Education and Fast Social Change towards Advanced Society

Nowadays, Indonesian education is challenged to prepare infrastructure or tools to access knowledge widely so that teachers are able to utilize them as media to improve their profession in order to counterbalance the rapid development of students.

"We cannot resist technology that is growing rapidly and forcing us to move forward," said Prof. Dr. H. Suyatno, M.Pd. in a National Working Meeting or a National Workshop of Primary and Secondary Education Assembly.

Rapid transformation of technology need to be responded for gaining development. We must not ignore the role of global that was growing fast, but we should learn and control it. World of education remained transforming and we should be up to date.

“In this global era, students should be able to think critically and innovatively in answering all questions with their own ways,” he said.

The event with a theme of” Education and Fast, and Advanced Transformation of Society” was managed at Centre for Development and Empowerment of Teachers and Education Personnel (PPPPTK) of Mathematics on Thursday (12/5/2016).

In this event, Vice Rector of Resource Management (WR II), Drs. Safar Nasir, M.Si.said that the theme was relevant with the current era.

“Education of Indonesia particularly Muhammadiyah should go further through the boundary. Therefore, Muhammadiyah should concern with the transformation of the society,” he said, being a moderator in this event.  

 

Pendidikan dan Perubahan Masyarakat yang Cepat dan Maju

Pekerjaan rumah pendidikan Indonesia sekarang adalah, bagaimana menyiapkan sarana atau infrastruktur yang bisa mengakses seluas-luasnya ilmu. Dan guru bisa memanfaatkan itu sebagai media agar mereka tidak kalah dengan siswa karena perkembangan yang semakin pesat.

“Kita tidak bisa menyangkal teknologi yang semakin berkembang dan memaksa kita untuk terus maju,” kata Prof. Dr. H. Suyatno, M.Pd. dalam acara, Rapat Kerja Nasional atau Rakernas Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah.

Perubahan teknologi yang sangat cepat perlu ditanggapi untuk menuju perkembangan. Kita tidak boleh mengabaikan peran global yang berkembang sekarang, tetapi harus mempelajari untuk menguasai. Pendidikan dunia terus berubah dan kita perlu mengikutinya.

“Di era global, siswa harus kritis. Ia harus bisa menjawab segala pertanyaan dengan caranya sendiri yang inovatif. Tidak hanya menerima tanpa disaring terlebih dulu,” paparnya.

Acara yang mengangkat tema “Pendidikan dan Perubahan Masyarakat yang Cepat dan Maju” tersebut berlangsung di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika, pada Kamis (12/5/2016).

Lebih lanjut, Wakil Rektor Bidang Pengelolaan Sumber Daya (WR II), Drs. Safar Nasir, M.Si., mengatakan bahwa tema itu cocok untuk disampaikan di zaman sekarang ini.

“Pendidikan Indonesia khususnya Muhammadiyah harus menembus batas. Untuk itu, mereka harus peduli terhadap perubahan masyarakat,” jelasnya saat menjadi moderator dalam acara tersebut.

 

Menulis Sastra Anak, Menulis Masa Kecil

“Kehidupan masa kecil sangat memengaruhi karya dan hidup saya saat tumbuh dewasa, sampai masa tua nanti. Tentu saja juga memengaruhi karya-karya dalam menulis atau di atas panggung pertunjukan,” kata Andy Sri Wahyudi di acara Forum Apresiasi Sastra (FAS) #58 Rabu, (11/5/2016) di hall kampus II Universitas Ahmad Dahlan (UAD).

Di acara yang mengangkat tema “Sastra Anak” ini, Andy mengaku bahwa ia tumbuh dan berkembang dengan banyak imajinasi yang mengasyikkan, setidaknya untuk diri sendiri. 

“Saat muncul, apa yang membedakan antara imajinasi dan lamunan? Bagi saya melamun hanya diam, pikiran ke mana-mana tak tentu arah, dan berpotensi kerasukan. Sedangkan imajinasi adalah sebuah aktivitas yang di dalamnya memuat cita-cita dan kreativitas. Orang yang diam sambil menerawang jauh lantaran stres dirundung susah, kecewa, tekanan batin, berbeda dengan orang yang berdiam merancang sesuatu atau hendak membuat karya, atau sekadar membayangkan yang lucu-lucu. Di situlah letak perbedaannya.”

“Saya merasakan lahirnya sebuah karya dari pergolakan antara ingatan, imajinasi, pikiran, dan hati. Kemudian mengerucut menjadi karya yang berisi nilai-nilai yang bisa berupa prinsip, ideologi, harapan, cinta, kejahatan, dan lain-lain. Semuanya itu terwujud dan hidup karena peran penting dari energi yang ada dalam diri. Itulah yang saya pahami dalam lingkup kecil diri saya sendiri. Meskipun dalam sebuah sistem yang kerja kreatif yang sama tetapi berbeda-beda cara melakoninya. Saya tumbuh berkembang bukan sebagai penulis profesional yang menekuni satu bentuk tulisan seperti spesialis novel atau puisi. Tulisan saya lahir karena sesuatu yang mengendap dan mengganggu dalam diri saya. Kadang karya hadir bersifat spontan, kadang membuat gelisah yang menahun,” lanjutnya.

Selain itu, ia juga menyampaikan, setinggi tingginya imajinasi seseorang, basisnya tetap pada kenyataan. Maka dari itu, sejatinya karya saya selalu berbasis kenyataan.

“Saya menciptakan karya dengan membaca, berpikir dan merasakan kenyataan yang saya temui. Sebab begitulah hidup sebagai manusia, membuat karya itu adalah sebuah naluri. Lihatlah di Museum Sangiran, manusia prasejarah yang belum mengenal tulisan pun tetap membuat karya berupa kapak dari batu, gambar di gua, atau alat berburu dan meramu. Saya meyakini karya mereka lahir juga karena berhadapan dengan kenyataan apa yang dicerna dengan indranya.”

 

Writing Children’s Literature, Writing about childhood

 

“The life of my childhood has strongly influenced my work and life as I get older. Moreover, it also gives inspiration toward my works in writing and stage performance”, said Andy Wahyudi in the Literary Appreciation Forum (FAS) at Campus II Ahmad Dahlan University (UAD) on Wednesday (11/5/2016).

 In an event with the theme "Children's Literature", Andi declared that he grew through a lot of exciting imagination, at least for himself. 

“What is the difference between imagination and reverie? In my opinion, reverie is inactive activity, aimlessly mind, and getting tranced, while imagination is an activity of creativity and aspiration. Reverie is mainly caused by stress, sadness, disappointment, and mental pressure. While imagination is mainly about people activities of planning, creating, or thinking of humor” those are the differences”, he said.

“I feel that the process of a work emergence originates from the interface between memory, imagination, mind, and heart. Then they pursed into a work containing principles, ideology, hope, love, crime, etc. Those things are materialized and lived because of a critical role of energy within oneself. That is my thoughtful in a small scope of myself. Although in a system, the same creative works have different ways to do. I do not grow up as a professional writer who pursue a form of writing as a writer of novels and poetry. My work comes from something that has settled and disturbed inside of me. Sometimes it comes spontaneous, and from the protracted anxiety.” he said.

In addition, he also said, no matter how high a person's imagination, it was merely based on reality. Therefore, my work is always based on the real phenomena.

“I create a work by reading, thinking and feeling the reality that I have encountered. Those are the ways people live. Therefore, making a work is an instinct. Look at Sangiran Museum, prehistoric humans who did not know writing, were able to create works in the form of stone axes, pictures in a cave, or hunting and gathering tools. I believe that their works were also born from the reality that they face and digested by senses. "

Cooperation Began Between UBP Karawang and UAD

A number of six persons attended at the signing of Memorandum of Understanding between University of Ahmad Dahlan (UAD) and University of Buana Perjuangan (UBP) Karawang on Tuesday (10/05/2016). The rector of UAD Dr. Kasiyarno, M.Hum and deputy rectors attended the event at Campus I.

Rector UBP, Dedi Mulyadi, in his speech said, ‘UAD is an extra ordinary university. Because of that we consider the lecturers as our seniors to teach us. Besides it has many campuses, UAD educates students with high achievements,’ Dedy added in front of the audience including the deans.

He hoped UAD could guide the lecturers in research. ‘We hope UAD  rector as well as UAD lecturers can speak of their fields in our campus,’

Kasiyarno welcomed the offer and added that UAD always gains high achievement at national university level. ‘In practice, we disseminate soft skill. Somebody’s success depends on the mastery of soft skill, behavior, and positive thinking,’ Kaiyarno ended the interview.

UBP Karawang Jalin Kerja Sama dengan UAD

Ada enam orang yang hadir pada Penandatanganan Nota Kesepakatan antara Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dengan Universitas Buana Perjuangan (UBP), Karawang, pada Selasa (10/5/2016). Acara ini disambut langsung oleh Rektor UAD Dr. Kasiyarno, M.Hum. dan Wakil Rektor UAD di ruang sidang kampus I.

Rektor UBP, Dedi Mulyadi, dalam sambutannya menyampaikan, “UAD bukan universitas sembarangan. Karena itu, kami memilihnya sebagai guru bagi kami yang masih perlu banyak belajar.”

“Selain banyak kampusnya, UAD juga banyak mencetak prestasi mahasiswa,” lanjut Dedi di hadapan para dekan yang hadir pada kesempatan tersebut.

Dedi berharap dapat diberi arahan bagi dosen di bidang penelitian.

“Rektor juga dimohon memberi masukan dan menjadi pembicara di kampus kami. Juga bagi dosen UAD, bolehlah memberikan materi sesuai bidangnya.

Kasiyarno menyambut hal itu dengan baik. Memang, setiap tahun UAD selalu mewakili mahasiswa berprestasi di tingkat Dikti.

“Dalam praktiknya, UAD tidak hanya mengajarkan kepada mahasiswa tetapi selalu menanamkan nilai-nilai soft skill. Keberhasilan seseorang ditentukan oleh soft skill, perilaku, dan pola berpikir yang positif,” tutup Kasiyarno.

The Achievement of BK UAD: Internationally Reputed

At its 32th Anniversary Guidance and Counseling Study Program of Faculty of Education and Teacher Training University of Ahmad Dahlan (BK FKIP UAD) has secured a number of achievements

Dody Hartanto, S.Pd., M.Pd. said that not only the  lecturers and the students but also the alumni have made great achievements. Now, the alumni work on Java Island as well as on other islands such as on Sumatra, Kalimantan, Papua, Sulawesi, Bali, and Nusa Tenggara Islands.

‘They have proved good educational process at the department. Even some of them work abroad, one of them in Japan,’ he said as he was giving a speech at the ceremony of the anniversary. Among the programs in the anniversary was Family Gathering held at hall of Campus II last Sunday (08/05/2016)

Furthermore, he said that the department was not only nationally recognized but also internationally. A number of international achievements during 2015 up to 2016 are as the followings: getting two grants of 2013 revitalization improvement and grant of 2014 curriculum development; fulfilling the number of human resource as required by Ministry of Research, Technology and Higher Education (Kemristek Dikti); making cooperation with National Coordinating Board of Family Planning (BKKBN) and other institutions having the same vision, mission, and program orientation; getting grants of research and social service programs at international level in Malaysia, Thailand, and Hungary; and the student Olympiad National Champion for two years successively.

Drs. Hendro Setyono, SE., M.Sc. in his speech said that the students’ achievement of Guidance and Counseling Department significantly improves every year. Almost in every big event at local and national levels, the students’ achievement is among the big three. Besides that, the student organization offers positive and innovative programs. It is expected that in its 32th anniversary both students and alumni keep their academic as well as competences.

The anniversary event was marked by healthy strolling followed by a thousand participants. The department also held an exhibition of students’ entrepreneurship. They sold handicrafts, clothes, and food at the event. The event was conducted by a popular Master of Ceremony Alit-alit Cabang Bayi and it ended with the performance of Kamaratih Band.

Prestasi BK UAD Dikenal hingga Luar Negeri

Di usianya yang ke-32 tahun, Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan (Prodi BK FKIP UAD) telah banyak perolehan prestasi.

Dody Hartanto, S.Pd., M.Pd. mengatakan, prestasi yang diperoleh tersebut tidak hanya datang dari mahasiswa dan dosen, Tetapi juga para alumni. Saat ini, alumni BK telah berkiprah di berbagai provinsi tidak hanya di pulau Jawa, tetapi juga di Sumatera, Kalimantan, Papua, Sulawesi, Bali, dan Nusa Tenggara.

“Mereka telah menunjukkan hasil proses pendidikan yang telah dilakukan di Prodi BK. Bahkan dalam catatan prodi, telah terdapat alumni yang berkiprah di luar negeri. Salah satunya antaranya di Jepang,” terangnya saat memberi sambutan. Dalam ulang tahun tersebut, diadakan kegiatan Family Gathering yang bertempat di hall kampus II UAD, Minggu (8/5/2016).

Lebih lanjut Dody menjelaskan bahwa Prodi BK tidak hanya National Recognize, tetapi juga telah mulai dikenal dan diakui di luar negeri. Beberapa catatan dalam perjalanan dari tahun 2015 sampai 2016 dapat dilihat sebagai berikut.

Perolehan hibah secara berturut-turut (hibah peningkatan revitalisasi perguruan tinggi 2013 dan hibah pengembangan kurikulum 2014); peningkatan jumlah sumber daya manusia yang telah mengikuti standar yang ditetapkan oleh Kemenristek Dikti; kerja sama dengan lembaga pemerintah di antaranya BKKBN serta lembaga lain yang memiliki kesamaan visi, misi dan orientasi keilmuan; perolehan hibah penelitian dan pengabdian masyarakat; prestasi di tingkat internasional, di Malaysia, Thailand dan Hongaria; serta prestasi mahasiswa pada tingkat nasional (satu-satunya perguruan tinggi swasta di tingkat nasional yang menjuarai olimpiade berturut-turut selama dua tahun).

Drs. Hendro Setyono, SE., M.Sc. dalam sambutannya menyampaikan bahwa prestasi yang diraih oleh mahasiswa Prodi BK setiap tahun mengalami peningkatan yang signifikan. Terbukti selalu mengikuti perlombaan baik yang tingkatannya lokal maupun nasional, masuk dalam tiga besar. Di samping itu, kegiatan organisasi kemahasiswaan yang dilakukan selalu positif dan inovatif. Maka, dengan Milad ke-32 tahun ini, diharapkan para mahasiswa maupun alumni selalu senantiasa meningkatkan kompetensinya baik akademik maupun non-akademik.

Kegiatan yang diawali dengan jalan sehat ini diikuti oleh hampir seribu peserta. Acara dilanjutkan dengan pameran entrepreneurship mahasiswa dari semua kelas, angkatan, dan alumni  Prodi BK. Mereka menjual beberapa kerajinan, pakaian, maupun makanan. Kegiatan yang dipandu langsung oleh MC ternama di Jogjakarta Alit-alit Cabang Bayi tersebut diakhiri dengan penampilan bintang tamu Kamaratih Band.

 

 

Bedah Buku Rektor UAD: Membaca Budaya Hegemonik Amerika Serikat

Melalui buku yang berjudul Budaya Hegemoni Amerika Serikat Pasca Perang Dingin Antara Mitos dan Ilusi, Dr. Kasiyarno, M.Hum. menyampaikan, mimpi Amerika Serikat (AS) dan ilusi sebagai negara yang paling istimewa dapat dikatakan sebagai benang merah yang mempertautkan seluruh pandangan ideologi dan praktik kebijakan pemerintahan semua presiden sejak awal pendirian negara hingga pascaperang dingin.

Buku yang berangkat dari disertasi Program Pascasarjana di Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Ilmu Pengkajian Amerika Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta tersebut, dibedah oleh Prof. Dr. HM. Amien Rais, M.A. (Guru Besar Fisipol UGM) dan Prof. Juliasih, S.U. (Ketua Program Studi S2 Pengkajian Amerika FIB UGM) dengan moderator Dr. Tatit Hariyanti, M.Hum. (Dosen Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Teknologi Yogyakarta) di aula Islamic Center kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Selasa (10/5/2016).

“Dan, buku ini, diharapkan dapat dijadikan salah satu rujukan penting dalam memahami budaya hegemonik AS. Harapannya, akan ada ulasan yang lebih mendalam dan komprehensif terkait persoalan budaya hegemonik di pentas global,” kata Kasiyarno dalam pengatarannya.

Topik ini, lanjut Kasiyarno, belum begitu luas dikaji dalam ilmu pengkajian AS. Sehingga, buku ini dimaksudkan untuk mendorong kajian-kajian lanjutan di jurusan Ilmu Pengkajian Amerika serta bidang ilmu lainnya.

Menurut Amien Rais, kedua fitur penting dalam budaya hegemonik AS itu telah menjadi pedoman haluan kebijakan luar negeri yang ditandai dengan tiga gejala saling berhubungan. “Yaitu globalisasi budaya Amerika, Amerikanisasi, dan imperialisme budaya,” tandasnya.

Di sisi lain, sebagaimana dikatakan Juliasih, buku ini menyajikan ulasan cukup luas dan padat mengenai budaya hegemonik AS pasca perang dingin.

“Beranjak dari pendekatan ilmu pengkajian AS, penulis memandang bahwa hemenoni budaya AS telah memanfaatkan mesin globalisasi secara efektif untuk menyebarluaskan produk dan ide budaya AS ke seluruh dunia,” ucapnya.

Kasiyarno yang juga merupakan Ketua APTISI DIY itu pun menguraikan beberapa bentuk perlawanan terhadap budaya hegemonik.

“Penutup dalam buku ini berisi tentang prediksi atas kontinuitas budaya hegemonik di sepanjang masa pemerintahan pasca Bush dan Clinton,” ujarnya.

 

Book Review of UAD Rector’s Work: Understanding United States’ Hegemonic Culture

Dr. Kasiyarno, M.Hum. in his book entitled Budaya Hegemoni Amerika Serikat Pasca Perang Dingin Antara Mitos dan Ilusi of United States’ Hegemonic Culture after The Cold War between Myths and Illusion, says that America’s dream and illusion can the red line of the government’s views, ideology, and policies since the first president in the early nation building up to the end of the cold war.

 The book is an excerpt of his dissertation at American Studies Post Graduate Program of Faculty of Cultural Sciences University of Gadjah mada (UGM) Yogyakarta. The book was reviewed by Prof. Dr. HM Amin Rais, M.A. and Prof. Juliasih, S.U. (Now the head of American Studies Program UGM) with the moderator of Dr. Tatit Hariyanti, M.Hum (a lecturer at Faculty of Letters University of Technology Yogyakarta) at hall of Islamic Center Campus IV UAD last Tuesday (10/05/2016)

‘This book is expected to be an important reference in understanding US hegemonic culture. It is expected that a deep and comprehensive review be done internationally,’ Kasiyarno said.

‘This topic, he added, has not been yet a wide issue in American Studies so that this book may initiate further discussions in the area.

According to Amin Rais, two US hegemonic culture features have colored the America’s foreign policy such as America’s globalization culture, Americanized, culture imperialism.

In addition Juliasih commented that the book presented wide presentation of America’s hegemonic culture of post-cold war.

‘Beginning from the approach of American Studies, the writer considers that America’s hegemonic culture have taken advantage of globalization machine effectively to spread its products and culture all over the world,’ Kasiyarno said.

Kasiyarno, who is also the chairman of Private Higher Education Association (APTISI) chapter Yogyakarta, explained some minor resistence against the culture.

‘The book concludes with the prediction over the continuity of hegemonic culture of Bush and Clinton administration,’ He said.