Kenang Karya Pena

Berisi 94 puisi, antologi Kenang Karya Pena dirilis pada 18 Desember 2017 lalu. Antologi ini ditulis oleh mahasiswa kelas C angkatan 2016/2017 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Prodi PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Diterbitkan oleh Penerbit Jejak Pustaka, puisi-puisi yang terkandung dalam antologi ini didominasi tema cinta, kerinduan, dan persahabatan. Namun, dalam dominasi tersebut tidak sedikit pula puisi yang mengangkat tema lokalitas, budaya, dan politik.

Anang Dwi Cahyono, melalui puisinya yang berjudul “Timur Menanti Keadilan” mengkritik pembangunan Indonesia yang tidak merata. Ia menggunakan kata “internet” sebagai simbol kemewahan, kemudahan, dan kemakmuran yang tidak bisa ditemukan di pelosok Indonesia. Penggambaran kemiskinan terlihat dalam bait /Kurangkul bahunya/Yang berisi tulang-tulang/Diselimuti kulit/Sedikit daging/.

Selain itu, Leni Gezi juga menolak mengikuti arus tema percintaan dan kerinduan yang diikuti teman-temannya. Melalui puisi yang berjudul “Dari Titik Nol”, ia mengkritik perubahan wajah kota Yogyakarta yang kini dipenuhi gedung-gedung tinggi dan sesak kendaraan bermotor. Melalui baris /Ini kota sekarang punya siapa?/Di tanah yang seharusnya penuh budaya/, ia mengkritik perubahan kota Yogyakarta.

Kenang Karya Pena lahir sebagai tugas akhir matakuliah apresiasi puisi yang diampu oleh Dr. Rina Ratih S., M.A. (dev)