Syawalan UAD: Syawalan Menjaga Silaturahim

“Kita jangan hanya berkutat di kampus saja, keluarlah, jalin silaturahim di luar sana, agar bertambah wawasannya. Tidak bisa dipungkiri, kita berada di lingkungan masyarakat. Disadari atau tidak disadari, mereka juga berperan penting dalam sebuah perkembangan. Asahlah hubungan, maka dengan mangasah silaturahim mengasah juga kemampuan kita” tutur Prof.Dr.H.Ahmad Syafii Maarif pada acara syawalan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Senin (19/8/2013).

Acara yang berlangsung di kampus 1 tersebut dihadiri sekitar 500san lebih karyawan UAD dan para undangan. Rektor UAD Dr. Kasiyarno. M.Hum menyampaikan maafnya dan ucapan terima kasih atas dedikasi para karyawan selama bekerja di UAD.

“Salut saya. Meskipun libur, ternyata masih ada yang bekerja mempersiapkan akreditasi. Sekali lagi terima kasih atas dedikasinya” tutur Kasiyarno dalam sambutannya.

Syawalan yang juga pelepasan calon jamaah haji keluarga besar UAD tersebut, diakhiri dengan ramah-tamah bersama dengan keluarga besar UAD. (Sbwh)

Mari Capai Ketakwaan Diakhir Ramadhan

Syawalan Farmasi Jembatan Silaturahmi

Satu hari setelah perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-68 tahun Negara Republik Indonesia (RI) Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada hari Minggu 18 Agustus 2013 jalin silaturahmi dengan Syawalan 1434 H. Hadir pada kesempatan tersebut Dekan Fakultas Farmasi dan seluruh Keluarga Besar Farmasi berikut keluarganya. Acara yang diawali dengan lantunan Kalam Illahi tersebut, dibuka oleh Dekan Fakultas Farmasi Dr. Dyah Aryani Perwitasari, M.Si, PhD.

“Saya berharap dengan Syawalan ini dapat meningkatkan kesolidan sekaligus kinerja kedepan untuk memajukan Farmasi masa yang akan datang, mengingat begitu tingginya animo pendaftaran mahasiswa Farmasi ditengah-tengah persaingan yang kompetitif” harap Ibu Dyah dalam sambutannya.

Selanjutnya Ikrar Syawalan di sampaikan oleh Dosen muda Mustofa Ahda, M.Sc. dan diterima oleh Prof Dr. Mulyadi, Apt, nampak suasana penuh keakraban dan kebersamaan tergambar jelas. Prof Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc. M.Ag. dalam ceramahnya menyampaikan bahwa pada bulan Syawalan ini kita harus terus meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt. Tradisi Syawalan ini biasanya disebut dengan Halal Bihalal atau Idul Fitri. Ibarat seperti kita naik pesawat dari boarding sampai landing sampai mendarat begitu juga mekanisme kita ibadah pada bulan sebelum Syawal. Yaitu sebelum Ramadhan, Ramadhan, hingga Syawal.  jadi grafiknya naik untuk mencapai ketakwaan di akhir Ramadhan. Tapi kita kadang-kadang banyak mendarat daruratnya ibarat naik pesawat, karena biasanya habis Ramadhan ibadah kita turun.

“Untuk itu, marilah kita teruskan ibadah-ibadah dalam Ramadhan untuk meraih ketakwaan disisi Allah Swt. Dengan harapan semoga Apoteker UAD menjadi kebanggaan kita bersama, Bangsa dan Negara dalam mengisi Pembangunan Nasional” imbuh Yunahar Ilyas diakhir ceramahnya.(Doc)

Kuliah Perdana Farmasi Bekal Raih Impian

Minggu (18/8/2013) tidak hanya bersejarah bagi bangsa RI yang merayakan HUT Kemerdekaan RI ke-68 tahun, tapi juga bagi 152 mahasiswa baru program studi profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang melakoni Kuliah Perdana Angkatan XXVI Semester Gasal TA 2013/2014. Dimana mereka memperoleh gambaran detail tentang dunia Kefarmasian dan Profesi Apoteker yang nantinya akan terukir sepanjang hayat.

Ini sangatlah penting bagi mereka untuk meraih impian dan cita-cita dimasa mendatang di tengah-tengah persaingan yang sangat kompetitif. Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UAD sebagai salah satu perguruan tinggi yang mencetak lebih dari 300 apoteker baru setiap tahun sangat konsen dalam pembinaan intelektualitas dan integritas, dengan adanya pembinaan intelektualitas, integritas, leadership dan moralitas. Diharapkan Apoteker lulusan UAD mampu bertugas dengan baik dan mampu menghadapi tantangan dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang Apoteker demikian yang disampaikan Dr. Dyah Aryani Perwitasari, M.Si, PhD. Dekan Fakultas Farmasi. Hadir juga pada kesempatan tersebut Wakil Dekan Farmasi Dr. Nining Sugihartini, M.Si, Apt., Ka. Prodi Farmasi Dr. Moch. Saiful Bachri, M.Si. Apt., dan Sekretaris Prodi Farmasi Faridah Baroroh, M.Sc.,Apt dan staf Farmasi.

Tak kenal maka tak sayang begitu bunyi pepatah demikian juga halnya “Mengenal Dunia Kerja dan Marketing” yang disampaikan oleh Dosen Tamu sekaligus Trainer Nasional Krisnadi, S.Si, Apt. pada kuliah Perdana hari ini di ruang 3.1.206. 

Lebih lanjut Krisnadi menyampaikan, apoteker sebagai bagian terpenting dari tenaga kesehatan memiliki wewenang khusus dalam setiap proses yang berhubungan dengan obat. Obat-obatan harus dikelola dengan baik mulai dari proses produksi, distribusi, sampai pelayanannya. Sehingga terjamin kualitas obat dari bahan awal obat sampai obat itu dikonsumsi. Untuk itu, dibutuhkan sebuah intelektualitas, integritas, leadership dan moralitas dari seorang apoteker dalam menjalankan tugasnya.

“Calon Apoteker harus mampu hadapi dunia kerja sekaligus menjadi Enterpreneur. Leadership, Integritas, Teamwork, Entrepreneurship, Spiritual of life dan Attitude dalam menghadapi masalah dalam dunia kerja haruslah dikuasai oleh seorang Apoteker. Dengan harapan semoga Apoteker UAD menjadi kebanggaan kita bersama, Bangsa dan Negara dalam mengisi Pembangunan Nasional’ imbuhnya.(Doc)

Ratusan Pengunjung Serbu Booth UAD Di Prince Of Songklha Open Week Thailand

Ribuan pengunjung Tampak berdesak-desakan memadati area pameran. Acara Pameran Pendidikan Tinggi Prince of Songkla University Open WeekPSU Education Fair di Hatyai, Thailand ini, di adakan di gedung Convention Center, PSU. Pameran ini diikuti oleh berbagai universitas baik universitas dalam negeri di Thailand maupun di luar negeri. Adapun universitas yang berasal dari luar Thailand terdiri dari Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Singapore) dan juga dari Australia.

Antusiasme pengunjung untuk Booth Universitas Ahmad Dahlan (UAD) sangat besar terlihat dari banyaknya siswa yang tertarik dan berkunjung. Hal ini tak lepas dari peran serta alumni dan mahasiswa UAD yang berasal dari Thailand. Yasuli Bindulem, MusAb Buenae, Abdullah Umacheeta terlihat bersemangat untuk membantu UAD dalam menarik perhatian dari para pengunjung pameran  sekaligus menjadi penyambung lidah antara UAD dan siswa pengunjung yang rata-rata belum bisa bercakap dalam bahasa Inggris. “Saya bangga dapat memperkenalkan UAD kepada adik-adik saya disini sebagai universitas muhammadiyah terbaik sebagai tempat untuk melanjutkan pendidikan tinggi di Indonesia” Ujar Musab, yang saat ini menjadi mahasiswa semester 7 di Fakultas Psikologi, UAD.

Jumlah siswa yang telah mengunjungi Booth UAD pada hari pertama pameran ini sebanyak 85 orang dan terlihat sebagian besar tertarik untuk melanjutkan studinya di Indonesia terutama di perguruan tinggi Muhammadiyah, Jogjakarta.

Yasuli  Bindulem yang saati ini berprofesi sebagai guru madrasah pun menegaskan bahwa minat belajar murid-murid SMA di luar negeri terutama di Indonesia sangatlah tinggi. Beliau sangat menganjurkan murid-murid untuk bersekolah di UAD.

Di tengah acara, panitia memberikan waktu kepada delegeasi dari Indonesia untuk melakukan presentasi dan tanya jawab  mengenai informasi pendidikan tinggi di Indonesia. “Pemerintah Indonesia siap memberikan banyak skema beasiswa untuk mahasiswa Thailand yang ingin belajar di Indonesia, seperti beasiswa Darmasiswa, beasiswa Muhammadiyah, beasiswa Kelompok Negara Berkembang untuk master degree, dan beasiswa-beasiswa shortcourse lainnya” Tegas Purwanto Subroto, Kasubdit Kerjasama Antar Perguruan Tinggi.

.(Intan)

Menghindari Inflasi Menjelang Lebaran.

 

Di Bulan Ramadhan

Oleh Sukardi

Tidak bisa dipungkiri bahwa di Indonesia terdapat dua waktu yang rawan terjadi inflasi, ialah pertama setiap memasuki bulan suci Romadlan dan lebaran Idul Fitri,  kedua akhir tahun dan awal tahun baru. Pada kedua waktu itu selalu terjadi inflasi, harga barang barang kebutuhan pokok terjadi kenaikan beberapa persen tergantung barangnya. Terjadinya inflasi demikian menguntungkan bagi para pengusaha, tetapi sebenarnya inflasi akan membebani anggaran bagi konsumen. Kalau memungkinkan para konsumen berharap bisa menghindar dari terjadinya inflasi. Bagaimana caranya ?

Penyebab Terjadi Inflasi Di Bulan Ramadhan dan Lebaran.

Inflasi adalah terjadinya kenaikan harga pada barang-barang kebutuhan hidup. Kenaikan harga bisa dikarenakan faktor langkanya barang-barang kebutuhan masyarakat, bisa faktor banyaknya kebutuhan yang tidak diimbangi penyediaan, bisa juga karena naiknya daya beli pasar, bisa juga karena kita menerapkan “pasar bebas”, harga diserahkan pada pasar, tidak adanya pengendalian harga oleh penguasa. Di bulan Ramadhan dan lebaran dan tahun baru terjadi inflasi dikarenakan oleh tiga faktor ialah: meningkatnya kebutuhan sembilan bahan pokok dibulan Ramadhan dan lebaran dan libur panjang akhir tahun. Dengan banyaknya kebutuhan orang membikin makanan sahur dan buka puasa yang makanan lebih berkualitas, banyaknya orang shodaqoh, mengeluarkan zakat di hari raya dan banyak menyediakan makan orang silaturrohim. Hari lebaran banyak orang mudik, keluarga yang didatangi banyak menyediakan berbagai jenis menu makanan.

Di bulan Ramadhan kebutuhan transportasi tak bisa dipungkiri, kebutuhan sandang meningkat dan kebutuhan wisata dan berbagai pendukungnya tak bisa dikendalikan, sehingga terjadi kenaikan harga. Daya beli masyarakat di bulan Ramadhan/lebaran juga didukung dengan pemberian tunjangan hari raya bagi para buruh di perusahaan. Pada akhir tahun dan tahun baru juga adanya gaji ke 13, banyaknya berwisata dilibur panjang dan sebagainya. Tidak adanya  pengendalian pihak penguasa memberikan keterserahan harga pada kehendak pasar sangat memberi peluang inflasi. Jika harga dikendalikan dengan disediakan operasi pasar akan mungkin  terjadi pengendalian inflasi barang-barang di pasar. Pada tahun ini inflasi dipacu dengan kenaikan harga BBM.

Selanjutnya mungkinkah kita bisa terhindar dari inflasi yang memperberat beban hidup ini? Bagaimana cara yang harus dilakukan? Tentu hal ini mungkin mungkin saja, tergntung dari kemauan kita sendiri.

Sesungguhnya kalau harga-harga bahan pangan dan kebutuhan pokok hidup diserahkan pada pasar, ketika banyak kebutuhan kemudian harga melambung, ummat Islam yang akan dirugikan, Ramadhan mestinya lebih bisa khusuk ibadah, dzikir dan tadarus, ketika dzikir yang teringat bagaimana menyediakan anggaran untuk belanja persiapan lebaran dan bagaimana membelikan pakaian anak-anak. Mana mungkin iktikaf bisa khusuk mendekati lebaran harus menyiapkan dana lebaran. Yang lebaran (gembira)  secara lahiriyah ya para pengusaha labanya jauh di atas bulan-bulan lain. Masyarakat yang menjadi kurban inflasi.

Kebijakan pemerintah untuk mengendalikan harga seharusnya menjadi prioritas,  Depag dan para ulama sudah saatnya menfatwakan pada masyarakat, bahwa tidak harus berpakaian baru ketika memasuki lebaran, Ramadhan agar lebih fokus dan khusuk ibadahnya.

RAMADHAN LUNTURKAN LEMAK DOSA

PANJI HIDAYAT

Dosen Universitas Ahmad Dahlan

 

Tidak terasa Ramadhan telah masuk di penghujung waktu, meskipun baru saja jasadiah dan nafs mulai beradaptasi. Momen yang baik ini seakan terus berlalu dan meninggalkan kesan berat untuk meninggalkannya karena banyak hikmah keistimewaan yang sangat genial dibandingkan dengan bulan yang lain. Kerinduan akan datangnya Ramadhan seakan terbuncah apabila kaum muslimin dapat menikmatinya kembali tahun yang akan datang.  Mungkin banyak yang telah beberapa kali melaksanakan puasa Ramadhan selama hidup akan tetapi hanya sedikit sekali manusia yang melebur dalam mengimani rukun Islam yang ke-empat ini.

Kebanyakan setelah puasa usai, manusia kembali ke habitat asal untuk melanjutkan aktifitas yang menabrak sunatullah tanpa mereka sadari atau dengan sadar bahwa perbuatan itu membuat iman semakin korosif. Puasa yang hanya sekadar menjalankan rutinitas akan terasa hambar tanpa makna jika orang tidak bisa menjauhi maksiat yang selalu dilakukan dan tidak sedikit puasa yang dilakukan hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja. Bukankah Ramadhan adalah bulan yang penuh ampunan Allah? Marilah renungkan diri apa yang telah dikatakan Boudin “Bahwa kita menjadi apa yang kita pilih saat ini, kita saat ini adalah akibat pilihan kita di masa lalu, dan pilihan kita saat ini akan menjadi siapa kita di masa yang akan datang. Puasa adalah salah satu bukti ibadah yang membuat hidup manusia bisa berubah dan itu wajib kita imani.

Bergulirnya waktu dari Ramadhan tahun lalu ke Ramadhan tahun sekarang begitu banyak hal yang terlewatkan yaitu dosa yang semakin menumpuk ibarat lemak yang telah membuat kaca hati semakin memudarkan pancaran sinar keilahian yang mengakibatkan orang semakin tenggelam dalam lautan dosa. Apabila lemak dosa itu semakin menumpuk, bukankah deterjen atau pemutih bekerjanya semakin berat untuk memolarisasikan lemak tersebut? Oleh karena itu bulan Ramadhan yang mulia ini orang-orang yang beriman terstimulus menginstal ulang kembali fitrahnya sebagai manusia untuk berlomba-lomba melunturkan lemak dosa dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang sekiranya diterima Allah dengan niat baik yang berdasarkan tuntunan Islam dengan kembali kepada aturan Allah dan Rasul-Nya yang akan mendatangkan ketakwaan. Ketakwaan yang akan mendatangkan ketenangan, keselamatan, dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Intensitas aktivitas rejuvinasi dengan memakmurkan masjid dalam bentuk melaksanakan shalat jamaah lima waktu di awal waktu, shalat rawatib, shalat tarawih atau qiyamul lail, dan memperbanyak amalan seperti shodaqah, infak, dan zakat. Aktivitas tersebut seharusnya juga bukan hanya semata dilakukan di bulan Ramadhan saja tetapi juga dilakukan di bulan yang lain. Allah menghendaki manusia bekerja dan berjuang menurut fitrahnya sebagai manusia yang berafiliasi untuk berbuat kebajikan, selalu ingin memberi dan menerima yang terbaik, cinta damai, senang menabur kasih sayang, jujur, senang pada keadilan dan persamaan. Fitrah Allah tidak lain adalah karakter dasar manusia dan Allah menginginkan manusia bertahan memelihara integritas fitrahnya tersebut.

Amalan-amalan saat bulan Ramadhan Insya Allah merupakan amalan yang dapat melunturkan lemak-lemak dosa sesuai dalam hadist Nabi yang artinya “Barang siapa mendirikan Ramadhan dengan keimanan dan perhitungan maka akan diampuni dosa-dosa yang telah lalu.” Marilah kita berkhusnudzan kepada Allah karena sesungguhnya hidup akan berjalan seperti yang kita pikirkan. Apa yang kita pikirkan akan diterima oleh akal sebagai sebuah instruksi, akal akan berusaha membuka memori dalam diri untuk mewujudkan apa yang kita pikirkan itu. Akal akan mencari jalan bagaimana agar kita sampai pada yang kita pikirkan. Semoga Allah menerima ibadah puasa kita dan melunturkan lemak dosa-dosa kita sehingga di akhir Ramadhan, kita menjadi air yang jernih kembali fitri dan saling membagi maaf antarsesama manusia, taqabballahu minna waminkum syiamana wasiamakum, Semoga Allah masih memberikan kesempatan mempertemukan diri kita untuk menjalankan puasa Ramadhan berikutnya, amien … 

Menjaga Kemuliaan Zakat

Dani Fadillah*

Selain sibuk untuk mempersiapkan mudik sebagai tradisi menjelang idul fitri bagi masyarakat Indonesia, beberapa masyarakat kita juga telah mulai mempersiapkan sebuah ritual suci seiring dengan makin mendekatnya bulan syawal, ritual itu adalah pembagian zakat. Secara bahasa, Zakat berasal dari akar kata zaka, yang berarti suci, berkah, tumbuh, dan berkembang. Adapun menurut istilah syariat, zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan kepada orang yang berhak menerimanya disebabkan sudah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Zakat merupakan penyucian diri dan harta dari kemungkinan diperoleh dengan jalan yang tidak diridhoi oleh Allah. Membayar zakat juga tidak akan mengurangi harta, namun Allah akan mengembalikannya dalam bentuk yang lebih baik disaat yang tidak kita sangka-sangka.

Secara filosofinya zakat bukan hanya menunaikan kewajiban materiil bagi seorang muslim yang memiliki harta, tetapi bagaimana zakat dapat dijadikan sebagai sistem nilai yang seterusnya terinternalisasi dalam diri pembayar zakat untuk menjadi seseorang yang peduli kepada yang lemah dan berpihak pada kaum papa dalam seluruh perilaku dan aktifitas ekonominya.

Pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Abdul Aziz, zakat dijadikan tolok ukur akan kesejahteraaan masyarakat, baik jumlah orang yang berzakat, besar zakat yang dibayarkan, maupun jumlah penerima zakat. Berbeda dengan tolok ukur lain yang cenderung bias. Tolak ukur zakat sebagai pengatur kesejahteraan benar-benar bisa dijadikan pedoman standar, baik dalam konteks ekonomi mikro maupun makro.

Disinilah zakat berperan sebagai Ibadah Maaliyah Ijtima'iyyah (ibadah harta yang berdimensi sosial) yang memiliki posisi penting, baik dari sisi pelaksanaan ajaran Islam maupun dari sisi pembanguna kesejahteraan umat. Kesediaan seseorang untuk berzakat merupakan indikator utama ketundukannya terhadap Allah dan ciri utama seorang mukmin yang akan mendapatkan rahmat dan pertolongan Allah. kesediaan berzakat pula dipandang sebagai ciri orang yang selalu berkeinginan menyucikan dan mmembersihkan serta mengembangkan harta yang dimilikinya.

Dalam konteks kemakmuran bagi masuarakat zakat memiliki peran sebagai berikut ; pertama, zakat akan menumbuhkan akhlak yang mulia berupa kepeduliaan terhadap nasib kehidupan orang lain, menghilangkan rasa kikir dan egoisme (An-Nisa': 37). Kedua, Zakat berfungsi secara sosial untuk mensejahterakan kelompok mustahiq, terutama golongan fakir miskin ke arah kehidupan yang lebih baik dan sejahtera, dapat menghilangkan atau memperkecil penyebab kehidupan mereka menjadi miskin dan menderita. Ketiga, zakat akan mendorong umat untk menjadi menjadi muzakki sehingga akan meningkatkan etos kerja dan etika bisnis yang benar. Keempat, zakat merupakan salah satu instrumen pemerataan pendapatan. Dengan zakat yang dikelola dengan baik dimungkinkan terciptanya pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan.

Namun harus kita ingat bersama, kita tentu tidak ingin zakat yang sedemikian mulianya justru menjadi sebuah tragedi kemanusiaan. Jika belum amnesia, kita tentu ingat di ramadhan-ramadhan sebelumnya ada beberapa kasus dimana pembagian zakat yang seharusnya memunculkan nilai-nilai kearifan sebagaimana yang disebutkan diatas justru menjadi tragedi kemanusiaan, dimana pembagian zakat seolah menjadi sebuah demonstrasi kemiskinan bahkan sampai ada yang pingsan, sekarat dan meregang nyawa.

Oleh karena itu alangkah baiknya ketika zakat hendak diberikan kepada pihak-pihak yang memang pantas untuk menerimanya perlu dilaksanakan dengan cara-cara yang benar-benar memanusiakan manusia. Tidak hanya sekedar memberi, namun juga memperhatikan aspek etika dan kenyamanan pada saat serah terima zakat berlangsung. Ingat sebagaimana yang telah kita bahas diatas, bukan hanya penerima zakat saja yang memiliki kepentingan terhadap apa yang dizakatkan, namun juga sang pemberi zakat.

*Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan,

DPD IMM DIY 2013-2015

Puasa Mengembalikan Fitrah Manusia

Oleh : Dr. H. Abdul Fadlil, M.T.  (Wakil Rektor III UAD)

Menurut pandangan Islam setiap manusia yang lahir di muka bumi ini dalam keadaan fitrah yakni asal kejadian yang suci dan murni. Manusia terlahir dalam keadaan bersih tanpa mempunyai dosa, walaupun orangtua yang melahirkannya mungkin telah berbuat dosa. Dalam Islam tidak dikenal adanya dosa warisan, sehingga orangtua yang telah berdosa kemudian membagikan dosanya kepada anak keturunannya sebagai ahli waris. Atau seseorang merasa telah mendapatkan warisan dosa yang banyak dari orangtuanya sehingga menjadikan dirinya berputus asa dari rahmat Allah.  

Kata fitrah menurut bahasa berarti penciptaan atau kejadian, sehingga fitrah manusia adalah kejadian sejak awal atau bawaan sejak lahir. Kata fitrah ini terdapat dalam Al Qur’an surat Ar Rum ayat 30: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah (pilihlah) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. Kata ‘fitrah Allah’ pada ayat ini maksudnya adalah ciptaan Allah. Melalui ayat ini dapat dipahami pula bahwa manusia dilahirkan dengan naluri keimanan kepada Allah dan siap menerima Islam dalam penciptaannya.

Manusia menurut fitrahnya telah beragama, mengakui dan bersaksi bahwa Allah adalah tuhannya. Maka kalau ada orang yang tidak beragama tauhid, sesungguhnya itu tidak wajar. Biasanya hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh lingkungan sekitarnya. Sebagaimana sabda Rasulullah saw: Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah. Orangtuanya yang akan membuat dia yahudi, nasrani, dan majusi (H.R. Muslim).

Manusia dengan tabiat penciptaannya yang merupakan pencampuran antara tanah dari bumi dan peniupan ruh, maka manusia dibekali potensi-potensi yang sama untuk berbuat baik dan buruk. Seseorang mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk, sebagaimana ia juga mampu mengarahkan jiwanya kepada kebaikan atau keburukan. Kemampuan ini dalam Al Qur’an diungkapkan dengan kata ilham, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Asy-Syam: 7-8: “Demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilham kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya”. Sedangkan pada Q.S. Al Balad: 10, kemampuan ini diungkapkan dengan petunjuk. Maka ilham atau petunjukkan itu sudah tersimpan di dalam diri manusia dalam bentuk potensi-potensi.

            Manusia adalah makhluk yang istimewa dan unik karena memiliki potensi untuk berbuat baik dan buruk. Selain itu Allah swt juga telah memberi kemampuan akal yang berada dalam hati manusia untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk. Oleh karenanya baik atau buruknya amal seseorang tergantung pada hatinya, sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati ” (HR. Bukhori-Muslim).

Dari hadits di atas menunjukkan bahwa akal atau kemampuan memahami bersumber pada hati bukan otak (kepala). Hal ini juga selaras dengan penjelasan dari Al Qur’an, bahwa Allah swt  berfirman, “Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (QS. Al-Hajj: 46).

Hati memegang peranan penting dalam menggerakkan seseorang untuk berbuat baik (amal sholeh), ataupun berbuat jelek/jahat (dosa). Menurut Al-Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah hati manusia dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: hati yang sehat (qolbun salim), hati yang sakit (qolbun maridh) dan hati yang mati (qolbun mayyit). Bagi orang yang memiliki hati yang sehat sungguh sangat beruntung karena ia akan banyak melakukan amal kebaikan yang mendatangkan pahala. Sebaliknya sangat merugilah orang yang hatinya sakit atau hatinya mati karena ia akan terdorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan jelek dan tercela yang mendatangkan dosa.     

Pepatah Arab mengatakan, manusia itu tempat lupa dan salah. Pepatah ini bukan berarti manusia dibiarkan untuk berbuat salah dan dosa. Allah swt sangat mencintai hambanya maka diutuslah para Nabi dan Rasul sebagai juru pengingat serta diturunkanlah kitab suci Al Qur’an sebagai petunjuk hidup manusia. Oleh karenanya agar manusia terhindar dari berbuat salah dan dosa haruslah berpegang teguh kepada Al Qur’an dan sunnah Rasul (Al Hadits).

Untuk menjaga fitrah manusia agar senantiasa terbebas dari dosa, Allah swt telah menjanjikan akan menghapus dosa yang telah dilakukan hambanya. Sebagaimana berita gembira yang disampaikan Rasulullah, "Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharapkan ridho Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu. (HR. Bukhari). Mudah-mudahan ibadah puasa ramadhan yang kita lakukan ini diterima oleh Allah swt, sehingga menjadikan terhapusnya dosa-dosa yang pernah kita lakukan dan mengantarkan kita kembali kedalam fitrah kesucian, amien.  

 

Fenomena Sepinya Shaf diakhir Bulan Ramadhan

 

Sule Subaweh

Karyawan UAD

 

Menurunnya shaf Jamaah Sholat Isyak dan taraweh diakhir bulan ramadhan menjadi fenomina yang unik di Negara kita. Para jemaah seolah ditimpa beban yang begitu berat sehingga terkapar dan tak mampu beranjak dari rumah. Padahal 10 hari diakhir bulan Ramadhan pada bulan Lailatul Qadar, kita sangat dianjurkan untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah Swt. seperti yang tertera pada surat (QS Al-Qadr : 1-5) “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu pebuh kesejahteraan sampai terbit fajar

Dianjurkan untuk mencari Lailatul Qadar pada bulan Ramadhan, khususnya di sepuluh hari akhir dan pada malam-malam yang ganjil, malam 21, 23, 25, 27 dan 29. Disebutkan dalam shahihain bahwa Nabi bersabda: “Carilah Lailatul Qadar pada malam yang ganjil, disepuluh hari akhir dari bulan Ramadhan.” (HR.Bukhari, Muslim dari hadits Aisyah). 

10 hari terahir sungguh berlimpah pahala yang bisa kita raih, tapi yang terjadi masjid-masjid nampak semakin sepi jumlah shafnya. Berbeda pada saat minggu pertama bulan ramadhan, jumlah jamaah membeludak, bahkan  pihak pengurus masjid harus menyediakan tikar tambahan untuk menampung para jamaah melaksanakan sholat Isya dan Tarawih berjamaah.

Pemandangan seperti itu menjadi rutinitas tahunan bagi masyarakat kita, bahkan dalam keadaan mengerti tentang keindahan malam seribu bulan. Meraka lebih suka ke Mall daripada ke Masjid. Mereka lebih tergiur dengan gemerlapnya lampu-lampu gedung bertingkat dan baju yang mentereng.

Anak muda yang biasanya berkumpul di Masjid, beralih ke tempat-tempat yang ramai. Meraka lebih suka memperbincangkan-akan kemana nanti lebaran, pakek baju apa? dari pada membicarakan mengenai Lailatul Qadar atau malam seribu bulan. Ibu-ibu sibuk membuat kue lebaran untuk dihidangkan pada tamu saat lebaran. Anak-anak sibuk menyalakan petasan dan   merengek-rengek meminta dibelikan baju baru. Mereka disibukkan dengan perayaan lebaran. Masjid kembali sepi, satu persatu jamaah mulai terserang virus malas dan sindrom lebaran. Kaki mereka semakin berat untuk melangkah ke masjid, tapi ringan melangkah mall. Badan rasanya begitu susah untuk digerakkan menuju masjid hingga kemudian lebih memilih untuk mengistirahatkannya di rumah dan menyempatkan diri ke pasar.

Sudah bukan hal yang aneh lagi pemandangan seperti itu, biasanya diakhir bulan puasa semakin banyak yang bermalas-malasan bahkan tidak sedikit yang berhenti dan bahkan sengaja tidak puasa. Mekipun begitu tidak sedikit yang semangatnya lebih membara diakhir puasa bahkan ada yang merasa kehilangan saat tidak lagi berpuasa.

Selalu ada yang berbeda di bulan yang istimewa, ada yang kuat ada yang lemah. Ada yang berhasil ada yang tidak sama sekali. Terlepas dari itu, setiap akhir puasa shaf selalu berkurang baik karena malas maupun karena ingin menyambut lailatul Qodar. Semoga sepinya shaf diakhir ramadhan disebabkan karena ingin menyambut malam seribu bulan. Amin. 

Mahasiswa UAD Mengenalkan Dinar Dirham Kepada Masyarakat

 

Bulan Ramadhan waktu yang tepat untuk meningkatkan amal sholeh baik itu ibadah maupun muamalah, sebagaimana yang dituntunkan Rosulullah SAW. Salah satu muamalah yang dituntunkan oleh Baginda Rosulullah Saw ”Bermuamalah dengan dinar dan dirham”

Atas dasara di atas, Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Universitas Ahmad Dahlan (KKN-UAD) Periode XXXVIII TA 2012/2013 Unit I.C.3 mengadakan Festival Hari Pasaran (FHP) di Desa Jomblangan, Banguntapan, Bantul Minggu (28/7).

Festival Hari Pasaran (FHP) Dinar Dirham Jomblangan dipilih sebagai nama program kegiatan oleh kelompok mahasiswa KKN yang dikoordinatori oleh Ilham Arisnawan

Menurut Ilham Kegiatan tersebut berttujuan untuk mengenalkan dinar dan dirham kepada masyarakat umum terutama yang berada di Desa Jomblangan. Mencoba mengamalkan kembali muamalah dengan dinar dirham di tengah masyarakat.

Selain itu KKN UAD tersebut juga mengadakan kajian tentang muamalah dan dinar dirham. Kajian ini menerangkan tentang pentingnya dinar dirham dalam kehidupan muamalah setiap muslim dan rukun Islam yaitu zakat. “Dengan mata uang dinar (emas 22K, 4.25 gr) dan dirham (perak murni, 2.975 gr) masyarakat memiliki uang yang sesuai sunnah dan bernilai, yang dari waktu ke waktu tidak tergerus oleh inflasi” terang Ghulam Mishbah selaku pembicara (Wakil Wakala Gemah Ripah).

“Diharapkan masyarakat dapat mengenal uang yang sesuai dengan sunnah Rosul dan memulai menghidupkan kembali sebagai alat tukar secara sukarela” harap Ilham.