Dr. Rosemini A.P., M.Psi : Menjadi Pendidik Anak yang Baik

 

Anak merupakan anugerah terindah dari Tuhan Yang Maha Esa. Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak sebagaimana tercantum di UUD 1945 Pasal 31 ayat 1. Dalam hal ini, orangtua dan guru memegang peranan penting dalam proses pendidikan karena merekalah orang-orang terdekat (significant others) dengan keseharian anak, baik di rumah maupun di sekolah.

Untuk menjadi pendidik yang baik, orangtua maupun guru hendaknya melakukan beberapa hal. Seperti yang dikatakan Dr. Rosemini A.P., M.Psi. dalam acara seminar nasional Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Ahmad Dahlan (PG-PAUD UAD), Sabtu (06/09)  lalu. Acara yang berlangsung di auditorium kampus I UAD ini mengangkat tema “Membangun Karakter Anak Melalui Rekonstruksi Lingkungan Rumah dan Sekolah Bebas Budaya Kekerasan”. Dalam acara tersebut, setidaknya ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam mendidik anak.

  1. Memahami Karakteristik Perkembangan Anak

Setiap anak memiliki karakteristik masing-masing sesuai dengan tahapan perkembangannya. Dengan memahami karakteristik tersebut, orangtua/guru diharapkan mampu melakukan pendekatan yang sesuai dalam proses pendidikan anak. Misalnya mendidik dengan metode bermain, bercerita dan analogi untuk anak usia dini, melakukan diskusi, membuat kesepakatan, serta memperlakukan sebagai rekan kepada anak usia remaja.

  1. Mengasah Moral Orangtua/Guru

Dengan moral yang terasah, diharapkan orangtua/maupun guru mampu mendidik anak dengan cara yang baik, sekaligus menjadi contoh yang baik pula bagi anak.

  1. Meningkatkan Pemahaman Orangtua/Guru Terkait dengan Pengasuhan dan Pengajaran

Pola asuh terbagi atas empat macam, yaitu authoritarian (otoriter), authoritative (demokrasi), uninvolved (tidak terlibat), dan indulgent (permisif). Orangtua/guru hendaknya menerapkan berbagai pola asuh secara bergantian menyesuaikan situasi dan kondisi yang sedang dihadapi. Lihat Juga tips Mendidik anak.

Family Gathering Milad UAD Ke 54

PELAKSANAAN :

HARI,TANGGAL       : MINGGU, 19 OKTOBER 2014

TEMPAT                    : NOL KILOMETER JL MALIOBORO YOGYAKARTA (CAR FREEDAY)

WAKTU                     : 06.00 – 10.00 WIB

PESERTA                   : SELURUH KARYWAN UAD BESERTA KELUARGA SERTA MASYARAKAT

 

RANGKAIAN ACARA :

  1. SENAM BERSAMA KELUARGA BESAR UAD BERSAMA MASYARAKAT DIY
  2. PEMBUKAAN ACARA FG OLEH REKTOR DAN WALIKOTA SERTA PELEPASAN BALON BERHADIAH
  3. MINUM JAMU GENDONG BERSAMA
  4. PIJAT REFLEKSI GRATIS OLEH ITMI (IKATAN TUNA NETRA MUSLIM) YOGYAKARTA
  5. HIBURAN DAN PEMBAGIAN DOORPRIZE
  6. LOMBA-LOMBA :

    1. LOMBA ANAK-ANAK (<12 TH)
  1. LOMBA MEWARNAI
  2. LOMBA HAFALAN SURAT-SURAT ALQUR’AN
  3. LOMBA BERCERITA DENGAN TEMA ISLAM

    1. LOMBA ANAK-ANAK (> 12 TH)

      1. LOMBA BAKAT/KETERAMPILAN

Tips-tips Menjadi Pendidik Anak yang Menyenangkan

Tips-tips dalam mendidik anak :

  1. Dibutukan kesabaran serta ketekunan dalam proses mendidik anak.
  2. Jadilah contoh yang baik bagi anak.
  3. Setiap anak berbeda untuk itu, jangan memberlakukan standar orangtua/guru pada anak atau membandingkan anak satu dengan yang lainnya.
  4. Tidak hanya mengukur keberhasilan anak dari nilai akademisnya saja tekankan pada penguasaan bukan hasil.
  5. Ibu dan ayah harus kompak dan konsisten dalam proses mendidik.
  6. Meggunakan konsekuensi bukan punishment
  7. Bangunlah self-esteem, sehingga anak mampu mengontrol ciri dan juga dapat bebas berkreasi.
  8. Jangan mencela, melabel, menggeneralisasi dan menganggap anak sebagi obyek.
  9. Bangun komunikasi, kedekatan serta kehangatan didalam keluarga/kelas sehingga anak merasa nyaman.

Disampaikan oleh Dr. Rosemini A.P., M.Psi pada acara seminar Nasional PGPAUD UAD dengan tema “Membangun Karakter anak melalui rekonstruksi lingkungan rumah dan sekolah bebas budaya kekerasan”. Sabtu (06/09/2014). Bertempat di Auditorium Kampus I UAD. Jalan Kapas 09 Semaki Yogyakarta. (CH)

Pemanfaatan Limbah agar Ekonomi Meningkat

Salah satu program IPTEK bagi Masyarakat (IbM) dari Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang lolos didanai Dirjen Dikti Kemendikbud adalah memanfaatkan limbah pertanian untuk meningkatkan perekonomian petani. Program yang dilaksanakan di Kelurahan Bimomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman ini difokuskan untuk membuat produk briket bioarang, media tanam, dan pupuk organik.

Fatwa Tentama, S.Psi., M.Si. selaku Dosen Program Studi Psikologi UAD juga bertindak sebagai ketua tim program tersebut menjelaskan. Mereka (TIM IbM) mengelola limbah pertanian sehingga menjadi produk yang bermanfaat dan memiliki nilai jual sehingga dapat menguatkan perekonomian. Di samping itu, petani dapat hemat dalam menggunakan bahan bakar fosil ketika memasak sehari-hari, penyediaan media tanam, persemaian padi, dan penyediaan pupuk organik.

Sebelumnya, IbM telah melakukan sosialisasi dan rancangan program untuk pemanfaatan limbah sekam padi. Apresiasi warga ditunjukkan dengan semangat dalam mengikuti program tersebut. Selama ini, limbah sekam padi banyak ditemui menumpuk di pinggir-pinggir persawahan dan di sungai-sungai. Selain itu, banyak yang dibuang langsung di penggilingan atau dibakar di pinggir sawah. Padahal hasil dari pembakaran tersebut, yaitu karbon, dapat membahayakan lingkungan dan manusia.

“Tim kami berupaya mengembangkan IPTEK bagi masyarakat dengan proses yang sederhana, tanpa membutuhkan alat yang canggih. Adanya bahan baku limbah yang melimpah, para petani dapat membuat sendiri briket bioarang, media tanam, dan pupuk organik dari sekam padi. Sehingga sekam padi yang selama ini kurang bermanfaat dapat menjadi produk yang bermanfaat dan memiliki nilai jual yang dapat menguatkan perekonomian mereka, ” tutur Fatwa.

Selain manfaat tersebut, tim berharap akan ada luaran lainnya, yaitu berupa produk atau alat cetak briket bioarang, buku panduan IbM mengenai pemanfaatan arang sekam untuk media tanam dan briket bioarang, serta jurnal nasional terakreditasi atau jurnal internasional.

“Program ini sangat bermanfaat bagi kami semua, kami tidak mengira bahwa limbah sekam yang selama ini kami buang begitu saja ternyata memiliki manfaat yang sangat banyak,” kata Suroto selaku koordinator kelompok tani.

Sampai saat ini, tim masih melakukan pendampingan kepada petani yang menjadi sasaran program. Mereka mendatangi setiap rumah untuk melihat aplikasi dari IPTEK yang sudah diberikan dan melakukan pengukuran mengenai efektivitas program-program tersebut.(Doc)

Melihat Kunjungan Pascasarjana UAD di Tiga Universitas Filipina

 

Kunjungan ke Ateneo de Manila University

Pada 4 September 2014, rombongan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) berkunjung ke Ateneo de Manila University untuk melaksanakan beberapa kegiatan. Di antaranya adalah studi banding, library study, dan campus tour; belajar mengaplikasikan peminjaman dan pengembalian buku dengan electronic system; melihat langsung fasilitas kuliah; melihat langsung sistem kerja pelayanan dari staf universitas; meeting dengan Associate Chair, Dean of Humanities, Dean of English Language Education, and Department Head of English Language Education Program, dan bertemu beberapa profesor.  

Pertemuan tersebut membicarakan adanya kegiatan kolaborasi yang telah dilakukan UAD, yakni  mengantar mahasiswa yang akan kuliah dua tahun di UNC (untuk memperoleh double degree). Selain itu, lima mahasiswa melaksanakan penelitian, menyelesaikan tugas akhir tesis, dan ujian akhir master degree di USANT pada Januari 2015. Sebelumnya, UAD telah melaksanakan kegiatan Visiting Lecturer, Visiting Professor, Join Publication, Students’ Exchange Program, Education Expo, Scholarship, Social Exchange Program, seperti dengan UUM, UPM, USM, Tiongkok, Thailand, Cambodia, Australia, dan USA.

Untuk kerja sama selanjutnya, Ateneo de Manila University menawarkan beberapa kegiatan. Antara lain Program Kursus Bahasa Inggris ekstensif selama delapan minggu−pada waktu tenggang atau liburan di UAD, secara berkelompok antara 8−15 peserta. Selain meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris, tujuan program ini adalah mendapat skor TOEFL/IELT tinggi sehingga dapat dipakai sebagai syarat melanjutkan studi Ph.D. dan meraih scholarship studi di luar negeri. AdeMU juga mengundang mahasiswa UAD untuk berlomba mendapatkan scholarship dari NIPPON Foundation untuk studi lanjut Ph.D. Semua persyaratan memperoleh scholarship dapat diunduh melalui internet.

 

Kunjungan ke University of Saint Anthony

Penyerahan lima mahasiswa pascasrajana Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Ahmad Dahlan (PBI-S2 UAD) kepada Presiden USANT didampingi tiga Dekan USANT dilakukan pada 5 September 2014. Mahasiswa tersebut langsung diberi kesempatan bertemu adviser-nya dan sepenuhnya mendapat bimbingan para professor di USANT. Kelima mahasiswa harus dapat melampaui empat tahap defences, yaitu Title Defence, Proposal Defence, Preliminary Defence, dan Last Oral Defence.

Para mahasiswa akan menghadapi Oral Defence atau Preliminary Defence yang akan didampingi Rektor dan Kaprodi PBI S2 yang berperan sebagai anggota panel dari UAD. Agenda yang dijadwalkan adalah Preliminary Oral Defence pada 15−30 Desember 2014 dengan berkesempatan memberi pertanyaan, masukan, saran, dan usul. Kemudian, 16 Januari 2015 merupakan Final Oral Defence yang diharapkan tidak perlu ada direvisi mengenai judul masing-masing mahasiswa, pembimbing, dan yang bertanggung jawab.

Mahasiswa UAD mendapat kesempatan bersaing dengan mahasiswa Filipina untuk berprestasi dan studi lanjut ke jenjang Ph.D. tanpa tes. Selain itu, akan diusahakan adanya scholarship. Harapannya, semoga lima mahasiswa PBI-S2 dapat berprestasi maksimal dan menyambut baik kesempatan tersebut.

 

Kunjungan ke UNC di Naga City

Rombongan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) didampingi dua profesor dari USANT menuju UNC di Naga City. Acara diawali dengan upacara penyerahan dua mahasiswa Program Studi (Prodi) Fisika yang mengikuti double degree selama dua tahun.

“Mereka mengusulkan judul dan beberapa objektif. Adanya tindak lanjut sangat diharapkan dari Fakultas Ekonomi UAD,” ungkap Dr. Hj. R.A. Noer Doddy Irmawati, M.Hum.

Bersama Dr. Dwi, Dr. Noer melakukan presentasi dan meeting dengan Dean of Graduate School UNC. Mereka sepakat akan mengadakan kerja sama di masa mendatang. Atas permintaan UNC, diharapkan UAD mempersiapkan Dr. Kasiyarno, M.Hum. untuk dapat memberikan stadium general dengan tema “culture”, dan Dr. Noer dengan tema “literature” pada kunjungan selanjutnya, yakni sekitar Desember 2014 atau Januari 2015. (doc)

Tujuh Mahasiswa UAD Riset dan Kuliah Double Degree di Tiga Universitas Filipina

 

Program pascasarjana melalui Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (Prodi PBI-S2) ELT telah menindaklanjuti MoU yang telah disepakati antara Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dengan universitas di Filipina. Kegiatan yang dilakukan oleh universitas dari dua negara yang berbeda ini antara lain kolaborasi, mengirim mahasiswa mengikuti seminar, workshop, konferensi, pertukaran publikasi, dan perkuliahan.

Pada 3−12 September 2014, UAD mengirimkan dua dosen ke Filipina, yaitu Dr. Ir. H. Dwi Sulisworo, M.T. (Wakil Direktur Pascasarjana) dan Dr. Hj. R.A. Noer Doddy Irmawati, M.Hum. (Kaprodi PBI-S2 ELT). Mereka mengadakan tindak lanjut hubungan kolaborasi dan pembicaraan mengenai beberapa kegiatan kerja sama di tingkat universitas, fakultas, dan prodi antara UAD dengan Ateneo de Manila University, Manila–School of Humanities; University of Saint Anthony (USANT), City of Iriga–School of Graduate Studies and Research; dan University of Nueva Caceres (UNC), Naga City–Graduate Programme.

Kedua utusan UAD tersebut juga bertugas mengantar dan menyerahkan 7 mahasiswa yang terdiri atas 2 mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika S1 untuk mengikuti kuliah double degree di  University of Nueva Caceres, Naga City, dan 5 mahasiswa PBI-S2 untuk melaksanakan riset, menulis, dan menyelesaikan tesis di  University of Saint Anthony, Iriga City, Filipina.(Doc)

Academic Peer Review sebagai Pengelola Program Studi

 

            Pendidikan tinggi sebagai institusi yang menghasilkan sumber daya manusia pembangunan sangat ditentukan oleh kualitas program studi (prodi). Prodi merupakan penentu hidup atau matinya perguruan tinggi. Sementara itu, suasana akademik menjadi komponen penentu kinerja prodi dalam menghasilkan lulusan maupun produk-produk ilmiah lainnya.

            Suasana akademik bukanlah komponen fisik yang mudah diukur. Oleh karena itu, komponen evaluasi diri harus selalu diperbaiki dan ditingkatkan secara sistematis serta berkelanjutan.         Kualitas suasana akademik dalam sebuah prodi sangat dipengaruhi oleh manajemen pengelolaannya. Pengelolaan yang kolektif kolegial dengan melibatkan beberapa pihak dalam pengambilan kebijakan mempunyai nilai lebih dalam meminimalkan terjadinya konflik. Evaluasi terhadap suasana akademik dengan melibatkan peer review merupakan strategi yang baik. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas suasana akademik.

            Academic Peer Review (APR) memberikan data yang valid dalam pengambilan kebijakan dan keputusan terhadap suatu permasalahan. Hasil kajian APR harus merupakan rekomendasi dalam pemecahan suatu permasalahan.

APR sebagai salah satu upaya atau sistem mutu mempunyai beberapa keunggulan, salah satunya dalam pemilihan tema. Tema program ditetapkan atas dasar evaluasi sasaran mutu dengan mengakomodasi masukan dari semua civitas akademika yang terdiri atas dosen, karyawan, maupun mahasiswa. Selain itu, program ini melibatkan tidak hanya pengelola, tetapi unsur dosen dalam semua bidang ilmu dan dapat diperluas atas dasar kepakaran dan penguasaan. Maka, pembahasan dan kesimpulan yang diambil  diharapkan dapat mewakili semua komponen dan merupakan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.

Program APR yang telah diterapkan secara baik ini telah mengantarkan Prodi Farmasi menjadi prodi unggul di lingkungan internal Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dan diakui di kalangan eksternal. Prestasi Prodi Farmasi di UAD antara lain sebagai prodi berprestasi (2011−2013), mendapatkan akreditasi A, dan prestasi-prestasi lain dalam bidang kemahasiswaan di tingkat nasional. Di antaranya, finalis PIMNAS 2014 dan juara mahasiswa berprestasi di tingkat Kopertis wilayah V 2014.

Dosen-dosen Farmasi juga diakui prestasinya. Pada 2014, Dr. Dyah Aryani Perwitasari terpilih menjadi dosen berprestasi peringkat  satu di tingkat Kopertis wilayah V dan selanjutnya mengikuti seleksi  pada tingkat nasional.  Tak ketinggalan, karya inovasi tentang APR dalam upaya peningkatan suasana akademik di Prodi Farmasi ini pun telah mengantarkan Dr. Nurkhasanah, M.Si. Apt. sebagai kaprodi berprestasi peringkat satu di Kopertis wilayah V (2014) dan selanjutnya mengikuti kompetisi pada tingkat nasional. (Doc)

Kultur Perubahan Sekolah

Oleh: Hendro Widodo, M. Pd

Kebijakan yang amat penting dalam perbaikan mutu pendidikan adalah mengembangkan kultur sekolah. Perbaikan dan peningkatan mutu sekolah memerlukan perubahan kultur, baik perubahan pada perilaku maupun perubahan cara pandang (mind setting) warga sekolah. Perubahan cara pandang akan mempengaruhi perubahan tentang berbagai nilai-nilai di sekolah yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi terhadap perubahan perilaku warga sekolah.

Komponen warga sekolah (kepala sekolah, guru, karyawan sekolah, siswa maupun orang tua siswa) dipandang sebagai komponen perubahan yang paling sulit karena seringkali perubahan yang paling mendasar berkaitan dengan cara pandang dalam melihat perubahan kultur yang diinginkan. Perbedaan cara pandang ini dan kesalahpahaman dalam memahami maksud dari perubahan terkadang menyebabkan keengganan warga sekolah mengubah perilaku yang sudah mapan sehingga yang muncul adalah penolakan terhadap perubahan itu sendiri. Oleh karena itu diperlukan kesadaran, kemauan dan komitmen bersama dari warga sekolah dalam melakukan perubahan.

Ada dua hal penting yang diperlukan warga sekolah khususnya guru dan karyawan dalam perubahan kultur sekolah untuk menghasilkan mutu (Edward Sallis, 2010). Pertama, guru dan karyawan membutuhkan sebuah lingkungan yang cocok untuk bekerja. Mereka membutuhkan alat-alat keterampilan dan harus bekerja dengan sistem dan prosedur yang sederhana untuk membantu pekerjaan mereka. Lingkungan yang mengelilingi memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kemampuan mereka dalam mengerjakan pekerjaannya secara tepat dan efektif. Di antara ciri-ciri lingkungan yang membantu tersebut adalah sistem dan prosedur dalam sekolah memotivasi dan meningkatkan kerja mereka.

Prosedur yang baik dan memotivatif memang tidak serta merta akan menghasilkan mutu, namun prosedur yang tidak baik dan salah-asuh justru akan membuat mutu sekolah menjadi sulit dicapai. Kedua, untuk melakukan pekerjaan dengan baik, guru dan karyawan memerlukan lingkungan yang mendukung dan menghargai kesuksesan dan prestasi yang mereka raih. Mereka memerlukan pemimpin yang dapat menghargai prestasi mereka dan membimbing mereka untuk meraih sukses yang lebih besar. Motivasi untuk melakukan pekerjaan yang baik adalah hasil dari sebuah gaya kepemimpinan dan dari atmosfir lingkungan yang dapat meningkatkan kepercayaan diri serta memberdayakan setiap indvidu di dalamnya.

Lingkungan kerja yang mendukung dan pimipinan sekolah yang baik memiliki peranan yang besar dalam melakukan perubahan kultur sekolah. Kultur sekolah yang berbasis mutu tidak datang dengan sendiri melainkan harus diciptakan. Pengembangan kultur sekolah yang dapat meningkatkat mutu sekolah dirancang melalui program sekolah. Program tersebut dibangun oleh kepala sekolah, guru, karyawan, siswa dan orang tua siswa. Artinya, kultur sekolah memiliki karakteristik berupa kolegalitas dan bersifat bottom-up bahwa seyogyanya dibangun atas kesadaran dan kehendak dari warga sekolah sehingga merupakan suatu kesepakatan bersama dan komitmen luas di sekolah, menjadi jati diri dan kepribadian sekolah.

Penulis adalah Dosen Prodi PGSD UAD Yogyakarta

Televisi dan Dampak Terhadap Karakter Anak

Oleh: Fitri Indriani

Dosen PGSD UAD Yogyakarta

 

Seiring adannya kemajuan teknologi, media televisi mengalami perkembangan yang sangat pesat dan semakin menarik untuk dinikmati,  baik dari desain media maupun konten media itu sendiri. Televisi merupakan salah satu media yang paling mudah diakses dan hampir setiap keluarga memiliki pesawat televisi, bahkan dengan perkembangan teknologi saat ini kita dapat menerima siaran televisi melalui telepon seluler (Handphone).

Sayang, secara kualitas tayangan yang ditampilkan di televisi saat ini dapat dikatakan sangat minim. Menurut tim TIFA disebabkan beberapa hal: (1) industri televisi padat teknologi yang tentunya membutuhkan peralatan yang canggi dan itu membutuhkan biaya yang sangat mahal. (2) sebagian industri program acara di televisi sengaja dibuat untuk meraih keuntungan, (3) semua tayangan televisi sengaja diciptakan dengan kreatifitas dan aturan pengelola televisi, melalui pemilihan, pengulangan, penonjolan audio visual (suara dan gambar); (4) industri televisi bisa terus berlangsung karena didukung pendapatan dari iklan. Salah satu ukuran dari perusahaan iklan untuk menempatkan iklannya di program siaran televisi adalah rating pemirsa, yaitu siaran yang paling banyak ditonton pemirsa (yang datanya didapat berdasarkan sampel survei). Maka, industri televisi bersaing agar siaran-siarannya memperoleh rating tinggi, untuk mendapatkan masukkan iklan yang banyak. Risikonya, yang menjadi prioritas adalah program siaran yang diperkirakan menarik untuk ditonton. Tujuannya untuk mendongkrak rating, bukan siaran bermutu yang bermanfaat bagi publik; (5) bisnis televisi adalah bisnis waktu. Di dalam bisnis waktu ini, faktor kecepatan diutamakan. Konsekuensinya, acara-acara yang diproduksi seperti sinetron, variety show seringkali sifatnya kejar tayang dan mengabaikan ketepatan informasi serta dampak yang ditimbulkannya.

Saat ini, betapa banyak tayangan televisi terutama sinetron maupun iklan yang tidak mendidik bagi anak-anak. Hal tersebut berdampak pada prilaku atau karakter anak. Adapun dampak yang ditimbulkan dari tayangan televisi terhadap karakter anak, antara lain; (1) meniru adegan yang ditonton seperti melakukan kekerasan, memaki, berkata kasar, menghina; (2) meniru gaya hidup mewah (hedonis); (3) konsumtif karena mudah terpengaruh “rayuan” iklan. (4) tidak empati atau tidak peka saat melihat kekerasan dan kejahatan, karena sudah terbiasa menonton kekerasan; (5) anak-anak dan remaja cenderung lebih cepat dewasa seperti mengenal seks dan perselingkuhan; (6) menghabiskan waktu untuk menonton televisi; (7) anak menjadi pasif, tidak kreatif dan kurang bersosialisasi dengan teman sebaya; (8) gangguan penglihatan akibat warna televisi; (9) tidak kritis dan kecanduan karena penasaran melihat lanjutan sinetron yang ditonton; (10) semangat belajar menurun dan menunda-nunda pekerjaan karena menunggu tayangan selesai; (11) merenggangkan hubungan keluarga karena rebutan remot TV, dan sebagainya.

Melihat banyaknya dampak yang ditimbulkan dari tayangan televisi, maka penting bagi para orang tua untuk melakukan perhatian pada anak. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua antara lain; (1) mendampingi anak saat menonton televisi. Anak terutama usia TK dan SD, pada dasarnya belum mampu menyaring informasi yang mereka peroleh baik dari penglihatan ataupun dari  pendengaran. Jika tidak ada pendampingan, dikhawatirkan informasi negatif yang didapatkan dari televisi akan dicerna tanpa ada penyaringan, baik prilaku maupun bahasa; (2) selektif memili tayangan televisi yang mendidik, hal ini dikarenakan tidak semua tayangan televisi baik untuk ditonton oleh anak-anak, baik kartun maupun sinetron ataupun yang lainnya; (3) membuat aturan menonton televisi seperti membuat jadwal, menentukan tayangan yang boleh ditonton dan yang tidak boleh ditonton, dan tentunya aturan yang dibuat harus konsisten; (4) mengalihkan perhatian anak dari menonton televisi dengan kegiatan lain yang lebih bermanfaat, seperti; mendongeng, membaca buku, bersepeda, jalan-jalan ke pameran buku, mengajak anak memasak dan lain-lain,  

Ungkapkan di atas hanyalah salah satu usaha dalam mengatasi dampak negatif televisi. Dukungan dari semua pihak juga diperlukan, baik orangtua, lembaga pendidikan, pemerintah, masyarakat dan pertelevisian itu sendiri.

MENYAMBUT KURIKULUM BARU: Tetap Optimis Salalu Kritis Jangan Apatis

Muh. Ragil Kurniawan

Berlalunya liburan iedul fitri langsung disambut dengan tahun ajaran baru 2013-2014 kegiatan belajar mengajar bagi pelajar, insan pendidikan serta para orang tua wali. Tidak sedikit siswa baru yang sudah tidak sabar memasuki tingkat pendidikan baru. Bagi pengelola sekolah periode ini menjadi titik pembuka harapan baru bagi perbaikan kualitas proses pembelajaran guna mengantarkan pada peningkatan kualitas peserta didik yang mereka miliki. Bagi orang tua, khususnya yang anaknya memasuki jenjang pendidikan baru, periode ini menjadi tonggak awal harapan orang tua guna meletakkan pondasi masa depan anak pada tempat yang tepat.

            Diajaran baru ini pula, kurikulum 2013 mulai efektif dijalankan dengan peluncuran secara resmi oleh Mendikbud, Juli 2014 di D.I Yogyakarta. Para guru dituntut untuk berakselerasi dalam menerapkan kebijakan ini. Banyak wali murid yang bingung, bertanya-tanya bahkan cemas tentang penerapan kurikulum 2013. Minimnya informasi yang diterima tentang kurikulum 2013 menjadi penyebab kekhawatiran wali murid. Memang, tidak sedikit pro-kontra atas peresmian pemberlakuan kurikulum 2013 di tahun 2014 ini. Jika berorientasi untuk mengupas kelemahan dan kekurangan, sudah pasti akan selalu ada kelemahan dan kekurangan. Tentu saja kurikulum 2013 bukan tanpa potensi, sebab itu diluncurkan.

Fenomena pro kontra memang tidak bisa dihindari. Namun, saat palu penerapan sudah di ketok, alangkah lebih bijak jika masing-masing komponen fokus pada peran masing-masing. Para pemangku kebijakan tidak boleh berhenti untuk terus melakukan sosialisasi dan evaluasi terkait beberapa poin yang menjadi kelemahan kurikulum 2013. Sosialisasi tidak hanya teruntuk para guru, tapi juga para wali murid sebagai partner guru mendidik. Sudah saatnya suksesi penerapan kurikulum menggunakan pendekatan holistik melibatkan masyarakat sekitar dan tidak hanya menjadi beban tunggal guru semata.

Resminya kurikulum 2013 diterapkan, bukan berarti pemerintah telah sukses. Ini adalah titik awal pemerintah untuk terus melakukan evaluasi dan perbaikan. Sebuah pembuktian bahwa sebuah kebijakan tepat sasaran atau hanya pemaksaan.

Wali murid harus terus mengawal setiap penerapan kurikulum baru. Tidak stagnan dan percaya begitu saja pada guru yang menjadi ujung tombak pelaku kurikulum baru. Perlu bersama membangun kualitas pembelajaran. Menjaga nilai positif yang dikandung kurikulum tersebut, serta menghindari terjadinya malpraktik pendidikan. Untuk itu, jadilah “figur guru” saat anak di rumah dan mengontrol perkembangan anak saat di luar sekolah. Dengan demikian orang tua dan guru harus memiliki visi dan persepsi yang sama tentang orientasi masa depan anak. Jika kolaborasi guru dan orang tua ini tidak berjalan dengan baik. Sebagus apapun kurikulum, lompatan perbaikan kualitas generasi bangsa sebagaimana yang diharapkan juga tidak akan terwujud.

Pihak sekolah hendaknya juga membangun komunikasi yang lebih terbuka dengan wali murid dan masyarakat. Dalam kasus penerapan kurikulum baru, lebih baik jika pihak sekolah tidak menutup informasi terkait seluk beluk penerapan kurikulum baru. Selain sebagai bentuk pendidikan bagi masyarakat, juga sebagai sarana mengefektifkan proses pencapaian tujuan yang hendak dicapai pihak sekolah itu sendiri, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. 

Guru sebagai ujung tombak perlu meningkatkan kompetensi terkait penerapan kurikulum 2013. Lebih cermat memahami esensi setiap munculnya kurikulum baru. Yang perlu dipahami, dirubah dan diperbaiki adalah pola pikir dan paradigma pengajaran yang digunakan guru, bukan sebatas administrasi pembelajarannya.

Lebih baik administrasi dinilai kurang namun paradigma dan pola pikir guru sudah beralih pada student centered dari pada administrasi lengkap dan bagus namun paradigma yang digunakan guru tetap pada feodalisme, teacher centered, guru adalah segalanya. Jika menilik historikal perjalanan kurikulum dari masa pra-kemerdekaan hingga saat ini, banyak kesamaan nilai yang diusung pada tiap periodenya. Salah satu kesamaan tersebut ada pada semangat untuk meningkatkan aktifitas anak didik dalam pembelajaran serta mengurangi dominasi guru. Jika esensi ini tertanam secara utuh, maka apapun istilah kurikulumnya, guru tidak perlu mengalami sindrome perubahan kurikulum yang berlebihan.

Kedepan, semoga perubahan kurikulum tidak lagi menjadi pro-kontra yang tak berujung. Pepatah megatakan, tidak ada yang abadi kecuali perubahan itu sendiri. Namun demikian semoga perubahan kurikulum ini betul-betul merupakan kebutuhan bukan ego penguasa. Kritik dan evauasi diharapkan menjadi sararan kontrol yang membangun bukan emosi semata.

 

Muhammad Ragil Kurniawan. Dosen PGSD Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
.