Alat Medis Belum Berstandar; 20 Triliun Rupiah Melayang

“Pabrik pembuat alat medis belum tentu baik atau standar. Karena itu, perlu dikalibrasi secara berkala agar tetap terjaga standarisasinya,” kata Apik Rusdiarna Indrapraja, S.Si. selaku Kepala Laboratorium Kalibrasi dan Uji Universitas Ahmad Dahlan (LKUUAD) saat di temui di kantornya.

Sebagaimana disampaikan dalam UU Nomor: 44 Tahun 2009 Pasal 16 Ayat 2, peralatan medis seperti yang dimaksud pada ayat (1) harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan dan/atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang.

Saat ditanya alasan memperjuangkan standarisasi alat kesehatan tensimeter, Apik menjawab, “Kami membantu upaya pemerintah dalam merealisasikan UU Nomor: 44 Tahun 2009 Pasal 16 Ayat 2.”

Menurutnya, jika alat kesehatan, khususnya tensimeter tidak standar, akan berakibat fatal terhadap pasien. Mengukur tinggi rendahnya darah bisa salah atau tidak akurat. Jika itu terjadi, dampaknya tidak baik. Oleh karena itu, tensimeter perlu dikalibrasi secara berkala.

“Saya berharap ke depan semua alat kesehatan standar, agar pengguna nyaman dan terjamin keamanannya,” harap Apik.

Di tempat berpisah, Manager Mutu LKU UAD, Margi Sasono mengatakan, pelayanan mutu kesehatan di Indonesia masih kurang baik. Salah satu penyebabnya adalah alat yang digunakan belum banyak yang distandarisasi. Menurutnya, pelayanan kalibrasi di Indonesia masih belum memadai, tidak sebanding dengan banyaknya rumah sakit yang ada. Jika dibuat rasio, 1 laboratorium kalibrasi harus melayani  90 rumah sakit. Hal ini berdampak buruk pada mutu pelayanan kesehatan di Indonesia.

Kata Margi, berdasarkan data dari mountelizabeth.com.sg, ada sekitar 30-40% pasien asing di Singapura pada waktu tertentu adalah orang Indonesia. Salah satu alasan mereka ke Singapura atau berobat di luar negeri karena mutu pelayanan dan kemajuan teknologi alat medisnya dirasa lebih lengkap dibandingkan di Indonesia.

Tahun 2012, Menteri Pariwisata RI, sebagaimana dikutip dari laporan International Medical Travel Journal mencatat, jumlah penduduk Indonesia yang berobat ke luar negeri pada diperkirakan 600 ribu orang dan menghabiskan dana sekitar 20 triliun rupiah untuk memburu perawatan medis di luar negeri.

“Tentu saja hal tersebut merugikan bangsa kita karena boleh jadi setiap tahun, belasan bahkan puluhan triliun uang orang Indonesia lari ke luar negeri. Karena itu, alat medis sebagai penunjang harus sudah standar dan ada institusi yang melakukan standarisasi. Bagi kami, itu sangat penting,” tukas Margi.

Kalibrasi Alat Kesehatan Tensimeter LKU UAD Meraih Akreditasi KAN

Berdasarkan hasil assessment Komite Akreditasi Nasional (KAN) pada 7−8 Januari 2015, Laboratorium Kalibrasi dan Uji Universitas Ahmad Dahlan (LKU-UAD) berhak atas akreditasi KAN untuk metode kalibrasi alat kesehatan tensimeter berbasis ISO/IEC: 17025: 2005 atau SNI ISO/IEC: 17025: 2008.

“Ini adalah awal yang baik bagi LKU UAD untuk mampu menjamin mutu akurasi alat tensimeter pada domain layanan kesehatan masyarakat sesuai dengan standarisasi nasional maupun internasional,” terang Manager Mutu LKU UAD, Margi Sasono.

Sebelumnya, LKU UAD sebagai unit layanan publik berbasis kompetensi akademik bidang Fisika Metrologi, meraih akreditasi KAN ISO/IEC 17025: 2005 pada 20 Februari 2014, dengan ruang lingkup kalibrasi massa dan volume dengan nomor kode laboratorium LK-174-IDN.

“Saat ini, LKU UAD juga sedang mempersiapkan akreditasi KAN untuk alat kesehatan lainnya, seperti alat isap medik (suction pump) dan timbangan badan atau bayi,” tutup Margi.

Kalibrasi Alat Kesehatan Tensimeter LKU UAD Meraih Akreditasi KAN

 

Berdasarkan hasil assessment Komite Akreditasi Nasional (KAN) pada 7−8 Januari 2015, Laboratorium Kalibrasi dan Uji Universitas Ahmad Dahlan (LKU-UAD) berhak atas akreditasi KAN untuk metode kalibrasi alat kesehatan tensimeter berbasis ISO/IEC: 17025: 2005 atau SNI ISO/IEC: 17025: 2008.

“Ini adalah awal yang baik bagi LKU UAD untuk mampu menjamin mutu akurasi alat tensimeter pada domain layanan kesehatan masyarakat sesuai dengan standarisasi nasional maupun internasional,” terang Manager Mutu LKU UAD, Margi Sasono.

Sebelumnya, LKU UAD sebagai unit layanan publik berbasis kompetensi akademik bidang Fisika Metrologi, meraih akreditasi KAN ISO/IEC 17025: 2005 pada 20 Februari 2014, dengan ruang lingkup kalibrasi massa dan volume dengan nomor kode laboratorium LK-174-IDN.

“Saat ini, LKU UAD juga sedang mempersiapkan akreditasi KAN untuk alat kesehatan lainnya, seperti alat isap medik (suction pump) dan timbangan badan atau bayi,” tutup Margi.

 

Mengenal Qalbun Salim

Qalbun salim adalah hati yang memiliki spiritualitas sangat tinggi sehingga sangat peka terhadap Asma Allah dan bacaan ayat-ayat al-Qur’an,” kata Yusuf A. Hasan dalam pengajian rutin di Masjid Darussalam kampus I Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Sabtu (11/4/2015).

Lebih lanjut Yusuf menyampaikan, pada hati itulah terkandung ruh setiap manusia. Di dalam ruh terdapat spirit yang menggerakkan kesadaran manusia untuk melakukan apa pun. Ia jugalah yang menggerakkan kesadaran, kesengajaan, atau niat kuat, untuk bekerja keras mengembangkan dan mempertahankan hidup serta kehidupan diri maupun keluarga. Tujuannya agar dapat mencapai kebahagiaan sesuai dengan yang disyariatkan agama dan ketentuan-ketentuan hukum lain yang berlaku. Bagi orang yang hatinya kosong dari kesadaran mengenai kepentingan hidup dan kehidupan ini, tentu tidak tebesit sedikit pun untuk hidup dengan bekerja keras serta sesuai dengan tuntunan syariat serta hukum.  

“Untuk mengenal qolbun salim, maka perlu perhatikan tiga hal. Pertama, qalbu salim berarti salamatul qalb ’anisy-syirk awil-aqa’id al-fasidah, yakni selamatnya hati dari syirik atau kepercayaan-kepercayaan yang sesat. Hati yang sehat berarti memiliki akidah yang benar, lurus, serta bebas dari segala bentuk kemusyrikan,” tutur Yusuf.

Lebih lanjut ia menjelaskan poin lainnya. Kedua, qalbin salim berarti salim min amradhil-qulub, yakni bersih dari penyakit-penyakit hati. Ketiga, qalbun salim berarti hati yang sehat dan memiliki kesempurnaan serta kekuatan melakukan yang menjadi tugas dan fungsinya sesuai maksud penciptaan manusia di dunia. Dalam hal ini, fungsi hati yang paling utama adalah mengenal Allah atau iman, lalu menggerakkan si pemilik hati untuk mewujudkan keimanannya itu dalam sikap dan perilaku konkret kehidupan sehari-hari.

“Oleh sebab itu, Rasulullah Saw dalam hadits riwayat Baihaqi dari Abu Hurairah bersabda, ‘At-tagwa ha-huna, takwa itu di sini,” ucap Yusuf sambil menunjuk ke dada tiga kali.

Secara bahasa, qolbun salim berasal dari dua kata bahasa Arab, yaitu qolbun yang berarti ‘hati’ dan salim  yang berarti ‘bersih, suci, dan lurus’. Jika kedua kata ini digabungkan, maka akan membentuk arti ‘hati yang lurus, bersih, suci, dan ikhlas dalam segala gerak, pikiran, perasaan, perbuatan dan lain sebagainya hanya kepada Allah Swt’. Dalam al-Qur’an, Allah menyebut istilah qolbun salim sebanyak dua kali. Keduanya menggambarkan tentang hati Nabi Ibrahim As.

“Semoga hati kita senantiasa diberikan pencerahan dan bersih dalam menghadapi segala kemungkaran yang ada di hadapan kita. Amin,” tutup ustadz Yusuf dalam pengajian yang diikuti dosen serta karyawan UAD kampus I itu.

Mengolah Limbah Sekam Padi dengan Alat Cetak Briket Bioarang

 

Pada proses penggilingan padi, sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan. Kadar sekam adalah 20-30% dari bobot gabah yang digiling, dedak atau abu  15 %, dan beras giling  50-53,5 %. (Hambali dkk, 2007).

Sekam padi kebanyakan dibuang dan dibakar. Banyak petani yang belum mampu memanfaatkan karena minimnya kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan. Oleh karena itu, dampak yang ditimbulkan adalah pencemaran lingkungan karena sekam padi tidak dapat terelakkan.

“Hanya sedikit petani yang memanfaatkan sekam padi. Biasanya mereka gunakan untuk membakar bata merah, alas kandang ayam, abu gosok, membuat tungku, dan lain-lain sehingga pemanfaatannya kurang maksimal,” terang Fatwa Tentama, S.Psi., M.Si.

Sebenarnya, petani dapat memanfaatkan dan mengolah sekam menjadi produk sehingga bisa mengurangi dampak dari limbah yang dihasilkan. Di antaranya menjadi briket bioarang, media tanam, dan pupuk organik. Mereka juga bisa membuat bahan bakar (bioenergi) untuk keperluan petani, penghematan bahan bakar fosil, dan potensi penguatan perekonomian. Strategi efektif pemanfaatan limbah sekam ini dapat dilakukan dengan alat dan teknologi yang sederhana.

“Pemanfaatan limbah akan meminimalisasi pencemaran sekam padi di lingkungan persawahan, saluran irigasi, dan mencegah pencemaran udara karena pembakaran sekam padi yang dilakukan di area persawahan atau pengilingan beras. Briket bioarang yang dihasilkan dari sekam padi memiliki kelebihan, yaitu sangat baik digunakan untuk bahan bakar yang merata dan stabil,” papar Surahma Asti Mulasari, S.Si., M.Kes

Ia melanjutkan, briket bioarang dengan pemanfaatan bioenergi dapat menjadi aternatif pilihan masyarakat. Selain sebagai sumber energi, abu hasil pembakaran briket dapat digunakan untuk abu gosok oleh petani dan manfaat lainnya. Pembakaran briket biorang tidak menghasilkan emisi gas beracun seperti NOx dan SOx yang dihasilkan pada pembakaran briket batu bara. Keuntungan lain adalah tersedia bahan bakar (bioenergi) untuk keperluan petani, penghematan bahan bakar fosil, dan potensi penguatan perekonomian petani.

            Prosedur kerja pembuatan briket bioarang sebagai bioenergi alternatif yang mengacu pada buku IbM pedesaan adalah sebagai berikut: 

Alat dan bahan untuk membuat briket bioarang adalah media tanam dan pupuk organik. Beberapa peralatan dan bahan yang dibutuhkan yaitu drum tertutup, kompor, korek api, panci, penumbuk (lumpang dan alu), limbah sekam padi, air, dan kanji.

Cara kerjanya cukup mudah. Untuk pembuatan lem kanji, rebus air 500 ml hingga hangat,  lalu tuangkan kanji ke dalam panci dan aduk terus hingga mengental seperti lem. Untuk pembakaran sampah secara pirolasi, masukan limbah sekam padi kurang lebih ketinggian 10 cm dan dasar drum, lalu dibakar dan diaduk agar pembakaran merata dan terbentuk bara api. Tutup drum untuk mengurangi oksigen yang masuk agar yang terbakar tidak menjadi abu. Bila dirasa cukup, hentikan pembakaran, dan diamkan beberapa waktu agar proses pembakaran sempurna.

Selanjutnya, buat briket bioarang. Caranya, tuang hasil pembakaran dalam tempat penumbuk lalu tumbuk sampai halus, beri campuran lem, dan dicampur menggunakan tangan. Cetak adonan hasil pembuatan briket, lalu keringkan. Pencetakan adonan ini dilakukan dengan menggunakan alat pencetak briket bioarang.

Selain itu, arang sekam padi bisa dimanfaatkan untuk media tanam. Arang yang dihasilkan dari proses pirolisis dihancurkan, kemudian dicampurkan dengan pupuk kandang untuk media tanam. Hal itu juga bisa digunakan sebagai pupuk organik. Manfaatnya antara lain padi yang dihasilkan berkualitas unggul, dari segi ekonomis harga jual padi organik lebih tinggi daripada padi yang ditanam dengan pupuk kimia, biaya yang dikeluarkan jauh lebih sedikit sehingga keuntungan menjadi bertambah, dan kualitas tanah senantiasa terjaga (Riofrans, 2013).

Melalui Surahma Asti Mulasari dan Fatwa Tentama, UAD akhirnya mematenkan Desain Industri Alat Cetak Briket Bioarang ke dalam Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Alat cetak didesain untuk menghemat waktu dan tenaga. Bagian cetakan dilengkapi dengan pegangan untuk mempermudah proses mencetak.

Menurut Surahma, alat cetak briket bioarang tersebut diperuntukkan untuk industri kecil atau rumah tangga. Alat ini memiliki beberapa keunggulan dan perbedaan dengan alat cetak briket yang lain karena lebih mudah digunakan dan bersifat portable.

Alat ini terdiri atas dua bagian, yaitu badan alat dan bagian cetakan. Alat cetak dibuat dengan menggunakan dongkrak hidrolik untuk memberikan tekanan ketika menge-press adonan briket. Selain itu, bagian cetakan didesain dengan sembilan cetakan sehingga dalam sekali operasi, dapat menghasilkan sembilan briket.

Simponi Biologi Edukasi

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UAD bertempat di Gedung Asri Medical Center (AMC) sukses menyelenggarakan kegiatan Simposium Nasional (Symbion 2015). Kegiatan tersebut mengangkat tema “Edubiodiversity: Inspiring Education with Biodiversity”.

Acara ini secara resmi dibuka oleh Wakil Rektor I UAD, Dr. Muchlas, M.T. ditandai dengan pemukulan gong. Selain Wakil Rektor I, hadir pula Dekan FKIP UAD Dra. Trikinasih Handayani, M.Si., Wakil Dekan FKIP Dr. Suparman, M.Si., DEA, dan Kaprodi di lingkungan FKIP UAD.

Tercatat, kegiatan tersebut diikuti oleh 171 peserta, yakni 94 pemakalah dan 77 non-pemakalah. Mereka adalah mahasiswa S1, S2, S3, dosen, pakar, peneliti, dan guru yang berasal dari beberapa provinsi di Indonesia. Di antaranya Sumatra Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Acara ini juga diikuti oleh pemakalah yang termasuk pakar internasional dalam bidang konservasi, yaitu Dr. Jatna Supriatna.

Ketua panitia kegiatan Symbion 2015, Hendro Kusumo Eko Moro Prasetyo, M.Sc. mengatakan, kegiatan ini memfasilitasi para dosen, guru, peneliti, mahasiswa, praktisi, dan konsultan pendidikan untuk berbagi pemikiran melalui karya-karya ilmiah atau gagasannya.

“Saya harap mereka yang ikut dapat memaparkan serta berdiskusi tentang hasil pemikiran ataupun penelitian mereka masing-masing dalam memajukan pendidikan di Indonesian. Kegiatan Symbion direncanakan berlangsung setiap tahun dengan target menjadi even skala internasional,” ujarnya.

Hadir sebagai keynote speaker Symbion 2015 adalah Butch O Soulon (University Nueva Caceres, Filipina), Dr. H. Sulistiyo, M.Pd. (Ketua Umum PGRI Pusat), Prof. Dr. Yayuk Rahayuningsih S, M.Sc. (Bid. Zoologi Puslit Biologi LIPI), serta Prof. Dr. Suharsimi Arikunto (UAD).

Sesi pemaparan materi oleh keynote dibagi menjadi 2 sesi, yaitu sesi pertama Prof. Dr. Yayuk Rahayuningsih S, M.Sc dan Prof. Dr. Suharsimi Arikunto dengan moderator Trianik Widyaningrum, M.Si. Sesi kedua oleh Dr. H. Sulistiyo, M.Pd dan Dr. H. Sulistiyo, M.Pd dengan moderator Irfan Yunianto, M.Sc.

“Presentasi dan diskusi peserta pemakalah berlangsung sangat cair dan dinamis di masing-masing round table. Hal tersebut dapat dilihat dari antusiasme pemakalah saat berdiskusi dan sharing,” terang Hendro Kusumo.

Acara diakhiri dengan pembagian door prize untuk para pemakalah terbaik. Secara resmi, Symbion 2015 ditutup oleh Hendro Kusumo.  “Kesuksesan Symbion 2015 merupakan kesuksesan seluruh peserta dan panitia. Tahun depan, Symbion harus lebih sukses dan go international,” papar Hendro saat menutup acara.

UAD, Polda, dan BNN Adakan Sosialisasi Narkoba

Senin (7/4/2015) diadakan sosialisasi pencegahan penyalahgunaan narkoba di auditorium kampus I Universitas Ahmad Dahlan (UAD) jalan Kapas 09 Semaki, Yogyakarta. Acara ini dilaksanakan atas kerja sama UAD dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Kepolisian Daerah (Polda) DIY.

Acara tersebut menghadirkan Tri Darmoko selaku wakil dari Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dikpora) DIY. Terselenggaranya kegiatan ini untuk memberi motivasi dan melakukan pencegahan terhadap penyalahgunaan narkoba yang dewasa ini semakin meningkat. Sebagai universitas yang peduli pentingnya kesehatan serta kondisi terkait penyalahgunaan narkoba, UAD mensosialisasikan permasalahan tersebut.

“Kegiatan seperti ini akan terus diadakan di masa depan, mengingat banyaknya pemuda yang menggunakan narkoba. Marilah kita semarakkan sosialisasi ini demi menyelamatkan penerus-penerus bangsa,” ucap Dr. Abdul Fadlil, M.T. selaku Wakil Rektor III UAD dalam sambutannya.

Di UAD, pemberian materi perkuliahan tentang narkoba sudah mulai digencarkan. Salah satunya Program Studi Bimbingan dan Konseling (BK). Hal ini dilakukan untuk menjadi pelecut awal sikap bersiaga dan bersinergi dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba.

Selain Tri Darmoko, terdapat dua pembicara lainnya. Mereka adalah Bambang Wiryanto yang saat ini menjabat sebagai ketua bidang pencegahan BNNP-DIY, dan Feriyansyah Hartonugroho selaku ketua tim investigasi GRANAT (Gerakan Nasional Anti Narkoba) DIY. Sosialisasi semakin menarik karena arahan dari moderator Gatot Sugiarto, S.H., M.H. yang merupakan dosen UAD.

“Kita harus selalu berhati-hati dengan setiap orang yang belum dapat dipercaya karena bisa saja ia pemakai, pecandu, atau bahkan pengedar. Tetapi jika itu teman, bantulah untuk menyadarkan,” kata Bambang. Dalam acara tersebut, ia juga mengupas materi tentang pengertian narkoba, jenis-jenis narkoba, dan upaya mengatasi permasalahannya.

Sementara Feriyansyah lebih memberikan contoh-contoh kehidupan para pecandu narkoba. “Butuh waktu seumur hidup bagi pecandu untuk memulihkan sugesti ketergantungan terhadap narkoba. Sebab, hanya kematianlah yang dapat menghentikan ketergantungan itu. Betapa miris pula keadaan fisik dan mental pecandu, serta otak yang sudah terkontaminasi oleh zat-zat terlarang. Jangankan untuk berpikir, mengingat saja susah,” katanya. (AKN)

Pengubah Paradigma, Pelopor Bangsa

 

“Mahasiswa merupakan basis perubahan bangsa, perubahan paradigma, dan pengganti pemerintahan di masa yang akan datang,” kata Muhammad Showab selaku Ketua Umum Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Fakultas Tarbiyah dan Dirasat Islamiyah (IMM FTDI) dalam sambutannya.

IMM FTDI Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kembali mengadakan pelatihan dasar untuk mahasiswa IMM dari berbagai fakultas. Sebelumnya, telah diadakan Latihan Dasar Organisasi (LDO) yang bertempat di Taman Buah Mangunan, Bantul, DIY, pada akhir 2014 lalu, dan pada Sabtu−Minggu (4−5/4/2015), diadakan Latihan Dasar Ikatan (LDI) di kawasan Kaliurang, Sleman, DIY.

Showab mengungkapkan bahwa acara ini akan mengantarkan mahasiswa kepada pemimpin komisariat. “Jangan hanya berhenti sampai di sini karena masih banyak kegiatan-kegiatan lain. Teruslah aktif agar dapat termotivasi, bersungguh-sungguhlah agar menjadi pribadi yang lebih baik.”

“Acara ini mengusung tema ‘Pemahaman Paham Ideologis untuk Menumbuhkan Kader IMM yang Militan’. Tujuannya adalah untuk politik dan dakwah. Jika tidak bisa berdedikasi untuk bangsa dan agama, maka lebih baik tidak usah sekalian,” tambahnya.

Dalam rangkaian kegiatan ini, terdapat tiga materi yang dikupas. Di antaranya Kemuhammadiyahan, Ke-IMM-an, dan Tauhid.

Sementara itu, Habib Ahmad, mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab semester IV selaku ketua panitia berkata dalam sambutannya, “Kegiatan-kegiatan seperti ini perlu diadakan agar mahasiswa mempunyai pegangan hidup tentang Muhammadiyah dan tentunya bisa mendapatkan berkah. Jadikanlah kegiatan ini sebagai dakwah dan  niatkanlah hanya kepada Allah.”

Di lain pihak, Ihda Rahmatina sebagai peserta yang merupakan mahasiswa semester II program studi Bahasa dan Sastra Arab (BSA) berujar, “Saya sangat senang dapat mengikuti Latihan Dasar Ikatan (LDI) ini, di samping refreshing, saya juga banyak mendapatkan ilmu tentang Kemuhammadiyahan, ke-IMM-an, juga bisa mempererat ikatan dengan sesama teman dan kakak tingkat. Semoga ke depannya dapat diadakan acara-acara seperti ini lagi karena sangat penting bagi keakraban dan pengetahuan.” (AKN)

Perempuan Membaca Sastra

Forum Apresiasi Sastra (FAS) #45 yang diselenggarakan pada Rabu (8/4/2015), di hall kampus II Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menampilkan para perempuan pecinta sastra. Mereka adalah mahasiswi, alumni UAD, serta beberapa penampil dari luar UAD yang turut membacakan karya dari para penulis perempuan yang diapresiasi oleh para perempuan.

Menurut Angga T Sanjaya, FAS kali ini mengangkat tema “Perempuan Mengapresiasi Sastra” sebagai salah satu cara untuk memperingati hari Kartini yang jatuh pada 21 April nanti.

Acara yang rutin setiap bulan pada minggu kedua hari Rabu itu diawali dengan pembacaan puisi oleh Dita yang membacakan karya Dorothea Rosa. Dilanjutkan oleh Riska, Rachma Nurjanah, dan Dinar Suci Mayaratih.

Selain pembacaan puisi, juga ada pembacaan cerpen oleh Putri Kusuma Ningrum dan musikalisasi puisi dari Teater Jaringan Anak Bahasa (JAB), serta tari puisi dari Apsari Amandita.

Acara semakin berbeda dengan penampilan pelukis puisi perempuan UAD. Ia adalah Melia Tri Pamungkas. Perempuan cantik itu melukis di panggung selama kurang lebih dua jam, yakni sejak acara dimulai.

“Lukisan ini adalah visualisasi dari puisi karya Evi Idiawati yang berjudul ‘Catatan Ibu’,” terang Meli setelah menyelesaikan lukisannya. Menurut Meli, gambar perempuan dalam lukisannya merupakan istri yang sedang meratapi kematian suaminya. Di bagian bawah, sebuah simbol hitam merupakan lukisan anaknya yang terbakar.

Acara menarik ini ditutup oleh pembacaan puisi oleh Meli, sesaat setelah menyelesaikan lukisannya.

 

Peran Mahasiswa untuk Memerangi Narkoba

Berpikirlah sebelum bertindak.”

Perintah ini sudah sering kita dengar ketika mengikuti kegiatan-kegiatan sosialisasi. Ya, berpikir menggunakan otak sebelum bertindak merupakan hal penting. Otak adalah anugerah yang Tuhan berikan kepada manusia untuk berpikir, memilih yang baik atau buruk. Lalu bagaimana jika manusia tidak lagi menggunakan otaknya sebelum melakukan sesuatu?

Sosialisasi bahaya penyalahgunaan narkoba telah diadakan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang bekerja sama dengan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dikpora), Badan Narkotika Nasional (BNN), serta Kepolisian Daerah (Polda) DIY pada Senin (6/4/2015) di auditorium kampus I. Dalam acara yang diikuti oleh mahasiswa dari berbagai fakultas itu, turut didatangkan pula tim investigasi GRANAT (Gerakan Nasional Anti Narkoba) DIY.

Seperti yang diketahui bersama, narkoba meliputi zat alam atau sintetis yang bila dikonsumsi dapat menimbulkan perubahan fungsi fisik dan psikis, serta menimbulkan ketergantungan. Jika disalahgunakan untuk tujuan di luar pengobatan, narkoba dapat mengubah kerja saraf otak sehingga akan sulit berpikir, berperasaan, dan berperilaku tidak normal.

Terdapat 5 jenis narkotika, 2 psikotropika, dan 2 zat adiktif lainnya, dengan beberapa golongan yang saat ini sudah disalahgunakan dalam pemakaiannya. Berbagai cara telah dilakukan badan negara untuk mengatasi keadaan ini, mulai dari sosialisasi, pencegahan, pemberantasan, dan lainnya.

“Hanya satu hal paling penting dalam mengatasi penyalahgunaan narkoba, yaitu peduli. Peduli pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar,” ujar Feriyansyah Hartonugroho sebagai ketua tim investigasi GRANAT.

Sebenarnya, ada beberapa cara untuk mengelola diri agar jauh dari narkoba. Di antaranya, aktif memegang teguh norma-norma agama dan sosial kemasyarakatan; aktif melibatkan diri dalam kegiatan keluarga, sosial, dan agama; hadapilah persoalan hidup dengan tidak takut, panik, ataupun stres karena setiap masalah pasti ada solusinya; ceritakan setiap persoalan kepada orang yang dipercaya; hindari pergaulan dengan orang-orang yang sudah terindikasi sebagai pemakai narkoba; dan lain-lain.

Perlu diketahui, pencegahan, penanggulangan penyalahgunaan, dan peredaran gelap narkoba merupakan tanggung jawab bersama guna mewujudkan kamtibmas yang aman dan kondusif. Harapannya, dapat terwujud stabilitas pembangunan nasional, masyarakat adil, makmur, dan sejahtera.

“Keberadaan BNN khusus menangani dan berwenang menyelidiki kasus narkoba. Hal ini tentu dibantu oleh tim hukum yang terdiri atas kepolisian, kejaksaan, dan lain sebagainya, serta medis seperti kedokteran dan psikolog,” tukas Bambang Wiryanto sebagai Ketua Bidang Pencegahan BNNP-DIY.

Prediksi BNN, pecandu atau pengguna narkoba dapat mencapai 5,1 juta orang pada tahun 2015 ini. Angka tersebut sangat besar. Namun jika masyarakat mau bersama-sama mencegah dan memberantas peredaran narkoba, bukan hal mustahil angka pengguna narkoba dapat menurun.

Lalu, apa yang harus dilakukan pelopor sejati dalam memberantas narkoba?

Terdapat beberapa langkah yang dapat diperbuat. Pertama, selalu waspada dengan perkembangan teknologi, canggihnya teknologi membuat para pengedar dapat dengan mudah melancarkan niatnya untuk mengedarkan obat terlarang tersebut. Kedua, tanamkan keteladanan agar dapat memberi bimbingan dan dorongan untuk berbuat lebih baik. Ketiga adalah peduli, sekaligus hal paling penting untuk mencegah dan memberantas penyalahgunaan narkoba.

Dalam hal ini, mahasiswa haruslah menjadi pelopor sejati dalam memberantas narkoba, bukan hanya sebagai “penonton” bahkan menjadi pemilik, penadah, pengedar, atau pemakai. Selain menjadi salah satu mesin propaganda yang mampu merobohkan sebuah ketidakbenaran, mahasiswa diharapkan menjadi kelompok massa idealis yang menjunjung tinggi nilai-nilai norma serta moral, juga menjadi agen perubahan terutama di dunia pendidikan. (AKN)

Muhammadiyah; Membangun Masyarakat Islam yang Sebenarnya

 

Maksud dan tujuan Muhammadiyah adalah menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Sementara itu, Muhammadiyah merupakan gerakan Islam dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan tajdid (pembaruan tentang pokok ajaran Islam) yang bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah as-Sohihah.

Begitulah materi pertama yang didapat peserta Latihan Dasar Ikatan (LDI) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang terdiri atas mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Dirasat Islamiyah (FTDI) dan Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Sabtu, (4/4/2015), dengan Drs. H. Anhar Ansyary, M.S.I. sebagai pemateri.

“Jika tidak tahu Muhammadiyah, bukan mahasiswa Muhammadiyah namanya,” tegas Anhar ketika memberi materi tentang Kemuhamadiyahan.

Lebih lanjut disampaikan, Muhammadiyah hanya mendasari seluruh aspek kehidupan dari al-Qur’an dan as-Sunnah as-Sohihah. Penekanan terhadap pergerakan Islam, pola dakwah, dan tajdid juga tak luput dari perhatian. Selain itu, Muhammadiyah tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, serta bukan organisasi politik dan tidak akan pernah membentuk organisasi politik.

“Berdakwah harus tetap dijalankan di mana pun dan kapan pun tanpa dibatasi ruang dan waktu,” jelas Anhar yang juga merupakan Direktur Pesantren Ahmad Dahlan (Persada) dan dosen UAD.

Menurutnya, terdapat dua cara yang bisa dilakukan bagi pemula Muhammadiyah, yakni mempelajari tokoh-tokoh seperti K.H. Ahmad Dahlan, Buya Hamka, K.H. Ibrahim, dan lain-lain, serta mempelajari latar belakang berdirinya Muhammadiyah. Dengan dua cara tersebut, para pemula dapat mengawali pengetahuan tentang Muhammadiyah.

“Pahamilah Islam secara luas, mendalam, dan komprehensif berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah. Itulah tuntunan Nabi Muhammad,” tutup Anhar. (AKN)