Pelantikan Pengurus dan Pengawas KOPMA UAD 2015/2016

Minggu, (26/4/2015), Koperasi Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (KOPMA UAD) secara resmi melantik pengurus dan pengawas baru pada periode 2015/2016. Acara yang bertempat di auditorium D kampus III UAD ini dihadiri oleh anggota dan tamu undangan KOPMA seluruh Yogyakarta.

Pada kesempatan tersebut, Dr. Triantoro Safaria, S.Psi., M.Si. datang mewakili Dr. Abdul Fadlil, M.T. selaku Wakil Rektor Bidang Pengembangan Kemahasiswaan dan Pemberdayaan Alumni. Selain itu, hadir pula pembina KOPMA UAD Khusnul Hidayah, S.E., S.Ag., M.Si.

Dalam pelantikan kali ini, pengurus dan pengawas dilantik oleh Sunu Wibowo dari Dinas Perindustrian Peradangan dan Koperasi (Disperindagkop).

Ketua umum KOPMA UAD terpilih, Rendi Sukirman dari Prodi Teknik Elektro semester 6 menyampaikan dalam sambutannya bahwa ia ingin membuat KOPMA lebih besar daripada yang sekarang.

Pada kesempatan yang sama, Khusnul Hidayah berpesan bahwa pengurus dan pengawas harus kerja, kerja, kerja. Jangan tidur, tidur, tidur. Ia juga mengatakan kepada pengurus baru agar seluruh mahasiswa KOPMA UAD dapat menjadi anggota yang berkomitmen.

Acara ini juga melantik pengurus lembaga seperti EO, Jaringan Usaha Mahasiswa UAD, KOPMA Sport, dan KOPMA Magazine. Harapannya, KOPMA dapat semakin berkembang dan eksis di kampus maupun di koperasi seluruh Yogyakarta.(Doc:Dat)

18 Alumni UAD Mengajar di Thailand

Wakil Rektor III UAD Bidang Kemahasiswaan dan Alumni (BIMAWA), Dr. Abdul Fadlil, M.T., melepas 18 alumni Universitas Ahmad Dahlan (UAD) ke Thailand pada Jum’at, (24/4/2015).

“Ke-18 alumni akan mengajar di 7 sekolah di Thailand, yaitu Sangkhom Islam Wittaya School, Suksasat School, Songserm Wittaya Munniti School, Songsermsasana Vitaya School, Ansor al-Sunnah School Pharkpayoon Foundation, Chariyathamsuksa Soundation School, dan Samakkeethamwitya School,” terang Fadlil dalam sambutannya.

Sementara menurut Kepala Kantor Urusan Internasional, Ida Puspita, S.S., M.A.Res., pengiriman alumni merupakan bagian dari program “Alumni UAD Mengajar di Thailand”. Kegiatan ini telah dimulai pada Mei tahun 2013 dengan permintaan sejumlah guru dari Konsulat Jenderal RI di Songkhla. Kebutuhan guru di Thailand Selatan meliputi guru Bahasa Arab atau Agama Islam, Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia.

“Sejak pengiriman alumni angkatan pertama, UAD melalui Kantor Urusan Internasional aktif melakukan komunikasi dengan sekolah-sekolah di Thailand, dan pihak sekolah menyambut baik. Sekarang, sekolah yang meminta alumni UAD untuk mengajar juga semakin banyak dan tersebar di lima provinsi, yaitu Songkhla, Satun, Pattaya, Pattani, dan Krabi,” ujarnya.

Sebelum berangkat ke Thailand, UAD melalui BIMAWA memberikan pembekalan yang meliputi soft skill terutama motivation skill dan adaptation skill, kemampuan dasar berbahasa Thailand, serta pengetahuan tentang situasi dan kondisi di lapangan. Pembekalan ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai sistem pendidikan, kondisi siswa, sekolah, dan kehidupan Thailand Selatan, serta bekal keterampilan (skills) yang diperlukan dalam bekerja dan beradaptasi, terutama di Thailand Selatan. Para alumni juga diberikan bekal kemampuan dasar bahasa Thailand sebagai bahasa yang paling banyak dipakai di sekolah dan lingkungan sekitarnya.

Selain mengirim alumni untuk mengajar, UAD khususnya dengan sekolah-sekolah yang sudah menandatangani MoU, telah melakukan kerja sama di bidang lain. Seperti KKN Internasional, Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), dan masih banyak kerja sama lainnya.

Berikut ini adalah ke-18 alumni yang berasal dari 3 fakultas, yaitu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Agama Islam, serta Fakultas Sastra, Budaya dan Komunikasi yang diberangkatkan ke Thailand.

 

ALUMNI MENGAJAR PERIODE APRIL 2015-2016

 

  1. Sangkhom Islam Wittaya School (berangakat awal Mei 2015)

No.

Nama

Mata Pelajaran yang Diampu (Jurusan/ Fak)

1.

Agestia Dewi

Bahasa Inggris (Pend. Bahasa Inggris)

2.

Alanse Juni S.B.S.

Bahasa Inggris (Sastra Inggris)

3.

Angga Palsewa Putra

Bahasa Inggris (Sastra Inggris)

4.

Aris Tofany

Bahasa Inggris (Pend. Bahasa Inggris)

 

  1. Suksasat School (BERANGKAT 25 APRIL 2015)

No.

Nama

Mata Pelajaran yang Diampu (Jurusan/ Fak)

1.

Haiyudi

Bahasa Inggris (Pend. Bahasa Inggris)

2.

Amalia Nur Aksani

Bahasa Inggris (Sastra Inggris)

 

  1. Songserm Wittaya Munniti School (Berangakat 10 Mei 2015)

No.

Nama

Mata Pelajaran yang Diampu (Jurusan/ Fak)

1.

Joko Rubets Swasono

Bahasa Inggris (Pend. Bahasa Inggris)

2.

Andi Suseno

Agama (Fak. Agama Islam)

 

  1. Ansor Al Sunnah School, Pharkpayoon Foundation (BERANGKAT 25 APRIL 2015)

No.

Nama

Mata Pelajaran yang Diampu (Jurusan/ Fak)

1.

Dina Mardliani

Bahasa Inggris (Pend. Bahasa Inggris)

2.

Ahmad Hemat Perkasa

Bahasa Arab (Fak. Agama Islam)

 

  1. Songsermsasana Vitaya School (Berangkat awal sekitar 5 Mei 2015)

No.

Nama

Mata Pelajaran yang Diampu (Jurusan/ Fak)

1.

Ahmad Mutoharoh

Agama (Fak. Agama Islam)

2.

Heru Dwi Wibowo

Agama (Fak. Agama Islam)

3.

Rusiana Purnamawati

Bahasa Inggris (Pend. Bahasa Inggris)

4.

Endah Kunti Istiqomah

Bahasa Inggris (Pend. Bahasa Inggris)

5.

Marlin Dwinastiti

Bahasa Inggris (Pend. Bahasa Inggris)

6.

Umi Ayu Solikhah

Bahasa Arab (Fak. Agama Islam)

 

  1. Chariyathamsuksa Foundation school (Berangakt 20 April 2015)

No.

Nama

Mata Pelajaran yang Diampu (Jurusan/ Fak)

1.

Ira Dwijayani

Bahasa Inggris (Sastra Inggris)

 

  1. Samakkeethamwitya School (Berangkat awal Mei 2015)

No.

Nama

Mata Pelajaran yang Diampu (Jurusan/ Fak)

1.

Diyah Martha Puruhita

Bahasa Inggris (Pend. Bahasa Inggris)

 

Exchange Program UNC Ke UAD

        

Setelah menandatangani nota kesepahaman kerja sama dengan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) sejak Juni 2010, University of Nueva Caceres (UNC), Filipina, kembali melakukan program bersama dengan UAD.

Pada 28 Maret 2015, 4 mahasiswa UNC tiba di Yogyakarta dengan didampingi Assoc. Prof. Butch O. Saulon (Asisten Wakil Rektor UNC dan dosen Fakultas Pendidikan). Mereka adalah mahasiswa Fakultas Pendidikan UNC.

Pengiriman mahasiswa UNC ke UAD ini merupakan kegiatan balasan atas pengiriman 11 mahasiswa Pendidikan Biologi UAD ke UNC yang telah melakukan KKN Internasional di sana pada Agustus 2013 lalu.

            Selama ini, UNC bekerja sama dengan Fakultas Pendidikan dan Ilmu keguruan (FKIP) dan Kantor Urusan Internasional (KUI) UAD telah menyelenggarakan beberapa program, seperti workshop pengembangan kompetensi guru; diskusi mahasiswa dengan tema perbandingan antara UAD dan UNC dalam bidang sistem pendidikan dan organisasi mahasiswa; pertukaran budaya untuk mengajari tari, musik, olahraga dan permainan tradisional; memasak makanan Filipina; berpartisipasi dalam SYMBION 2015; debat bahasa Inggris mahasiswa; pengamatan gerhana bulan; penelitian mini; serta Community Immersion Activity, yaitu menanam pohon di kampus VI UAD.

Selain itu, UAD juga mengajak delegasi dari UNC untuk mengunjungi tempat wisata di Yogyakarta. Seperti Candi Borobudur, Keraton, Malioboro, dan Kotagede. Kegiatan ini berlangsung kurang lebih 2 minggu.

            Pada Sabtu, (11/4/ 2015), diadakan closing ceremony untuk rangkaian program kerja sama UNC dan UAD. Hadir dalam acara tersebut Wakil Rektor III UAD, Dr. Abdul Fadlil, M.T., Dekan FKIP UAD, Dra. Trikinasih, M.Si., para Kepala Program Studi di FKIP, Irfan Yuniarto, M.Sc. selaku ketua panitia program, dosen dan staf, serta KUI UAD.

Dalam acara itu, mahasiswa UNC, mahasiswa Darmasiswa UAD, dan mahasiswa PGSD-PGPAUD UAD berkolaborasi menampilkan berbagai pertunjukan budaya.

            Selama ini, UNC dikenal sebagai salah satu universitas mitra UAD yang selalu aktif menyelenggarakan kegiatan kerja sama. Seperti Joint Seminar yang telah beberapa kali diselenggarakan baik di UNC maupun UAD, Joint Degree (2 mahasiswa Pendidikan Fisika UAD yang saat ini sedang belajar di UNC dalam program Joint Degree 2+2), serta KKN Internasional dan Student Exchange.

Memahami al-Qur’an Melalui Pendekatan Semiotik

Dalam makalah yang ditulis Abdul Mukhlis S.Ag. M.Ag. mengungkapkan, pembacaan kembali al-Qur’an bertujuan untuk mengerti dan menemukan makna. Sebuah teks tidak akan habis memproduksi makna sehingga tidak boleh dibakukan. Pembakuan teks akan berakibat pada stagnasi. Untuk itu, kita harus mendekati al-Qur’an dengan semangat penelitian. Jadi setiap kali kita membaca, kita akan memproduksi makna.

 “Untuk mempelajari tanda-tanda bahasa yang terdapat dalam ayat-ayat al-Qur’an, penerapan Metode Semiotik sangat cocok,” ucap Dosen Fakultas Tarbiyah dan Dirasat Islamiyah Universitas Ahmad Dahlan (FTDI-UAD) ini dalam acara “Langkah Pakar” yang berlangsung di AdiTV, Sabtu (25/4/2015).

Menurutnya, ada banyak contoh tanda-tanda dalam al-Qur’an. Salah satunya, QS. al-Kahfi yang mempunyai makna simbolik perlindungan dari fitnah dan penggunaan tasydid pada fiil tsulasi bermakna “berulang-ulang”, dan lain-lain.

Bagi mayoritas umat Islam Indonesia, memahami bahasa al-Qur’an tidaklah mudah. Ada jarak yang sangat lebar antara mereka dengan kitab yang menggunakan tulisan Arab tersebut. Bagi orang beriman, jarak pemahaman ini dijembatani dengan iman dan secara rasional melalui terjemahan. Namun, kemunculan terjemahan dan tafsiran membuat dua kemungkinan. Positifnya, posisi dan pesan yang terdapat di dalamnya menjadi terbebas dari kurungan bahasa dan tradisi lokal tempat diturunkan.

Al-Qur’an misalnya, tidak lagi secara ekslusif hanya bisa dipahami oleh orang-orang yang ahli dalam bahasa Arab. Bertemunya teks dan terjemahan al-Qur’an dengan pembacanya di luar tradisi Arab akan memungkinkan bagi proses pengkayaan wawasan al-Qur’an tersebut. Namun negatifnya, setiap penerjemahan dan penafsiran selalu diikuti bahaya distorsi, deviasi, serta pengkhianatan pesan.

Hal ini terjadi karena kesulitan dalam memahami bahasa kitab suci yang banyak dituangkan dalam bentuk narasi deskriptif, dan ungkapan-ungkapan metaforis-simbolis yakni pengungkapan ekspresi secara tidak langsung.

Muklis menambahkan, setiap bahasa dan tradisi agama selalu terdapat ikon-ikon dan simbolisasi dari realitas absolut yang kemudian dihadirkan dalam bahasa manusiawi yang populer. Istilah baitu-llah, misalnya, yang di situ juga terdapat hajar aswad adalah tipikal ungkapan ikonik yang kemudian berkembang menjadi metaforistik. Dengan kata lain, bahasa al-Qur’an secara historis antropologis adalah bahasa manusia, tetapi secara teologis di dalamnya terdapat kalam Ilahi yang bersifat transhirtoris atau metahistoris.

“Akibatnya, bahasa metafor dalam kitab suci al-Qur’an secara potensial dapat menimbulkan dua implikasi. Kemampuan bahasa metaforis tentu dapat mengakomodasi penafsiran dan pemahaman baru sehingga kitab suci akan selalu hadir setiap saat tanpa kehilangan daya pikat dan panggilan hermeneutikanya. Bahasa metafor juga selalu membuka pintu imajinasi dan kemungkinan-kemungkinan baru (posibilitas), bukan sebuah representasi dari realitas yang telah mapan (aktualitas). Hal ini seperti pendapat Ricour yang menyatakan, A memorables metafor has the power to bring  two separate domains into  cognitive and emotional relational relation by using language directly appropriate for the one as lens for seeing the other,” jelasnya.

Jadi, bahasa metaforis memiliki kekuatan yang bisa mempertemukan antara ikatan emosional dan pemahaman kognitif. Oleh karena itu, seseorang dimungkinkan untuk mampu melihat dan merasakan sesuatu yang berada jauh di belakang teks.

Jika pendapat Ricour tersebut didekatkan pada bahasa al-Qur’an, akan mudah ditemukan ungkapan-ungkapan ikonografis yang memiliki daya imajinasi dan mampu membangkitkan emosi pembacanya.

Misalnya cara al-Qur’an menggambarkan hari kiamat, siksa neraka, atau keindahan surga. Suatu saat nanti, bintang-gemintang saling bertabrakan yang satu menghancurkan yang lain sehingga memunculkan suara gemuruh yang tak terperikan, dan manusia pun lari tunggang langgang ketakutan. Manusia yang ada di neraka akan disiksa dengan digambarkan bagaikan perkampungan api, sementara penghuninya terkurung tidak bisa melarikan diri.

Ilustrasi tentang surga juga disajikan dalam gambaran taman yang rindang beserta para bidadari yang sangat menawan yang telah menanti calon penghuni tempat tersebut.

Sementara itu, menurut analisis psiko-sosiolinguistik, metafor dan bahasa ikonografik yang disajikan al-Qur’an sangat efektif untuk menghancurkan kesombongan masyarakat jahiliah Arab kala itu yang tingkat sastranya dikenal sangat tinggi.

 

Hidupmu adalah Pilihanmu

Jika salah pilih langkah dan sikap, maka kamu tidak akan menjadi apa-apa dan siapa-siapa.”

(Budi Jaya Putra, S. Th. I.)

 

Sabtu, (18/3/2015), diadakan kajian rutin Saturday Morning Fresh (SMF) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) zona 3 yang bertempat di kampus III Universitas Ahmad Dahlan (UAD) jalan Prof. Dr. Soepomo, Yogyakarta. Acara yang berlangsung pada pukul 06.00β€’07.00 WIB ini menghadirkan Budi Jaya Putra, S. Th. I. sebagai pembicara. Dosen UAD ini mengangkat tema “Problematika Remaja”.

Remaja merupakan masa saat pikiran masih belum matang dan proses pencarian jati diri. Dalam proses hal ini, mereka sering tidak menggunakan otak dan pikiran sebelum bertindak. Akibatnya, banyak problematika yang terjadi.

Terdapat beberapa problematika yang dialami. Pertama,  ketidakmatangan intelektual dan emosional. Keadaan ini berakibat pada tindakan yang tidak rasional, cenderung emosional, dan tidak berpikir panjang. Seharusnya, remaja selalu berpikir akibat dari sesuatu yang dilakukan. Kedua, tidak mampu berprestasi dan hanya membanggakan prestasi orang tua.

“Bukanlah pemuda yang mengatakan ini prestasi bapakku, tapi patut berkata inilah aku,” ucap Budi.

Ketiga, solidaritas yang berlebihan. Dalam hal ini, remaja harus mampu memilih dan menempatkan solidaritas pada wadah yang tepat. “Jangan terlalu mengedepankan teman daripada ilmu karena ilmu tidak akan pernah mengkhianati dan meninggalkan kita.”

Keempat, lebih mengandalkan otot daripada akal. Dalam hadits dikatakan, “Tidaklah kuat orang yang mengandalkan otot, tetapi orang kuat adalah orang yang dapat melawan hawa nafsunya ketika marah.” (HR. Bukhari). Kelima, cenderung berlebihan dalam hal cinta dan benci. “Jika terlalu berlebihan, maka sama halnya seperti batu, menjadi keras,” tambah Budi.

Berbicara mengenai problematika remaja, hanya ada satu solusi untuk mengatasinya, yaitu silaturahmi. Dengan menyambung silaturahmi, kekeluargaan dapat dibangun antar remaja. “Temanmu adalah cerminan dirimu. Dalam Islam, menjalin kekeluargaan itu adalah antar muslim. Maka muslim itulah keluargamu.”

Perlu diingat, manusia diciptakan dari kondisi yang berbeda, yakni dari laki-laki dan perempuan. Dari kondisi tersebut, maka lahirlah manusia dengan karakter dan sifat yang beraneka ragam. Setiap manusia boleh berteman dengan siapa pun sesuai porsi kebutuhan, tetapi jangan melupakan agama.

Untuk bergaul di masyarakat, remaja harus mampu menempatkan dirinya. Seperti memikirkan di mana harus berada, pada siapa harus berteman, harus menjadi siapa, harus menjadi apa, bagaimana harus bersikap, serta bagaimana harus berbuat.

“Hidupmu pilihanmu, setiap pilihan pasti ada risikonya. Jangan takut dibilang orang asing, buktikanlah bahwa kamu dapat bermanfaat dan berguna bagi orang lain,” tutup Budi. (AKN)

Generasi Unggulan Harus Dimunculkan

“Indonesia sudah masuk dalam wilayah darurat narkoba. Dilihat dari penyebaran dan jumlah korban, generasi muda menjadi sasaran empuk, baik sebagai pengedar maupun pemakai. Stres, galau, berbagai persoalan, gaya hidup, pergaulan, lemahnya pendidikan agama, dan keluarga  yang tidak harmonis, dapat menjadi penyebab generasi muda terjerumus dalam lingkaran narkoba. Generasi muda harus mengenal narkoba dalam rangka untuk menjauhinya,” ungkap Gatot Sugiarto saat mengisi Penyuluhan Hukum yang diselenggarakan Fakultas Hukum Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta bekerja sama dengan Muhammadiyah Boarding School (MBS) Prambanan, Yogyakarata, Jum’at (10/4/2015) lalu.

Selain narkoba, ancaman negeri ini adalah sikap korup. Menurut Dosen Hukum UAD, Mufti Khakim, kekayaan alam yang berlimpah dan sumber daya alam yang banyak, tidak menjamin suatu negara menjadi sejahtera, makmur, serta tenteram. Pembangunan yang tidak merata, kemiskinan, kelaparan, dan kesengsaraan dalam negara dapat terjadi karena perilaku korupsi oleh para pejabat dan penyelenggara negara.

“Generasi anti korupsi harus dimunculkan sebanyak mungkin karena generasi muda inilah harapan yang nantinya akan memegang tampuk pimpinan bangsa. Kesadaran keberagamaan dan pembentukan akhlak yang baik menjadi alat efektif untuk menangkal menjalarnya penyakit korup.  Negeri ini bisa hancur karena perilaku tersebut. Perampokan uang oleh para pejabat dengan cara korupsi bisa mengakibatkan rusaknya seluruh tatanan nilai luhur bangsa Indonesia. Generasi muda harus menyatakan perang terhadap perilaku korupsi!” ujar Mufti dalam presentasinya.

Norma Sari menambahkan dalam ranah yang berbeda, yakni media sosial. Generasi muda tidak dapat dilepaskan dari kemajuan teknologi, terutama alat komunikasi. Sekarang, masing-masing individu terhubung dan bisa melakukan komunikasi dengan bebas layaknya dalam dunia nyata melalui media sosial. Facebook, Twitter, WhatsApp, dan lainnya menjadi sarana yang sedang tren untuk mengungkapkan isi hati, foto narsis, mengabarkan segala situasi, kegalauan, dalam dunia yang tak terbatas, dan bisa dibaca oleh ribuan orang. Terkadang, mereka tidak sadar bahwa media sosial adalah wilayah publik, bukan wilayah privat.

“Penggunaan media sosial tetap dibatasi oleh norma-norma hukum yang berlaku, seperti Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, KUHP, dan lain-lain. Namun, kadang pengguna tidak sadar bahwa ia sudah melakukan pelanggaran hukum. Akibatnya, ia dapat bermasalah dengan hukum, didenda, bahkan penjara. Oleh karena itu, generasi muda harus mengenal negatif dan positifnya menggunakan media sosial,” tandasnya.

Tentunya, generasi muda yang bebas dari narkoba, tidak melakukan korupsi, dan dapat memanfaatkan media sosial sesuai kegunaan, dapat memunculkan pemimpin-pemimpin hebat negara Indonesia masa depan.

Penting, Pembekalan Hukum Positif untuk Siswa

Ustadz Muhammad Nashirul Ahsan, Lc. selaku Direktur Muhammadiyah Boarding School (MBS) Prambanan, Yogyakarta, menyambut baik kerja sama dari Fakultas Hukum Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada Jum’at (10/4/2015) lalu.

Menurutnya,  pembekalan pengetahuan tentang pengenalan hukum sangat dibutuhkan para santri, baik saat mereka masih belajar maupun saat terjun di masyarakat. Program pembentukan kader santri sadar hukum juga merupakan nilai plus bagi santri MBS.

Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Hukum UAD, Rahmat Muhajir Nugroho, SH., MH., menyampaikan, kerja sama dimaksudkan dalam rangka pengabdian masyarakat Dosen Fakultas Hukum. Santri MBS sebagai salah satu generasi muda calon pemimpin bangsa memiliki kekhasan, yaitu tingkat kepahaman agama yang lebih dibandingkan generasi muda yang lain.

“Pengetahuan agama akan lebih lengkap bila dibarengi dengan kepahaman tentang hukum positif di Indonesia. Oleh karena itu, kerja sama ini sangat strategis. Beberapa program yang akan dilakukan bersama MBS adalah penyuluhan hukum, seminar, kuliah umum, dan pembentukan kader generasi muda sadar hukum,” ujar Rahmat.

Acara yang berlangsung di Masjid Utama MBS tersebut disambut baik oleh pihak berbagai pihak.

Selain penandatanganan  kerja sama, pada waktu yang sama juga dilakukan penyuluhan hukum dengan mengambil tema “Sadar Narkoba”, “Membangun Generasi Anti Korupsi” dan “Dampak Media Sosial”.

Materi tentang “Sadar Narkoba” disampaikan oleh Gatot Sugiarto, S.H., M.H., “Membangun Generasi Anti Korupsi” oleh Mufti Khakim., S.H., M.H., dan “Mengenal Dampak Media Sosial”  oleh Norma Sari, S.H., M.H., dengan moderator Hj. Megawati., S.H., M.Hum.

 

Kembangkan Kosmetik dengan Daun Teh Hijau

Menurut Dr. Nining Sugihartini, M.Si., Apt., teh hijau merupakan salah satu jenis teh yang diperoleh dengan cara pengukusan atau pemanasan suhu tinggi pucuk daun teh. Proses ini mencegah terjadinya oksidasi polifenol oleh enzim oksidase sehingga kandungan dalam teh hijau paling tinggi dibandingkan dengan jenis teh lainnya, yaitu teh olong dan teh hitam.

Lebih lanjut ia menjelaskan, kandungan polifenol epigalokatekin galat diidentifikasi sebagai zat yang bertanggung jawab terhadap khasiat teh hijau sebagai antioksidan dan antiinflamasi. Antioksidan adalah senyawa yang dapat mengatasi efek radikal bebas. Akibat radikal bebas adalah kerusakan sel di permukaan kulit sehingga menjadi cepat menua. Oleh karena itu, penggunaan teh hijau diharapkan dapat menjaga keindahan dan kesehatan kulit.

“Selain untuk mengatasi radikal bebas, teh hijau juga berkhasiat sebagai antiinflamasi, yakni senyawa yang dapat mengatasi peradangan akibat berbagai macam gangguan dalam tubuh atau kulit. Salah satunya adalah peradangan kulit karena jerawat,” terang Nining dalam rilisnya yang dipersiapkan untuk “Langkah Pakar” di AdiTv.

Dosen sekaligus Wakil Dekan Farmasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) ini menjelaskan, berdasarkan khasiat teh hijau, diperlukan suatu upaya untuk membuatnya dalam bentuk sediaan yang aman dan nyaman digunakan oleh konsumen. Misalnya krim. Keuntungan bentuk ini adalah nyaman digunakan karena sebagian komposisinya yang bersifat larut air dan lemak, sekaligus dapat mempertahankan kelembaban kulit.

Sebuah sediaan dikatakan baik jika stabil, baik secara fisik maupun secara kimia. Epigalokatekin galat dalam ekstrak teh hijau mudah rusak karena peristiwa oksidasi. Oleh karena itu, penelitian dilanjutkan dengan upaya peningkatan stabilitas dengan penambahan antioksidan lainnya. Antioksidan yang paling baik meningkatkan stabilitas kimia tersebut adalah Vitamin C konsentrasi 1%. Keuntungan lain dari penggunaan Vitamin C karena baik untuk kesehatan kulit sehingga penambahan dalam formulasi krim ekstrak teh hijau ini memberikan banyak manfaat.

Saat ini, penelitian terkait pengembangan sediaan teh hijau diarahkan pada penggunaannya sebagai tabir surya dan pelembab kulit. Potensi sebagai tabir surya dievaluasi dengan penetapan nilai Sun Protection Factor (SPF) dan penetapan kadar air dalam kulit relawan. Inovasi lainnya juga dilakukan dengan memformulasikannya dengan bahan alami lain, seperti ekstrak lidah buaya yang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan melembabkan kulit.

Pada akhirnya, penelitian ini diharapkan akan dapat dikolaborasikan dengan pihak industri melalui mekanisme hibah yang dikeluarkan oleh pemerintah sehingga hasil penelitian dapat diproduksi dan dimanfaatkan langsung oleh masyarakat.        

Mengolah Limbah Sekam Padi dengan Alat Cetak Briket Bioarang

Pada proses penggilingan padi, sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan. Kadar sekam adalah 20-30% dari bobot gabah yang digiling, dedak/abu 15 %, dan beras giling 50-53,5 % (Hambali dkk, 2007).

Sekam padi kebanyakan dibuang atau dibakar. Hal ini karena para petani belum mampu memanfaatkannya. Kesadaran yang masih minim, pengetahuan, dan keterampilan untuk mengolah menjadi penyebab utama. Akibatnya, pencemaran lingkungan karena sekam padi tidak dapat terelakkan.

“Hanya sedikit petani yang memanfaatkan sekam padi. Biasanya digunakan untuk membakar bata merah, alas kandang ayam, abu gosok, membuat tungku, dan lain-lain. Pemanfaatan itu dinilai kurang maksimal,” terang Fatwa Tentama, S.Psi., M.Si.

Menurutnya, masyarakat petani dapat memanfaatkan dan mengolah sekam menjadi produk sehingga mengurangi dampak dari limbah tersebut. Di antaranya menjadi briket bioarang, media tanam, dan pupuk organik. Mereka juga bisa membuat bahan bakar (bioenergi) untuk keperluan petani, penghematan bahan bakar fosil, dan potensi penguatan perekonomian petani.

“Pemanfaatan limbah akan meminimalisasi pencemaran sekam padi di lingkungan persawahan atau saluran irigasi dan mencegah pencemaran udara karena pembakaran dilakukan di area persawahan maupun penggilingan beras. Briket bioarang yang dihasilkan memiliki kelebihan, yaitu sangat baik digunakan untuk bahan bakar yang merata dan stabil,” ungkap Surahma Asti Mulasari, S.Si., M.Kes.

Menurut Surahma, briket bioarang sekam padi menjadi bioenergi aternatif merupakan pilihan masyarakat. Selain sebagai sumber energi, abu hasil pembakaran briket dapat digunakan untuk abu gosok. Pembakaran briket biorang tidak menghasilkan emisi gas beracun seperti NOx dan SOx yang dihasilkan pada pembakaran briket batu bara. Keuntungan lain adalah tersedia bahan bakar (bioenergi) untuk keperluan petani, penghematan bahan bakar fosil, dan potensi penguatan perekonomian petani.

            Terdapat prosedur kerja pembuatan briket bioarang sebagai bioenergi alternatif yang mengacu pada buku IbM Pedesaan (Tentama dkk., 2014). Alat dan bahan untuk membuat adalah media tanam dan pupuk organik. Beberapa peralatan dan bahan yang dibutuhkan, yaitu drum tertutup, kompor, korek api, panci, penumbuk (lumpang dan alu), limbah sekam padi, air, dan kanji

Cara kerjanya cukup mudah. Untuk pembuatan lem kanji, panaskan air 500 ml hingga hangat, tuangkan kanji ke dalam panci dan aduk terus hingga mengental seperti lem. Untuk pembakaran sampah secara pirolasi, masukan limbah sekam padi kurang lebih ketinggian 10 cm dan dasar drum, kemudian dibakar, diaduk agar pembakaran merata, dan terbentuk bara api. Tutup drum untuk mengurangi oksigen yang masuk supaya yang terbakar tidak menjadi abu. Bila dirasa cukup, hentikan pembakaran dan diamkan beberapa waktu agar proses pembakaran sempurna.

Selanjutnya, buat briket bioarang. Caranya, tuang hasil pembakaran dalam tempat penumbuk, tumbuk sampai halus, kemudian beri campuran lem dan dicampur menggunakan tangan. Cetak adonan hasil pembuatan briket, keringkan.

Arang sekam padi juga dapat dimanfaatkan. Arang yang dihasilkan dari proses pirolisis dihancurkan, lalu campurkan dengan pupuk kandang untuk media tanam. Manfaatnya, padi yang dihasilkan berkualitas unggul, dari segi ekonomis harga jual padi organik lebih tinggi daripada padi yang ditanam dengan pupuk kimia, biaya yang dikeluarkan jauh lebih sedikit sehingga keuntungan menjadi bertambah, dan kualitas tanah senantiasa terjaga (Riofrans, 2013).

Melalui Surahma Asti Mulasari dan Fatwa Tentama, UAD telah mematenkan Desain Industri Alat Cetak Briket Bioarang ke dalam Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Alat cetak didesain untuk menghemat waktu dan tenaga. Bagian cetakan dilengkapi dengan pegangan untuk mempermudah proses mencetak.

Surahma menuturkan, alat cetak briket bioarang tersebut diciptakan untuk industri kecil atau rumah tangga. Keunggulan dan perbedaan dengan alat cetak briket yang lain adalah lebih mudah digunakan dan bersifat portable.

Alat ini terdiri dari dua bagian, yaitu badan alat dan bagian cetakan. Alat cetak dibuat dengan menggunakan dongkrak hidrolik untuk memberikan tekanan ketika meng-press adonan briket. Selain itu, terdapat pegangan pada badan alat untuk mempermudah membawa atau memindah. Bagian cetakan didesain dengan 9 cetakan sehingga dalam sekali dioperasikan, alat ini dapat langsung menghasilkan 9 briket.

Pusat Studi Astronomi UAD Ikut Meneliti Gerhana 2016

Pusat Studi Astronomi Universitas Ahmad Dahlan (Pastron-UAD) diajak terlibat dalam penelitian gerhana matahari total 2016 oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan). Tim UAD juga hadir dalam acara Lokakarya Nasional GMT 9 Maret 2016 di Bandung, Selasa (14/42015).

Adalah Yudhiakto Pramudya, Ph.D., kepala Pastron UAD, bersama dua rekannya, Eko Nursulistyo M.Pd., S. dan Oki Mustafa, S.Pd., M.Pd.Si yang menjadi wakil UAD dalam penelitian tersebut.

Yudhiakto yang merupakan dosen S-2 Pendidikan Fisika UAD ini mengatakan, gerhana matahari sering dihubungkan dengan peristiwa yang akhirnya menimbulkan mitos. Dalam perspektif astronomi, peristiwa gerhana matahari adalah peristiwa biasa dan tidak berhubungan dengan kejadian atau mitos yang berkembang di masyarakat. Dalam penelitian 2016 nanti, yang direncanakan di Ternate, tim dari UAD akan memberikan edukasi mengenai hal tersebut.

“Harapannya masyarakat Indonesia, khususnya Ternate, dapat memahami tentang gerhana. Fenomena gerhana matahari itu dapat dijadikan momentum untuk mengenalkan sains kepada masyarakat,” ucap Yudhi saat diwawancarai, Kamis (16/4/2015).

Gerhana matahari merupakan peristiwa tertutupnya piring matahari oleh piring bulan. Saat tertutup penuh, maka disebut sebagai gerhana total. Akibatnya, langit menjadi gelap, suhu menurun, dan perilaku hewan berubah karena mengira sudah malam. Selain itu, gerhana matahari juga dapat memungkinkan terjadi perubahan pada lapisan ionosfer

“Gerhana hanya akan tertutup dalam waktu tiga menit. Nah, dalam waktu tersebut, kami akan mengamati adanya perubahan, baik suhu maupun perilaku hewan.”

Lebih lanjut Yudhi menjelaskan, “Sebenarnya melihat gerhana matahari aman, asal tahu cara mengamatinya. Tentu saja, gerhana tidak dapat diamati dengan mata telanjang secara langsung karena kuatnya sinar matahari, khususnya dari fase gerhana total yang gelap menjadi terang, bisa merusak mata. Dalam jangka panjang, bisa menimbulkan kebutaan.”

Cara aman mengamati gerhana adalah menggunakan kacamata gerhana atau melihat proyeksi sinar matahari melalui kamera lubang jarum (pin hole) yang dibuat dari kardus.

Bersama dua rekannya, Yudhi berharap hasil penelitiannya dapat memberikan edukasi kepada masyarakat, terutama menyadari bahwa gerhana matahari salah satu bukti kebesaran ciptaan Tuhan.

Selama ini, Pastron-UAD bergerak di bidang penelitian dan pendidikan astronomi. Pada 4 April 2015 lalu, tim juga mengamati peristiwa gerhana total dari kampus 4 UAD. Sebelumnya, mereka menjadi pembicara di Korea Selatan dan Italia.

Sementara menurut Yatny Yulianty dari Universe Awareness (Unawe) Indonesia, yang dimuat dalam koran cetak Kompas, Rabu, 15 April 2015 lalu mengungkapkan bahwa jalur gerhana total kali ini istimewa karena satu-satunya wilayah daratan negara yang dilintasi hanya Indonesia.

Beberapa kota yang dilintasi jalur gerhana total antara lain Mukomuko (Bengkulu), Palembang (Sumatra Selatan), Tanjung Pandan (Bangka Belitung), serta Sampit dan Palangkaraya (Kalimantan Tengah). Selain itu, Amuntai (Kalimantan Selatan), Balikpapan (Kalimantan Timur), Pasangkayu (Sulawesi Barat), Palu, Poso dan Luwuk (Sulawesi Tengah), serta Ternate, Tidore, dan Maba (Maluku Utara).