Upacara Milad ke-52 Universitas Ahmad Dahlan

 

Hari, tanggal: Senin, 17 Desember 2012

Waktu : 09:30 – 12:00 WIB

Tempat : Auditorium Kampus I UAD Jl. Kapas 9 Yogyakarta

Acara : Upacara Milad ke-52 Universitas Ahmad Dahlan

 

Susunan Acara:

  • Pembukaan
  • Lagu Indonesia Raya
  • Pembacaan Ayat-ayat Suci Al Qur'an
  • Pembukaan Sidang Senat Terbuka dilanjutkan Ucapan Selamat Datang oleh Rektor/ Ketua Senat UAD
  • Sambutan-sambutan

    • Koordinator Kopertis Wilayan V DIY
    • Pimpinan Pusat Muhammadiyah
  • Pidato Tahunan Rektor UAD
  • Pidato Ilmiah oleh Dr. (Hc.) H. Zulkifli Hasan, S.E., M.M. (Menteri Kehutanan RI), dengan Tema:

Economy for Sustainable Development

  • Do'a
  • Penutup
  • Ramah tamah
  • Penanaman pohon untuk taman hutan kota di Kampus IV UAD oleh Menteri Kehutanan RI

 

 

Kunjungan STKIP Muhammadiyah Bulukumba Sulawesi Selatan ke Biskom UAD

Biro Sistem Informasi dan Komunikasi (Biskom) Universitas Ahmad Dahlan (UAD)) menerima kunjungan tamu Studi Banding dari Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Bulukumba, Sulawesi Selatan, Jum'at, (14/12/2012). Tim IT dari STKIP terdiri dari 4 orang, dengan sistem paralel mereka mengunjungi Bidang SDM 2 orang dan ke Biskom 2 orang. Kunjungan ke Bisko yang diwakili oleh Bapak H. A. Asnawi, S.S. M.Hum dan Ibu Ernawati disambut langsung oleh jajaran kru Biskom antara lain Kepala Bidang Web dan Social Media, Ketua Urusan Jaringan dan Komunikasi, Kepala Urusan Pengembangan, Pemeliharaan, dan Keamanan Web, serta Kepala Urusan Pengembangan dan Pemeliharaan Sistem Informasi dan beberapa staf Biskom yang dipimpin oleh Tawar, S.Si., M.Kom. selaku Kepala Biskom.

Pertemuan yang berlangsung di ruang rapat Biskom, Tawar menjelaskan tentang sistem pengelolaan Biro Sistem Informasi dan Komunikasi yang meliputi struktur organisasi dan pengelolaan Data dan Jaringan dan Pembuatan Sistem Informasi. Lebih khusus lagi Asnawi mendiskusikan tentang penggunaan lebih detail tentang Sistem Informasi Akademik (SIA) di UAD, baik dari sisi user sebagai mahasiswa, dosen, tata usaha, maupun dari sisi adminitrator. Tawar juga menjelaskan keterkaitan SIA UAD dengan sistem informasi lain yang terkait, antara lain sistem pembayaran SPP Mahasiswa yang sudah bekerja sama dengan beberapa bank yang sudah terintegrasi dengan sistem SIA dan sistem pengelolaan keuangan UAD.
Selanjutnya dijelaskan tata kelola dan kebijakan yang berhubungan dengan penggunaan IT di UAD, prioritas pembangunan sistem informasi ditujukan pada operasional yang berhubungan dengan akademik. Asnawi dan rombongan menjelaskan kunjungan ke Biskom ini merupakan kunjungan di hari ketiga dari empat hari kunjungan yang dikhususkan untuk studi banding seluruh sistem di UAD, harapannya ke depan dapat terjalin kerjasama yang lebih intensif untuk kemajuan bersama. (@)

UNIVERSITAS RISET, APAKAH SEBUAH UTOPIA?

Triantoro Safaria, S Psi. M.Si. PhD.

Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan

Yogyakarta

Universitas merupakan pusat dari creation, preservation and dissemination of knowledge. Maknanya pertama, sebuah universitas harus menjadi tempat mengembangkan ilmu pengetahuan, termasuk didalamnya menghasilkan teori-teori baru, inovasi-inovasi teknologi dan kemanusiaan. Kedua, sebuah universitas menjadi tempat penyemaian dan pelestarian ilmu pengetahuan melalui diantaranya menghasilkan sarjana-sarjana yang mumpuni, yang mampu mengembangkan dan melestarikan tradisi ilmiah di lingkungannya. Ketiga, sebuah universitas harus menjadi tempat pertukaran dan penyebaran ilmu pengetahuan. Hal ini dicapai melalui kegiatan penelitian dan pengajaran, diskusi ilmiah, seminar, publikasi ilmiah dan konferensi. Sehingga ketiga filosofi diatas perlu menjadi dasar dari eksistensi dan menjadi tujuan tertinggi sebuah universitas dan sivitas akademik di dalamnya.

Namun kenyataannya sungguh berbeda. Ketiga filosofi di atas masih menjadi hal yang sulit untuk diwujudkan secara optimal dan berkesinambungan. Berbagai hambatan dan rintangan masih mengajal banyak universitas negeri maupuan swasta, untuk mencapai impian menjadi universitas riset. Kendala pertama adalah sikap dan kebijakan pemerintah sendiri yang masih setengah hati mendukung kemajuan pendidikan di Indonesia. Kebijakan pengurangan subisidi penuh dan bantuan penuh bagi univeristas negeri merupakan salah satu contoh sikap setengah hati ini. Efek dari kebijakan ini adalah banyak PTN dipaksa untuk menjadi setengah swasta, yang harus mencukupi dirinya sendiri dalam hal pengelolaan keuangan. Akibatnya PTN-PTN besar mencari kekurangan dana ini melalui SPP yang mahal, sumbangan gedung dan istilah lainnya. Hal ini kemudian menyebabkan mahasiswa harus membayar mahal biaya kuliahnya, dan efek ini berimbas pada calon mahasiswa dari ekonomi bawah yang terpaksa tidak melanjutkan kuliah karena tidak mampu memenuhi tuntutan keuangan yang ada.

Sebagai salah satu contoh adalah bagaimana pemerintah Malaysia memberikan dana penelitian yang besar bagi universitas negeri yang dipromosikan masuk dalam universitas riset. Dana ini diberikan dalam kurun waktu tiga tahun yang nantinya akan dievaluasi secara berkelanjutan. Sepanjang tiga tahun tersebut pada tahun pertama mendapat sekitar 65 juta ringgit (Rp. 180 milyar); tahun kedua dan ketiga meningkat menjadi sekitar 100 juta (sekitar Rp 280 milyar). Dana sebesar ini akan difokuskan pada kegiatan riset dan beasiswa riset. Jika dalam satu universitas yang mempunyai dosen yang layak meneliti sebanyak 1000 orang, maka setiap dosen akan memiliki dana riset yang siap digunakan dalam jangka waktu satu tahun sebesar 65 ribu ringgit (Rp. 182 juta)(Bambang Sumintono, 2011).

Kendala kedua, akibat kucuran dana pemerintah yang tidak mencukupi, maka banyak fasilitas penelitian dan laboratorium yang kurang memadai untuk kegiatan riset. Sehingga hal ini menjadi hambatan besar bagi peneliti berbakat untuk mengembangkan risetnya. Kalau kita melihat sejarah ilmuwan-ilmuwan yang mendapatkan hadiah nobel, ternyata kebanyakan mereka bekerja pada sebuah lembaga riset ternama, yang memiliki semua fasilitas yang dibutuhkan untuk mengembangkan risetnya. Sebagai contoh Prof. Osamu Shimomura yang berhasil menemukan dan mengembangkan green fluorescent protein. Shimomura melakukan risetnya di Marine Biological Laboratory, dan Boston University Medical School, Massachusetts, Amerika. Artinya sebuah riset yang berkualitas tidak akan bisa dihasilkan, ketika peneliti tidak memiliki laboratorium yang memadai untuk mengembangkan risetnya.

Kendala ketiga, banyak staf akademik atau peneliti di Indonesia yang waktunya habis untuk mengajar, atau mencari tambahan penghasilan, akibat gaji yang tidak memadai, dan juga sebagai akibat jumlah SDM yang terbatas di sebuah universitas. Hal ini kemudian mengakibatkan kegiatan riset tidak berjalan secara berkesinambungan. Riset hanya dilakukan sekedar untuk memenuhi point kenaikan pangkat sebagai dosen atau peneliti. Bahkan beberapa dana riset dikorupsi, dan digunakan untuk tujuan memperkaya diri. Hal ini menjadi sebuah ironi tersendiri jika mengingat dana penelitian harusnya digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Hasilnya akhirnya, riset yang dilakukan bukan merupakan riset berkualitas untuk menjawab gap of knowledge¸ tetapi sekedar riset kecil-kecilan yang kurang memiliki impact factor tinggi.

Kendala keempat, ternyata banyak pula staf akademik yang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang kurang memadai untuk meneliti atau mempublikasikan hasil penelitiannya. Akibatnya karya ilmiah mereka tidak dapat menembus jurnal-jurnal berkaliber internasional (ISI Thomson/Scopus) karena tidak mampu menghasilkan sebuah karya ilmiah yang berkualitas. Rendahnya minat dan kemampuan menulis ini dapat terlihat dari masih sedikitnya karya ilmiah para staf akademik ini terpublikasi di jurnal-jurnal ilmiah, baik nasional maupun internasional. Bahkan dalam satu tahun, belum tentu mereka menghasilkan karya ilmiah yang bermutu, sehingga dapat terpublikasi di jurnal nasional terakreditasi. Kenyataan ini juga menjadi ironi tersendiri dalam komunitas ilmiah di banyak perguruan tinggi di Indonesia. Sehingga universitas riset, saat ini tampaknya masih menjadi sebuah utopia yang nyata di Indonesia.

Read more

Rayakan Milad dengan Penyuluhan- Penyuluhan

Masyarakat dapat menciptakan kesejahteran secara mandiri dengan mengembangkan Usaha Micro Kecil Menengah (UMKM). Mengingat hal tersebut penting dalam meningkatkan kemakmuran, maka Sabtu, 17 November 2012 dilaksanakan penyuluhan UMKM. Penyuluhan secara khusus dihadirkan untuk memperingati Milad UAD ke-52 yang dilaksanakan di Galur, Brosot, Kulonprogo. Hadir sebagai pemateri. Ir. Arif Martono, M.Si (Dinas Perindustrian Kabupaten Kulon Progo) dan Beni Suhendra (Wakil Dekan Fakultas Ekonomi UAD).

Selain penyuluhan yang dilaksankana di Galur. Penyuluhan juga diadakan di Ruang Sidang Kampus I UAD pada hari Sabtu, 24 November 2012, tema yang diangkat adalah “Penyuluhan Hukum tentang Perwakafan dan Permasalahannya”. Dadir sebagai pemateri adalah Hj. Wihandriati, S.H., C.N. (Dosen Fakultas Hukum UAD) dan Henny Astiyanto, S.H., (Dosen Fakultas Hukum dan direktur PKBH FH UAD).

“Mereka berharap penyuluhan semacam ini dapat terus dilaksanakan. Semoga apa yang telah kami usahakan ini memberikan manfaat bagi mayarakat, khususnya bagi warga Galur, Brosot, Kulonprogo ” ungkap Beni yang menjadi Sekertaris 1 Milad UAD ke-52 . (FM)

Read more

Mempererat Tali Silaturahmi Dengan Tenis Meja

Begitulah salah satu agenda Milad UAD ke-52 yang diselenggarakan di hall kampus 3 pada hari Minggu, 18 November 2012 kemarin.

“Tujuan lomba tenis meja untuk mempererat rasa kekeluargaan civitas akademika. Dengan berolahraga menjadi sarana saling mengenal satu sama lain. Keseharian kita telah disibukkan bermacam aktivitas. Nah, ini peristiwa yang tepat untuk menjalin silaturahmi,” papar penanggungjawab kompetisi tenis meja Sunaryono, karyawan kerumahtanggaan kampus III UAD.

“Alhamdulillah, kali ini peminatnya tinggi. Saya sudah bekerja di UAD sejak 1990, sejak masih IKIP Muhammadiyah. Seingat saya lomba tenis meja sudah berjalan 10 tahunan. Saat pertama kali lomba tenis meja digelar, saya selalu ikut. Alhamdulillah, pernah menjuarai beberapa kali. Salah satunya, tahun kemarin saya berhasil meraih juara 2 beregu.” ucap Sukiyo, driver kelahiran Kutoarjo, 18 November 1961.

“Ini adalah ajang yang tepat bagi karyawan dan dosen untuk bertemu. Pesertanya ada dari semua kampus UAD. Dan dari berbagai unit kerja” katanya lagi.

Secara khusus pada Milad UAD ke-52 ini mengungkapkan: ” Saya berharap, UAD semakin jaya. Semakin bisa menjadi wadah menumbuhkan kader-kader bangsa yang handal” tambah Sukiyo. (HIS)

Read more

Beasiswa Belajar ke Amerika untuk Mahasiswa

Study of the U.S. Institutes (SUSI) bagi Mahasiswa adalah program akademik intensif yang bertujuan memberikan kesempatan kepada para aktivis (pimpinan) mahasiswa memperoleh pemahaman lebih dalam tentang Amerika Serikat. Program akademik ini diselenggarakan oleh Biro Pendidikan dan Kebudayaan Amerika Serikat bagi mahasiswa non-USA. Program dilaksanakan dalam waktu lima sampai enam minggu di salah satu perguruan tinggi di seluruh Amerika Serikat.Mahasiswa yang memenuhi syarat dapat berpartisipasi dalam salah satu dari bidang berikut:

• Civic Engagement

• Comparative Public Policy

• Global Environmental Issues

• New Media in Journalism

• Public Policy and Government Leadership

• Religious Pluralism in the United States

• Social Entrepreneurship

• U.S. History and Government

• Women’s Leadership

Berikut ini beberapa informasi untuk program tahun 2013:

2013 STUDY OF THE U.S. INSTITUTE (SUSI)

FOR STUDENT LEADERS ON GLOBAL ENVIRONMENTAL ISSUES

Nominations Due: Friday, December 21, 2012

Program Description

Study of the U.S. Institutes (SUSI) for Student Leaders are intensive academic programs whose purpose is to provide groups of undergraduate student leaders with a deeper understanding of the United States, while simultaneously enhancing their leadership skills. The Institutes will consist of a balanced series of seminar discussions, readings, group presentations, and lectures. The coursework and classroom activities will be complemented by educational travel, site visits, leadership activities, and volunteer opportunities. The Institutes will include an academic residency component of approximately four weeks and a domestic study tour of approximately one week.

During the academic residency, participants will also have the opportunity to engage in educational and cultural activities outside of the classroom. The four week academic residency will explore the role that environmental policy has played in the economic and political development of the United States. The Institute will use experiential learning techniques to expose participants to current themes in the field, including natural resource management, sustainable development/sustainable agricultural practices, food security, ecotourism, energy generation (new and traditional forms), and water management and treatment. The issues will be explored from numerous angles: local grassroots activism and civic initiatives, market-oriented approaches, and federal government policies and regulation.

Finally, the Institute will explore environmental issues in the context of a globalized society, and draw comparisons between the United States and the participants’ home countries. Students will also have the opportunity to leave the classroom to meet with community leaders, and representatives of non-profit organizations. The academic residency will be complemented by an educational tour that will take participants to another area of the U.S. where they will meet with local, state, private, and nonprofit organizations working in the field. The Institute will then conclude with a 3 day program in Washington, D.C.

Specific Required Qualifications

Participants are expected to fully participate in all aspects of the program. They should attend all lectures and organized academic and cultural activities, and complete assigned readings. Candidates should be made aware that the Institute is very intensive and that there will be little time for personal pursuits unrelated to the program.

Other Required Qualifications:

• Be proficient in English.

• Have a strong interest in the environment proven by activities.

• Be between 18 and 25 years of age.

• Have at least one semester left of their undergraduate studies, and therefore be committed to return to their home universities following completion of the program.

• Demonstrate strong leadership qualities and potential in their university and community activities.

• Indicate a serious interest in learning about the United States.

• Have a sustained high level of academic achievement, as indicated by grades, awards

Questions? E-mail: SUSIApplicationform@state.gov

2013 STUDY OF THE U.S. INSTITUTE (SUSI)

FOR STUDENT LEADERS ON NEW MEDIA IN JOURNALISM

Please submit completed application form, including 2 (two) recommendation letters and evidence of English proficiency that should be attached to the application form electronically to SUSIApplicationForm@state.gov by Friday, December 21, 2012.

Program Description

Study of the U.S. Institutes (SUSI) for Student Leaders are intensive academic programs whose purpose is to provide groups of undergraduate student leaders with a deeper understanding of the United States, while simultaneously enhancing their leadership skills. The Institutes will consist of a balanced series of seminar discussions, readings, group presentations, and lectures. The coursework and classroom activities will be complemented by educational travel, site visits, leadership activities, and volunteer opportunities. The Institutes will include an academic residency component of approximately four weeks and a domestic study tour of approximately one week.

During the academic residency, participants will also have the opportunity to engage in educational and cultural activities outside of the classroom. The Institute on New Media in Journalism will be hosted by Ball State University in Muncie, Indiana. The Institute will expose participants to ways of gathering and disseminating news and information across multiple platforms with an emphasis on interactive delivery systems. Participants will study freedom of the press and freedom of speech as defined by the First Amendment to the U.S. Constitution, media law and ethics, and the role of journalism in a democratic society. Participants will develop their leadership skills, learn to think analytically as journalists, and embrace continuous learning in a diverse and fast-changing society.

The four week academic residency will be organized into four main components: new media journalism; leadership; U.S. history, government, and foreign policy; and American life and culture. The workshops will be held in classrooms and computer labs on the Ball State campus. On-site media visits are planned at the New York Times, the Indianapolis Star, Voice of America, Indiana Public Radio, National Public Radio, and WRTV-TV. The academic residency will be complemented by an educational tour that will most likely include visits to Indianapolis, Gettysburg, New York, and Washington, D.C.

Specific Required Qualifications:

Participants are expected to fully participate in all aspects of the program. They should attend all lectures and organized academic and cultural activities, and complete assigned readings. Candidates should be made aware that the Institute is very intensive and that there will be little time forpersonal pursuits unrelated to the program.

Other Required Qualifications:

• Be proficient in English.

• Be interested in the topic of New Media in Journalism proven by activities.

• Be between 18 and 25 years of age.

• Have at least one semester left of their undergraduate studies, and therefore be committed to return to their home universities following completion of the program.

• Demonstrate strong leadership qualities and potential in their university and community activities.

• Indicate a serious interest in learning about the United States.

• Have a sustained high level of academic achievement, as indicated by grades, awards, and teacher recommendations.

• Demonstrate commitment to community and extracurricular university activities.

• Have little or no prior study or travel experience in the United States or elsewhere outside of their home country.

• Be mature, responsible, independent, confident, open-minded, tolerant, thoughtful, and inquisitive.

• Be willing and able to fully participate in an intensive academic program, community service, and educational travel.

• Be comfortable with campus life, prepared to share living accommodations, and able to make adjustments to cultural and social practices different from those of their home country.

Program Requirements and Restrictions:

Participants are expected to participate fully in the academic program. They should attend all lectures and organized activities, and complete assigned readings. There will be little time for personal pursuits unrelated to the program. Candidates will NOT be allowed to arrive in the U.S. prior to the start date of the Institute or remain in the U.S. after its end date. Participants will NOT be allowed to leave the Institute to visit relatives or friends while in the U.S. If a relative or friend wishes to visit them, it will be addressed on a case by case basis, in consultation with U.S. State Department and the program director. Violations of program rules, host institution rules, or local, state or federal laws can be grounds for immediate dismissal from the program.

Keterangan lebih lanjut mengenai program SUSI, silakan menghubungi konsulat Amerika untuk menanyakan program yang akan dibuka sekaligus meminta aplikasi pendaftaran program yang ingin diikuti.

Medan, Surabaya, Jakarta.

Read more

Indonesia Darurat Narkoba

Ahmad Ahid Mudayana,SKM.,MPH

Peredaran narkoba di Indonesia saat ini begitu menghawatirkan, hal ini terlihat dari banyaknya kurir ataupun bandar narkoba yang ditangkap oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) dan aparat penegak hukum lainnya. Tidak hanya menjadi sarang peredaran saja, bahkan saat ini Indonesia sudah menjadi salah satu negara produsen narkoba terbesar dengan banyak ditemukannya pabrik-pabrik pembuatan obat-obatan terlarang tersebut dalam skala besar. Menurut data BNN, pengguna narkoba di Indonesia saat ini mencapai 2,2 persen atau 3,8 juta dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sungguh ironis apabila kita melihat angka tersebut karena seolah-olah negara kita menjadi surga bagi para bandar narkoba. Tidak hanya kalangan remaja yang menjadi korban, tetapi juga kalangan artis, pilot, anggota DPR, pejabat pemerintah bahkan terakhir kejaksaan yang membuat kita semakin miris melihatnya.

Semakin meningkatnya kasus kejahatan narkoba seharusnya menjadi perhatian yang lebih dari pemerintah. Hal ini dikarenakan dampak negatif yang diakibatkan oleh kejahatan yang termasuk dalam kategori extra ordinary crime ini sangat berbahay dan mengancam masa depan bangsa. Narkoba dapat merusak masa depan pemuda bangsa karena mengkonsumsi narkoba dapat berakibat fatal bagi kesehatan kita. Seperti adanya penyakit HIV/AIDS, gangguan pada otak, gangguan sistem syaraf, gangguan jantung, gangguan paru-paru dan pencernaan. Di sisi lain mengkonsumsi narkoba dapat berdampak sosial dan ekonomi bagi penggunanya. Kerugian-kerugian tersebut seharusnya menjadikan pertimbangan bagi pemerintah untuk lebih serius dalam memberantas kejahatan narkoba.

Kebijakan pemerintah baru-baru ini yang memberikan grasi kepada terpidana mati kasus narkoba menjadi hukuman seumur hidup patut disesalkan. Alasan kemanusiaan dan melanggar hak asasi manusia tidak bisa dibenarkan, karena lebih tidak manusiawi apabila kita membiarkan generasi bangsa kita menjadi pesakitan karena mengkonsumsi narkoba. Tidak hanya itu, tidak jarang mereka harus meregang nyawa sia-sia karena overdosis sehingga alasan karena melanggar hak untuk hiduppun tidak bisa dibenarkan. Secara konstitusi juga sudah jelas bahwa negara kita memperbolehkan hukuman mati apalagi terjadi pada kasus extra ordinary crime. Kebijakan presiden memberi grasi pada terpidana bandar narkoba jaringan internasional tersebut sangat disayangkan, karena menjadikan semangat memberantas kejahatan narkoba menjadi hilang.

Ketidak pastian hukum yang ada di negara kita akan menjadikan peredaran narkoba semakin merajalela di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih ada celah hukum untuk lolos dari sanksi pidana yang telah ditetapkan. Ketika seorang pencuri singkong dihukum berat dan pencuri ayam sampai meregang nyawa karena dihakimi massa, tetapi disisi lain seorang bandar narkoba yang merugikan bangsa dan merenggut banyak nyawa justru mendapat keringanan hukuman. Tidak seimbang memang ketika kita melihat kasus diatas. Kelalaian pemerintah dalam memberikan grasi kepada bandar narkoba harus menjadi pelajaran agar kejadian serupa tidak terulang kembali sehingga semangat memberantas kejahatan narkoba terus berkobar untuk menyelamatkan masa depan bangsa.

Perlu sinergisitas antar lembaga penegak hukum dan pemerintah, sehingga tidak lagi melakukan blunder dalam setiap kebijakannya. Ke depan pemerintah dalam memberikan keringanan hukuman kepada terpidana narkoba juga harus mendapat rekomendasi dari BNN tidak hanya MA (Mahkamah Agung), karena lembaga itulah yang lebih memahami setiap kasus narkoba dibanding lembaga yang lain. Adanya sinergisitas dan koordinasi antar lembaga dapat memperkuat pemerintah dalam upaya memberantas kejahatan narkoba. Prestasi yang selama ini diraih BNN dan Menkumham dalam membongkar kasus-kasus besar peredaran narkoba tidak boleh lagi dinodai oleh kebijakan pemberian keringanan hukuman bagi para kurir ataupun bandar narkoba.

Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Read more

Mengembangkan Laboratorium Virtual di Perguruan Tinggi

Seminar_pak_muchals.jpg

Sabtu (8/12/12) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta menyelenggarakan sosialisasi pengembangan Laboratorium Virtual di Perguruan Tinggi. Kegiatan yang diselenggarakan di Kampus 3 UAD Jl. Soepomo Warungboto, Umbulharjo, Yogyakarta ini dihadiri oleh kalangan dosen perguruan tinggi se DIY dan mahasiswa. Adapun bertindak sebagai pemateri adalah Wakil Rektor I UAD Drs. Muchlas, M.T.

Dosen Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri ini menjelaskan bahwa pengembangan laboratorium virtual merupakan faktor yang sangat penting pada masa yang akan datang. Hal tersebut dikarenakan berdasarkan realitas bahwa pengembangan laboratorium secara konvensional membutuhkan biaya yang semakin mahal untuk pengadaan alat dan ruangan.

Sebelum sosialisasi pengembangan laboratirum virtual terlebih dahulu dilakukan uji coba oleh para pakar yang melibatkan empat bidang keahlihan, yaitu teknik digital, ahli pembelajaran e-learning, ahli rancang desain instruksional, dan ahli multimedia Indonesia. “Jadi laboratorium virtual ini siap diaplikasikan sebagai jawaban atas mahalnya alat labolatorium dan keterbatasan ruang kuliah,” tegasnya.

Lebih jauh Muchlas menambahkan bahwa pengembangan laboratorium virtual secara khusus bermanfaat untuk perguruan tinggi swasta. ” Bagi perguruan tinggi negeri besarnya biaya pengadaan laboratorium tak bermasalah karena biayanya berasal dari pemerintah. Tapi bagi perguruan tinggi swasta besarnya biaya pengembangan laboratorium akan banyak menemuai kendala, karena kemampuan anggaran kampus tak sebanyak di perguruan tinggi negeri. Dengan begitu laboartium virtual bagi perguruan tinggi swasta berguna untuk efesiensi anggaran, namun tetap mempertahan kualitas terbaik proses akademik, ” kata pria kelahiran Kebumen yang sedang menyelesaikan studi doktor dengan mengangkat disertasi berkaitan juga dengan laboratorium virtual.(Sbwh)

Read more

Vintage Costume Festival di UAD

Dalam rangka Milad k2-52. Universitas Ahmad Dahlan (UAD) melalui Kantor Urusan Internasional (KUI) adakan festival Fashion Show dengan tema “Vintage Costume Festival”. yang ingin ikut silahkan lihat persyaratan di bawah ini.

fashion_show_KUI

Read more

Milad UAD Adakan Penyuluhan Hukum Tentang Wakaf

Dalam rangka Milad ke-52, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menyelenggarakan penyuluhan dengan mengangkat tema "Penyuluhan Hukum tentang Perwakafan dan Permasalahannya"

Penyuluhan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 24 November 2012, di Ruang Sidang Kampus I UAD. hadir sebagai pemateri adalah Hj. Wihandriati, S.H., C.N. (Dosen Fakultas Hukum UAD) dan Henny Astiyanto, S.H., (Dosen Fakultas Hukum dan direktur PKBH FH UAD).

"Wakaf kini mulai dipahami secara umum bukan hanya berwujud masjid, namun dapat juga berwujud yang lain. Hal ini ditujukan dalam rangka mensejahterakan umat" kata Henny Astiyanto pada penyuluhan yang dihadiri oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Selain itu Hj. Wihandriati, SH., C.N menambahkan bahwa ada hal yang harus disadari oleh pengelola wakaf, yaitu seharusnya wakaf memiliki kegunaan bisa membantu mengentaskan kemiskinan, membuka lapangan pekerjaan, mensejahterakan umat, dan meningkatkan kualitas pendidikan umat "Dan kunci sukses pemberdayaan wakaf terletak pada pengelolaan profesional, amanah, dan perubahan image wakaf dari yang tradisional ke modern. Dengan begitu wakaf tidak hanya berupa tanah untuk bangunan masjid, tetapi juga mampu mewujudkan pengelolaan benda tidak bergerak lainnya" tambah Wihandriati.(FM)