25 Desember (Hari Raya Natal)

25 Desember (Hari Raya Natal)

Lima Mahasiswa UAD KKN SD Muhammadiyah

Pada Sabtu, (9/01/2016), Kantor Urusan Internasional Universitas Ahmad Dahlan (KUI-UAD) secara resmi menerjunkan lima mahasiswa asing yang tergabung dalam program Darmasiswa (Beasiswa Pemerintah Indonesia) untuk mengikuti “Community Service Program” di SD Muhammadiyah Prambanan, Sleman. Kelima mahasiswa tersebut adalah Li Lening dari Tiongkok, Kim Soo Yeon dan Korea Selatan, Kim Jong Jin dari Korea Selatan, Adam Makeng, dan Shakir Samadamaeng dari Thailand.

Ida Puspita, M.A.Res. selaku Kepala Kantor Urusan Internasional secara resmi menyerahkan kelima mahasiswa tersebut kepada pihak sekolah yang diterima oleh Ibu Dwi Listiyaningrum selaku Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Prambanan. Mereka akan mengikuti kegiatan ini selama tiga minggu (9-30/01/2016).

Sebelum mengikuti kegiatan tersebut, Dessy Kamila Sari,S.S. (Pembimbing Lapangan) meminta mahasiswa untuk membuat proposal kegiatan yang akan dilakukan di lokasi “Community Service Program”. Kegiatan yang mereka rancang adalah kegiatan di sekolah dan di masyarakat di antaranya mengajar bahasa Inggris, bahasa Tiongkok, bahasa Korea, dan bahasa Thailand; mengajar origami; mengajar kesenian; dan memasak.

Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan tahunan yang harus diikuti oleh mahasiswa asing yang tergabung dalam Darmasiswa. Dengan adanya kegiatan ini, UAD berharap Darmasiswa tidak hanya belajar bahasa dan budaya Indonesia di dalam kelas, tetapi juga bisa secara langsung merasakan kehidupan nyata masyarakat pedesaan di Indonesia, khususnya Yogyakarta, dan belajar-mengajar di sekolah.

“Kami sangat bahagia dengan kerja sama antara UAD dan SD Muhammadiyah Prambanan yang sudah lama terjalin ini. Kami berharap kami bisa terus dipercaya untuk menjadi tempat KKN. Program ini sangat bermanfaat bagi anak-anak kami, bertemu dengan orang asing membuat anak-anak berpikir lebih terbuka. Selain itu, bisa membangkitkan semangat anak-anak untuk belajar bahasa asing. Akan lebih bersyukur lagi jika suatu saat mereka bisa berkunjung ke negara asal mahasiswa tersebut,” ungkap Dwi Listyaningrum.

Ida Puspita mengungkapkan, “Program pengabdian masyarakat untuk mahasiswa asing ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak sekolah, masyarakat, dan UAD. Kegiatan ini akan dilakukan  tidak hanya di sekolah mitra UAD, tapi juga di sekolah Muhammadiyah lainnya agar dapat merasakan manfaat yang sama.”

UMP Studi Banding ke Biskom UAD

Biro Sistem Informasi dan Komunikasi (BISKOM) sambut tim Informasi Teknologi (IT) Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) di ruang sidang rektorat kampus 1, Kamis, (7/1/2016). Ada enam orang yang melakukan studi banding di UAD. Mereka, tim IT UMP, berharap kepada Biskom UAD untuk membantu UMP dalam hal informasi dan sarana prasarana.

“Kami berharap pihak UAD memberikan informasi yang dibutuhkan kami untuk lebih berkembang lagi,” kata Imam, kepala BAU sekaligus menjadi kepala rombongan.

“Secara emosional, saya dengan UMP sudah lama melakukan kerja sama, dulu sempat menjadi dosen di UMP dan mendirikan laboratorium di sana,” ungkap Wakil Rektor 1, Dr. Muchlas, M.T. dalam sambutannya.

“Kami UAD sangat terbuka. Segala informasi yang dibutuhkan, nanti akan kami berikan,” imbuhnya.

Tawar, S.Si., M.Kom., kepala Biskom berharap pertemuan tersebut tidak hanya berjalan satu arah. Selain itu, semoga pihak UMP bisa memberikan masukan kepada Biskom jika ada yang kurang.

Tercatat, terdapat delapan item yang diharapkan dibagi Biskom ke tim IT, salah satunya adalah, cara organisasi Biskom UAD, webometrics, dan yang lainnya.

Faktor Luar yang Menjauhkan Manusia dengan Tuhan

“Ada tiga faktor eksternal yang menjauhkan kita dengan Tuhan,” kata ustadz Agus Budiantoro saat mengisi pengajian rutin di masjid kampus I Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Jum’at (8/1/206).

“Yang pertama,” kata ustadz Agus, “adalah orang kafir dan munafik. Mereka tidak pernah puas hati untuk terus menggoda dan menggoda agar mereka (muslim) mengikuti orang-orang munafik. Target mereka adalah agar orang-orang muslim cerai-berai. Mereka tidak lagi menggunakan cara terang-terangan, tapi cenderung sembunyi-sembunyi. Mereka menggunakan cara dengan memisahkan para muslim dengan saudara dan tuntunannya. Karena itu, kita harus peka dan waspada.”

Yang ke dua, para pelaku kemaksiatan dan kemungkaran. “Kita tidak boleh menutup mata kalau ada kemaksiatan dan kemungkaran, terlebih jika ada anak kecil yang belum bisa memfilter antara yang baik dan buruk. Bahaya jika ada anak kecil melihat kemaksiatan. Kelak kalau sudah dewa anak itu akan menganggap hal tabu tidak tabu lagi. Dan, sekarang sudah banyak terjadi di antara kita,” terang Agus.

Yang ke tiga adalah setan. Setan mampu melihat titik-titik kelemahan manusia, seperti rasa takut. Setan suka dengan orang yang pemarah. Marah akan merangsang munculnya hormon adrenalin (hormon penyakit). Hormon itu akan merangsang keluarnya setan.

“Banyak masyarakat merasa takut dan akhirnya percaya dengan takhayul, seperti jika ada tanda gelas jatuh yang diyakini sebagai ‘tanda-tanda buruk’. Seperti itulah kalau setan menguasai kita dalam ketakutan.”

Lalu, bagaimana cara mujahadah yang tepat agar terhindar dari godaan yang menjauhkan kita dengan Allah Swt.?

Jadilah muslim yang sebenar-benarnya muslim. Sebenar-benarnya muslim itu adalah mencontoh Nabi Muhammad Saw.

Penulis Harus Sensitif

“Sastra di sekolah maupun Perguruan Tinggi hanya diajar tentang teori saja, dan teori yang diajarkan itu-itu saja. Itulah salah satu kenapa Indonesia kekurangan kritikus. Dunia menulis puisi dan cerpen menuliskan keadaan dan harus merespons sekitar. Kenapa penulis harus sensitif. Kalau penulis tidak menyentuh sama sekali dengan lingkungan sekitar, bagaimana tulisannya bisa bagus,” kata Sule Subaweh dalam acara diskusi sastra yang mengangkat tema “Menulis, Membaca Tanda, Menyusuri Imajinasi” di hall kampus II UAD Senin (28/12/2015)

Acara yang diadakan oleh Program Studi Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan (UAD) bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia (HMPS Sastra Indonesia) ini mengangkat tema “Menakar Tahun Menghitung Tanda-Tanda”. Selain Sule Subaweh, ada juga Iqbal H Saputra sebagai pemantik.

Banyak yang berpartisipasi dalam acara tersebut, salah satunya Mohammad Ali Tsabit. Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga ini mengungkapkan bahwa selain kuantitas ternyata kualitas di prodi Sastra Indonesia juga semakin berkembang. “Yang jelas ada perkembangan, karena di tahun-tahun sebelumnya, tidak pernah ada acara seperti ini,” jelas Tsabit, mantan mahasiswa Sastra Indonesia UAD tersebut.

Acara Pesta Sastra dengan berbagai kegiatan lomba ini tidak hanya berakhir pada malam penganugerahan saja. Karya-karya puisi dan cerpen yang telah terkumpul akan ditindaklanjuti dengan membuat antologi puisi dan cerpen.

“Nantinya karya-karya mahasiswa ini akan di edit dan dipublikasikan. Nanti kita akan mengundang pakar-pakar, dan akan buatkan antologi,” jelas Ani.

“Acara seperti ini harus dilakukan secara rutin untuk memantik mahasiswa untuk mengenal sastra,” harap Sule.

 

Upaya UAD Menuju Penghijauan Islami

Tanam Pohon Qurani.

Pada Milad ke-55 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) ini, dalam rangkaian acara family gathering, diadakan penanaman ketiga jenis pohon. Yaitu pohon tin (1 pohon), pohon waja (3 pohon) dan pohon zaitun (1 pohon). Penanaman pohon dilakukan seusai jalan sehat. Ketiga jenis pohon tersebut akan ditanam di lima titik oleh Rektor UAD Dr. Kasiyarno. M.Hum. beserta jajarannya.

“5 pohon tersebut merupakan pohon yang disebutkan di dalam al-Quran,” terang Listi Budhi Utami, seksi ilmiah di Milad UAD saat ditemui di ruang transit Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Minggu (3/1/2015).

Listi menjelaskan, penanaman pohon qurani tersebut bertujuan untuk memperkenalkan tanaman-tanaman yang disebutkan dalam al-Quran.

Pohon-pohon qurani tersebut diperoleh dari sumbangan spontanitas keluarga besar dosen FMIPA dan FTDI yang menjadi host Milad ke-55 UAD tahun ini. Selain mewujudkan konsep unik penanaman pohon, dari pihak Prodi Biologi juga menyumbangkan beberapa jenis tanaman sebagai door prize yang kemudian dapat dibawa pulang oleh peserta dan ditanam di rumah.

“Kami ingin mewujudkan kampus IV yang islami, nyaman, dan membuat atmosfer akademiknya menjadi barometer di Yogyakarta,” tutur Listi, Kaprodi Pendidikan Biologi tersebut.

Tujuan pelaksanaan acara penanaman ini tentu sebagai langkah untuk menyongsong kampus UAD yang hijau, aman, dan nyaman.

UAD melalui unit finansial dan aset sebenarnya telah menyediakan lahan khusus untuk penanaman tanaman langka sebagai upaya mewujudkan kampus hijau. Tetapi, karena kondisi kampus yang masih dalam tahap pembangunan maka penanaman tanaman langka tersebut belum bisa dilaksanakan. Dalam perencanaannya, tanaman langka yang akan ditanam adalah tanaman-tanaman eksotik asli Indonesia, khususnya Yogyakarta yang hampir punah dan sudah dalam status dilindungi. Seperti tanaman kepel (khas keraton), sawo bludru,  dan sawo kecik.

Dengan berbagai upaya itu, segenap panitia berharap kampus IV bisa menjadi pusat studi yang bergengsi dengan kenyamanan untuk warga UAD, dan memberikan sumbangsih yang baik untuk lingkungan sekitar.

Selain penanaman pohon qurani, pada kesempatan tersebut juga ada pelepasan merpati dan balon berhadiah. Bagi yang menemukan balon berhadiah tersebut akan mendapatkan uang dari UAD.

 

Mengakar Kembali Pada Tradisi dan Budaya

Pergelaran wayang kulit yang diadakan di halaman kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD) merupakan acara tasyakuran memperingati Milad ke-55 UAD.

Acara yang digelar pada Sabtu, (26/12/2015), ini mengangkat lakon “Bangun Pura Kencana”.

Bangun berarti membangun, Pura berarti bangunan, dan Kencana berarti emas. Jika diartikan maka membangun bangunan yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Dalam lingkup khusus, harapannya setelah dibangun kampus IV akan menjadi kampus emas yang bisa dibanggakan oleh UAD,” ujar Dr. Kasiyarno M. Hum. selaku Rektor UAD.

Pembangunan dan perkembangan kampus-kampus UAD diharapkan diikuti juga dengan perkembangan intelektualitas dari mahasiswanya.

Penataan panggung dan kursi penonton sengaja dikonsep depan panggung khusus masyarakat umum, dan di sebelah panggung untuk pejabat kampus. Hal ini dilakukan karena acara ini bukan hanya milik UAD, tetapi juga masyarakat umum.

“Dalang Ki Seno Nugoho sudah tiga kali mengisi acara wayangan di UAD. Dalang kondang ini merupakan dalang internasional dan sudah berkeliling di Suriname, Belanda, dan Australia. Kapasitasnya tidak perlu diragukan lagi,” lanjutnya saat mengisi sambutan sebelum acara dimulai.

Tamu-tamu undangan dari luar negeri juga datang, seperti dari Malaysia dan Australia.

Aryo Hall salah satu penonton yang berasal dari Australia mengatakan sangat senang dengan adanya acara wayangan.

“Saya sangat suka dengan budaya Indonesia, seperti wayang dan karawitan. Tetapi saya lebih suka terhadap karawitan, karena dasar musiknya berbeda dengan musik modern,” ujar mahasiswa ISI ini.

Ia mendapat informasi adanya acara wayang ini dari ayahnya, Aaron Hall, karena ayahnya juga salah satu pecinta wayang dari Australia.

“Ketika mempelajari karawitan, saya harus benar-benar mendengarkan semua instrumen musik dan harus bisa menyatu dengan alat musik yang lain. Saya berharap acara wayangan di UAD ini bisa menjadi contoh untuk masyarakat luas, bahwa budaya asli harus terus dilestarikan,” imbuh pria berumur 19 tahun ini.

Cipto selaku penonton dari Banguntapan, Bantul mengatakan bahwa dengan adanya acara wayangan ini, UAD bisa terus menjadi kampus yang maju dalam pembangunan gedung dan pendidikan mahasiswanya.

“Cerita wayang itu kan merupakan penggambaran perilaku manusia. Jadi dengan menonton wayang saya banyak belajar tentang kehidupan. Saya sudah menyukai wayang sejak usia 10 tahun,” timpal penonton lainnya, Suharyanto.

Ia mendapatkan informasi adanya acara wayang dari tetangganya yang merupakan karyawan UAD. Ia juga berharap ke depan UAD semakin berkualitas dan sering menyelenggarakan acara kebudayaan.

Hal senada juga dikatakan oleh Eko yang merupakan penjual wayang dari Imogiri. Menurutnya, setiap tokoh dalam wayang menggambarkan watak manusia yang berbeda-beda, ada yang baik dan ada yang jahat. Ia berharap acara budaya semacam ini terus dilestarikan, agar budaya asli Indonesia tidak punah dan membantu pengrajin wayang.

Acara yang dihadiri ratusan orang tersebut membuktikan antusias masyarakat terhadap kesenian wayang masih cukup tinggi. (Ard)

UAD Sejahterakan Dosen & Karyawan

Terhitung sejak 2015, UAD dengan segala upaya selalu berusaha meningkatkan kesejahteraan dosen dan karyawan. Salah satu upaya nyata dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah dengan pemberian jaminan kesehatan untuk seluruh warga UAD. Jaminan kesehatan ini diberikan atas kerja sama dengan Badan Penyedia Jaminan Sosial (BPJS). Semua warga UAD baik dosen maupun karyawan, terdaftar dalam BPJS kelas 1. Selain itu, UAD juga bekerja sama dengan Aksa Mandiri untuk penjaminan 33 penyakit kronis, serta jaminan asuransi kesehatan ini gratis.

Upaya peningkatan kesejahteraan tersebut tidak hanya berhenti sampai di situ. Setiap tahun, UAD telah berkomitmen untuk memberangkatkan karyawan dan dosen ke tanah suci. Tahun 2014 lalu, setidaknya ada 36 karyawan yang berangkat untuk menunaikan ibadah umrah. Dan tahun selanjutnya, giliran 35 dosen yang berangkat.

Upaya lainnya adalah dengan memberikan penghargaan masa kerja dosen dan karyawan. Untuk karyawan, penghargaan ini diberikan setelah 15 tahun masa kerja senilai satu kali gaji pokok. Sedangkan untuk dosen adalah 20 tahun masa kerja senilai satu kali gaji pokok. Kemudian, tidak kalah pentingnya dalam upaya peningkatan kesejahteraan ini, UAD juga memberikan jaminan hari tua dengan dana pensiun Muhammadiyah yang berwujud dana pesangon sebesar sembilan kali gaji pokok. Dengan berbagai upaya ini, diharapkan dosen dan karyawan dapat merasa aman dan nyaman untuk mengabdi pada UAD. (dev)

Celebrating Our Similarities, Embracing Our Differences

 

Kantor Urusan Internasional UAD (KUI UAD) dengan bangga menyelenggarakan The 6th International Day pada (5/1/2016). Kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan. Pada tahun ini, tema yang diangkat adalah “Celebrating Our Similarities, Embracing Our Differences”.

Tema ini diangkat menjadi tema pada the 6th International Day dengan alasan jumlah mahasiswa asing yang belajar di UAD semakin meningkat. Selain itu, negara asal mahasiswa internasional tersebut pun semakin bervariasi. Di antaranya adalah mahasiswa Tiongkok (UAD sering disebut memiliki jumlah mahasiswa Tiongkok terbanyak di Yogyakarta), Thailand, Malaysia, Korea Selatan, Timor Leste, Yaman, Ukraina, dan lain-lain.

Pada kesempatan ini, KUI UAD ingin menyatukan mereka lewat cita rasa masakan, juga penampilan seni dan budaya.

Dalam kegiatan lomba memasak, semua mahasiswa internasional dan mahasiswa lokal dirangkul untuk memasak masakan Indonesia dengan bahan dasar tahu dan tempe, yang merupakan makanan yang sangat populer di Indonesia.

Setelah itu, semua peserta boleh memamerkan keanekaragaman kuliner dari negara mereka masing-masing lewat festival kuliner. Perbedaan cita rasa dan bahan dasar tidak menjadi masalah. Yang terpenting adalah semua peserta bisa mengajak para pengunjung untuk mencicipi masakan internasional yang ada di booth mereka. Dalam kegiatan tersebut diharapkan mahasiswa bisa saling diskusi sehingga ada pertukaran budaya antara mahasiswa lokal dan internasional.

Selanjutnya, mahasiswa asing juga mengenalkan budaya mereka lewat tarian, musik, dan nyanyian. Sebagai penutup, dipilih pemenang untuk lomba memasak dengan bahan baku tahu dan tempe, peserta terbaik dalam hiasan booth, team work terbaik, dan peserta terfavorit.

Ida Puspita, M.A.Res. selaku kepala KUI UAD mengungkapkan, “Internasional Day di UAD tahun ini juga mengundang beberapa universitas di Yogyakarta yang memiliki mahasiswa asing untuk berpartisipasi sebagai peserta dan juga tamu undangan. Dengan ini diharapkan mahasiswa asing di Yogyakarta bisa saling membaur dan sekaligus memperkenalkan UAD kepada mahasiswa asing yang ada di Yogyakarta.”