whatsapp_image_2017-11-27_at_09.36.12.jpeg

Potret Realis dengan Ending Tak Terduga Kumpulan Cerpen Bedak dalam Pasir

“Saya digiring ke barat tapi sebenarnya tujuan penulis ke timur,” terang Juanda saat membedah kumpulan cerpen Bedak dalam Pasir di Universitas Sumbawa (UNSA) Sabtu (25/11/2017).

Dalam kumpulan cerpen tersebut, kata Juanda yang merupakan Kaprodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) UNSA, Sule banyak berbicara keresahan masyarakat sekitar. Seperti cerpen “Ramuan Mimpi”, “Wajah Lain Supriana”, “Ayat-Ayat Rotan”, dan beberapa cerpen lainnya.

“Dia menghidupkan cerita melalui karakter tokoh dan kecemasan yang terus bergerak. Akrobatik alur cerita dengan teknik logika terbalik membuat pembaca disuguhkan hal tak terduga di ending.”

Sule sebagai penulis ingin membiarkan pembaca menentukan arah akhir cerita dengan teknik ending mengantung. Dia mempermainkan pembaca lewat ending dan karakter emosi tokoh di setiap cerpennya.

Imaji yang dibangun di dalam kumpulan cerpen Bedak dalam Pasir disajikan dengan bahasa yang familiar. Jadi pembaca sangat leluasa membacanya.

Buku yang berisi sebelas cerpen ini merupakan karya perdana Sule Subaweh. “Rata-rata cerpen dalam kumpulan sudah dimuat di media cetak. Kumpulan cerpen sudah dipersiapkan sejak 2014,” kata Sule.