakarya jamu-spa tersebut merupakan bagian dari rangkaian Milad UAD ke-54 yang mengusung tema “Saintifikasi Jamu menuju Kemandirian Bangsa”.

25 Desember 2015 | Libur Hari Raya Natal

25 Desember 2015 | Libur Hari Raya Natal