UAD Lepas 140 Mahasiswa Asing

Sabtu, (6/6/2015), Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menyelenggarakan Program Pembekalan Mahasiswa Asing Tahun Akademik 2014/2015 bertempat di auditorium kampus 1. Acara ini dihadiri oleh pejabat struktural UAD, dosen, dan sekitar 200 mahasiswa perwakilan BEM serta HMPS. Program Pembekalan Mahasiswa Asing tahun ini mengambil tema “Bringing Indonesian Fairy Tale Alive” dan menampilkan pertunjukan inti berupa drama “Ande-Ande Lumut” yang merupakan dongeng asli Indonesia.

Ida Puspita, M.A., Res., kepala kantor urusan internasional melaporkan bahwa selama tahun akademik 2014/2015, UAD memiliki 207 mahasiswa asing yang berasal dari Tiongkok, Thailand, Vietnam, Ukraina, India, Filipina, Malaysia, Mesir, dan Timor Leste. Mereka belajar di UAD dengan berbagai macam program, seperti Darmasiswa, AIMS (ASEAN International Mobility Students), Joint Degree 2+2, Credit Transfer System 3+1,  BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing), Beasiswa Muhammadiyah, Beasiswa Unggulan Mindanao, dan mahasiswa regular.

Sekitar 140 mahasiswa asing UAD akan menyelesaikan program belajarnya akhir tahun ajaran ini, dan pulang ke negara masing-masing. Namun demikian, sejauh ini sudah lebih dari 80 mahasiswa asing yang telah terdaftar untuk tahun ajaran baru 2015/2016.

Dr. Abdul Fadlil, M.T. selaku Wakil Rektor III UAD menyambut dan membuka acara tersebut secara resmi. Ia berharap mahasiswa asing yang telah belajar di UAD merasa senang dan pulang ke negaranya masing-masing dengan membawa segudang pengalaman untuk diceritakan kepada keluarga, saudara, dan teman-temannya.

Sementara itu, Chen Yumei (Lestari), salah satu mahasiswa asing dari Tiongkok yang mewakili mahasiswa asing lainnya mengungkapkan terima kasih yang mendalam kepada UAD yang telah memberikan pengalaman yang luar biasa selama belajar di Indonesia.

Dalam program pembekalan ini, mahasiswa asing juga menampilkan berbagai pertunjukan budaya. Seperti menyanyikan lagu nasional Indonesia dan lagu daerah, menari tradisional seperti tari Piring dan tari Enggang, drama, memainkan alat musik tradisional seperti angklung, serta masih banyak lainnya. (DocKUI)

Mahasiswa UAD Belajar Langsung dengan Kedaulatan Rakyat

Untuk melengkapi materi perkuliahan, mahasiswa semester IV (Kelas B) Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) mengadakan kunjungan ke Redaksi Kedaulatan Rakyat (KR), Selasa (26/05/2015) sore. Rombongan diterima Wakil Pemimpin Redaksi Ahmad Luthfie.

Pada kesempatan tersebut, 20 mahasiswa UAD ikut menyaksikan proses penyiapan penerbitan koran, mulai pembuatan berita oleh para reporter, editing oleh redaktur, pembuatan grafis ilustrasi, sampai proses layout dan pembuatan plate. Selain itu, mereka juga bertanya banyak hal dengan para wartawan dan redaktur di sela kerja.

Niken, salah satu peserta kunjungan mengatakan, “Banyak hal yang kami dapatkan di sana. Terutama ilmu dalam dunia jurnalistik, mulai dari proses pencarian berita, entri data, editing, sampai pada tahap cetak.”

“Dengan melihat langsung, kami lebih banyak tahu tentang dunia jurnalistik, tidak hanya teori di kelas saja. Selain itu, lebih real tidak cuma ada di angan-angan. Biar ada pengalaman, wawasan luas, juga tidak jenuh. Dengan langsung dan keluar, saya rasa ilmunya akan lebih terserap daripada hanya pembelajaran di kelas,” tambah Niken.

Acara ini berlanjut pada (4/6/2015). Para mahasiswa menambah pengetahuan dengan berkunjung ke Percetakan KR di Kalitirto Berbah, Sleman. 

 

Fenomena Gerhana Matahari Total

 

“Saat itu, masyarakat cenderung berada dalam nuansa ketakutan ketimbang berhati-hati dalam melakukan observasi. Padahal, fenomena gerhana matahari total jarang bisa diamati pada suatu tempat. Sekitar 360 tahun, hal tersebut akan berulang di titik yang sama di permukaan bumi. Sungguh fenomena yang sangat sayang untuk dilewatkan,” kata Prof. Dr. Bambang Hidayat dari Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) saat memberikan Kuliah Umum Astronomi pada Minggu (31/5/2015) di auditorium utama kampus III Universitas Ahmad Dahlan (UAD).

Pada (9/3/2016), gerhana matahari total akan melewati sejumlah daerah dalam lintasan di Indonesia, yakni membentang dari Bengkulu sampai Maluku Utara. Oleh karena itu, menurut Bambang, perlu sosialisasi pengetahuan tentang gerhana matahari total dan cara mengamati gerhana yang aman. Ini terus dilakukan di banyak tempat.

Meskipun Yogyakarta hanya dilewati oleh gerhana matahari sebagian, Bambang berharap UAD mensosialisasi terkait hal ini. “Di UAD sangat mendukung karena ada Program Studi Pendidikan Fisika dan Magister Pendidikan Fisika yang merupakan pencetak guru dan dosen, yang nantinya akan mengajar di sejumlah daerah di Indonesia,” ujarnya.

Hingga saat ini, Bambang tercatat telah melakukan serangkaian penelitian gerhana matahari total, termasuk saat peristiwa itu melewati kota Yogyakarta tahun 1983. Menurutnya, banyak yang bisa dilakukan penelitian pada saat gerhana matahari total. Di antaranya adalah penelitian tentang Baily’s Bead (mutiara Baily), studi perubahan lapisan ionosfer, dan perubahan perilaku hewan serta tumbuhan pada saat terjadi kegelapan sementara di pagi hari.

Bidang pariwisata pun menggunakan kesempatan ini untuk mempromosikan tempat yang bagus untuk pengamatan dan fotografi dengan latar belakang yang unik di suatu daerah. Termasuk cara kearifan lokal dalam menyambut fenomena gerhana matahari total. Perlu penelitian dan kerja sama lintas disiplin ilmu sehingga fenomena ini dapat dioptimalkan kemanfaatannya untuk masyarakat secara umum dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Selain Bambang, pada kuliah umum tersebut hadir Dr. David Dunham dari International Occultation Timing Association (IOTA). Ia sangat antusias untuk membagi ilmunya meskipun sudah berada di Australia. David berharap komunitas peneliti dan penggemar astronomi Indonesia mampu berperan aktif dalam penelitian okultasi ini. Sebab, alat yang digunakan tidak mahal dan sejumlah astronom yang terlibat dalam pengambilan data bulan Mei lalu sudah berpengalaman dalam menggunakan alat tersebut.

Mereka juga berharap UAD dapat mengembangkan pendidikan Indonesia dengan banyaknya sumber daya manusia Indonesia yang andal, termasuk di bidang astronomi. Salah satunya dengan mengembangkan riset observasi dan edukasi, rencana pembangunan Observatorium di kampus IV, serta observasi gerhana matahari total di Ternate.

 

 

Tim UAD Juara Umum dan Juara Favorit

Tim mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta berhasil menjadi juara umum Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas) Muhammadiyah 2015 di Cirebon. Mahasiswa UAD mampu memboyong 2 medali emas, 2 perak, dan 1 perunggu.

Wakil Rektor bidang kemahasiswaan UAD, Abdul Fadlil mengatakan bahwa pihaknya mengirim 11 kontingen di ajang tersebut. Enam di antaranya berhasil mendapat juara dengan lima medali dan satu juara harapan I. “Kami berhasil mempertahankan gelar sebagai juara umum. Pada 2012 lalu di Makassar, kami juga memperoleh juara umum,” katanya di kampus UAD, Jum’at (5/6/2015).

Menurutnya, dalam Peksiminas Muhammadiyah tersebut, terdapat 10 kejuaraan yang dikompetisikan, yaitu musikalisasi puisi, vokal grup, vokal solo, monolog, kaligrafi, desain batik, qiro’ah putra dan putri, serta baca puisi putra dan putri.

Dari kejuaraan ini, mahasiswa UAD berhasil menyabet juara di baca puisi putra meraih juara I, musikalisasi puisi juara I, monolog juara II, juara 2 vokal grup, juara 3 qiro’ah putra, dan juara harapan I baca puisi putri.

Fadlil menambahkan, pihaknya terus melakukan pembinaan secara intensif terhadap berbagai kegiatan kemahasiswaan baik bidang akademik, seni, maupun olahraga. Apalagi Peksiminas Muhammadiyah tahun ini diikuti 42 Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) se-Indonesia.  

Selain juara umum Peksiminas Muhammadiyah 2015, mahasiswa UAD juga mampu menorehkan prestasi di Open Cup Tekwondo Competition 2015 di Jakarta. Dalam kejuaraan ini, mereka memboyong 6 medali emas, 4 perak, dan 3 perunggu.

“Kami juga dinobatkan sebagai tim favorit dan juara I atlet terbaik,” ucap Imbang Rahardjo, official tim taekwondo UAD. Saat ini, tim UAD tengah mempersiapkan diri mengikuti Kejurda Taekwondo di DIY, Juni mendatang.

Radhiatul Fitri: Juara II Mawapres UAD yang Ingin Menjadi Profesor Psikologi

 

“Saya berkeinginan menjadi dosen hingga bisa menjadi prefesor di bidang psikologi,” ujar Radhiatul Fitri, peraih juara II Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) tingkat Kopertis Wilayah V DIY tahun 2015 saat ditemui di kampus I Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Sabtu, (5/6/2015).

Bergelut di dunia akademik tampaknya menjadi pilihan menarik baginya. Prestasi yang ditorehkan mahasiswa semester 8 Fakultas Psikologi ini pun sudah sangat banyak. Selain sering menjadi pembicara, anak sulung dari delapan bersaudara ini juga pernah presentasi di Taiwan, Malaysia, Singapura, dan beberapa negara tetangga lainnya.

Di sela-sela kegiatannya, perempuan berdarah Padang yang lahir 20 Maret 1993 masih sempat mengajar privat di sebuah bimbingan belajar di Yogyakarta. Ia juga menjadi asisten praktikum tes kognitif individual di Fakultas Psikologi UAD.

Fitri, begitu panggilannya, tercatat aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Psikologi UAD dan menjadi internship di Rifka Annisa Woman’s Crisis Center Yogyakarta. Dengan seabreg kegiatan tersebut, ia tetap mampu membuktikan diri sebagai mahasiswa yang berprestasi.

Saat ini, ia tengah mempersiapkan diri untuk maju seleksi Mawapres tingkat nasional yang akan dilakukan pertengahan Juni. Ia berharap dapat masuk tiga besar di ajang tersebut. “Sejak masuk kuliah, saya sudah targetkan untuk bisa menjadi Mawapres dan bisa ke luar negeri,” ujarnya.

Dua keinginan perempuan berhijab ini selama kuliah di Yogyakarta sudah terwujud. Di samping itu, ia masih berharap pada seleksi Mawapres nasional mendatang. Sehingga bisa membuka jalannya untuk memperoleh peluang beasiswa melanjutkan studi ke luar negeri.

Oleh karena itu, berbagai upaya telah ia lakukan. Salah satunya meningkatkan kemampuan komunikasi dalam bahasa Inggris. “Ini penting karena presentasi karya ilmiah di seleksi nasional menggunakan bahasa Inggris,” tutupnya.

 

Isu Milieau Masih Jarang Diangkat

 

“Dunia perfilman dan sinetron masih sarat dengan tema-tema asmara, pergaulan bebas, perebutan harta, kekerasan, perselingkuhan, gaya hidup, mistikisme, dan latahisme,” kata Sujarwa saat talk show dalam acara “Langkah Pakar” di AdiTv, Sabtu (6/6/2015). 

Menurut dosen Sastra Universitas Ahmad Dahlan (UAD) ini, kasus-kasus nyata dan serius yang dapat dipakai sebagai media edukasi bagi publik untuk pendewasaan proses berpikir masyarakat masih jarang disentuh. Misalnya masalah politik, hukum, dan ilmu pengetahuan. Hal ini terjadi bukan tanpa sebab, mengingat kondisi milieau yang ada masih sangat sensitif untuk menyikapinya, di samping faktor-faktor lain.

Milieau merupakan lingkungan atau setting yang langsung dipakai sebagai tempat terwujudnya karya sastra atau karya seni, yang dituntun oleh kebudayaan bangsa tersebut. Dalam peristiwa seni sastra, film, ataupun sinetron di Indonesia, terdapat tradisi yang menanggapi isu global sebagai semangat zaman sebatas pada gaya hidup.

Hal serupa juga terjadi dalam dunia sastra, meskipun tema-tema yang diusung selangkah lebih ke depan daripada dunia sinetron atau film. Ada indikasi terjadinya ge­sekan-gesekan budaya lokal, nasional, maupun internasional sebagai dam­pak globalisasi; ada euforia beragama yang mengedepan­kan pilihan-pilihan hidup pragmatis; ada bentuk-bentuk perilaku menyimpang dan kekerasan dalam rumah tangga maupun di masyarakat; ada kesadaran ber­keyaki­n­an bahwa hidup dan kehidupan jadi rahasia Tuhan; ada simbol budaya Indonesia mau­pun budaya asing dikolaborasikan; serta isu gender dan poligami masih jadi hal dominan dunia sastra dewasa ini.

“Meski demikian, ada hal yang menarik dari kedua hasil proses kreatif tersebut. Muncul­nya milieau dan semangat zaman yang mengedepankan profit menjadi kendala mereka dalam menuangkan kualitas ide kreatifnya. Itulah sebabnya segmen pasar yang masih terjebak pada gaya hidup jadi prioritas proses kreatif dalam berkarya,” tukasnya.

Pentingnya Keamanan Dalam Berkomunikasi

Program studi Sistem Informasi Universitas Ahmad Dahlan (SI-UAD) pada (2/6/2015) mengadakan seminar nasional untuk pertama kalinya. Tema yang diangkat sangat menarik, yaitu “Security vs Forensic”.

Seperti diketahui, keamanan dalam proses jaringan komunikasi merupakan hal yang sangat penting. Mengingat, cyber crime sedang marak terjadi di Indonesia. Menurut data statistik insiden domain go.id pada triwulan I 2015, serangan terbesar berupa web defacement disusul dengan serangan dan penyusupan malware.

Hal ini terjadi akibat kurangnya kewaspadaan dan kesadaran terhadap sistem keamanan informasi. Oleh karena itu, keamanan informasi menjadi hal yang penting dan wajib diketahui bagi pengguna teknologi informasi dan komunikasi.

Dalam sistem keamanan informasi, penanganan insiden memegang peranan penting dalam mengidentifikasi serangan digital. Menurut Digital Analysis Forensic Team (DFAT) Puslabfor Mabes Polri, barang bukti berupa digital mengalami peningkatan setiap kasus. Sebagai contoh pada tahun 2010, barang bukti digital berupa ponsel sekitar 55%, sedangkan pada tahun 2013 mencapai 89%.

Latar belakang itulah yang membuat seminar nasional diselenggarakan. Hadir sebagai pembicara adalah Abrao Ximenes dari Timor Leste yang merupakan penggiat keamanan informasi di komunitas Kali Linux Indonesia, Dedy Hariyadi yang saat ini sedang menempuh studi S-2 Forensika Digital UII, dan Dr. Imam Riadi yakni pengamat sekaligus Dosen S-I UAD.

Ketiga pembicara menyampaikan bahasan yang berbeda. Abrao menyampaikan materi tentang uji keamanan jaringan nirkabel dan solusi pengamanan jaringan nirkabel, Dedy membawakan materi forensik seluler pada ponsel bersistem operasi android dengan fokus forensik BBM, dan Imam Riadi memberikan tanggapan dan tantangan pengembangan serta riset bidang keamanan dan forensik.

Kegiatan ini disambut antusias oleh mahasiswa maupun masyarakat umum. Hal ini dapat dilihat dari jumlah peserta yang melebihi 200 orang. Selain seminar, setelah istirahat siang, acara dilanjutkan pelatihan dengan peserta terbatas sebanyak 30 orang. Pelatihan ini memberikan materi uji keamanan lanjutan oleh  Abrao dan pelatihan dasar forensik menggunakan sistem operasi Linux yang disampaikan oleh Dedy.

Dari kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa melalui pengetahuan forensic, akan membangun kewaspadaan dalam pemanfaatan teknologi informasi dan membentuk ekosistem keamanan dalam berkomunikasi.

Pelajari Astronomi dalam Kebudayaan Nusantara

Dunia astronomi terlihat sulit dijangkau karena menjadi disiplin ilmu yang hanya dipelajari oleh orang eksakta. Padahal, hal itu sangat dekat dengan kehidupan masyarakat. Inilah yang menjadi pekerjaan rumah para astronom dan praktisi bidang astronomi untuk mendekatkan kembali astronomi ke sendi-sendi kehidupan bermasyarakat.

Begitulah yang disampaikan oleh Wakil Rektor I UAD Dr.  H. Muchlas, M.T. pada seminar astronomi dalam budaya nusantara yang diadakan Pusat Studi Astronomi (Pastron) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Sabtu (30/5/2015) di kampus III UAD Yogyakarta.  Astronomi dalam budaya nusantara memberikan wadah bagi para peneliti senior dan muda, serta praktisi astronomi budaya, berbagi pengetahuan dan hasil penelitiannya. Hal ini diharapkan dapat menjadi forum untuk merumuskan langkah strategis pelaksanaan penelitian di bidang astronomi dalam budaya secara berkelanjutan.

Sementara itu, Yudhiakto Pramudya, Ph.D. mengatakan, masyarakat nusantara telah lama mengenal astronomi dan mengapresiasinya dalam bentuk sistem penanggalan dan pendirian bangunan. Selain itu, banyak cerita rakyat dari berbagai daerah di nusantara yang mengaitkan dengan peristiwa astronomi.

“Kearifan dan kekayaan lokal merupakan potensi unik yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Potensi ini mampu memberikan peluang untuk memasyarakatkan astronomi,” ucap Yudhiakto.

Lebih lanjut dijelaskan, pengetahuan tentang astronomi dalam budaya nusantara belum banyak dipelajari dan dikaji lebih mendalam. Selain itu, masih sedikit forum diskusi yang dapat mempertemukan peneliti astronomi, budaya, sejarah, juga arkeologi, untuk duduk bersama membahas tentang tema astronomi dalam budaya nusantara ini.

Dalam acara tersebut, hadir sebagai pemakalah adalah Prof. Dr. Bambang Hidayat (Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia), Drs. Bambang Budi Utomo (Pusat Penelitian Arkeologi Nasional), Drs. Widya Sawitar (Planaterium dan Observatorium Jakarta), Drs. Sriyatin Shodiq, S.H., M.A. (PP Muhammadiyah), serta Prof. Wayne Orchiston (National Astronomical Research Institute of Thailand).

Menurut Muchlas, kegiatan ini sebagai rangsangan kepada setiap orang untuk meneliti dan mengkaji lebih dalam disiplin ilmu astronomi dalam kebudayaan nusantara. “Di samping itu juga bisa memberikan rangsangan kepada para fisikawan untuk terus melakukan penelitian dan selalu mencoba mengkaji ilmu-Nya.”

Di lain pihak, Prof. Wayne Orchiston membagikan pengetahuannya tentang astronomi dan budaya di Indonesia. “Paduan antara ilmu astronomi, arkeologi, pengamatan dan penelitian antariksa, serta kajian astronomi Islam akan membuat menarik orang untuk mempelajari lebih lanjut.”

 

Pastron UAD: Sinergi Astronomi dengan Budaya Nusantara

 

Pusat Studi Astronomi (Pastron) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta telah mengadakan Seminar Astronomi dan Budaya (Sindara) pada (30/5/2015) di auditorium kampus III.

Yudhiakto Pramudya selaku ketua panitia Sindara 2015 mengatakan, “Seminar ini selain bertujuan sebagai wadah diskusi peneliti astronomi dalam budaya, juga sebagai wahana untuk dokumentasi kekayaan dan kearifan lokal nusantara yang berkaitan dengan astronomi.”

Penentuan musim tanam padi, penentuan arah dengan menggunakan rasi bintang, kalender, dan bahkan beberapa pembangunan situs bersejarah yang berlatar belakang astronomi, merupakan beberapa contoh bahwa kekayaan bangsa Indonesia dalam bidang astronomi yang berkaitan dengan budaya lokal sangatlah banyak dan beragam. Sayangnya, tidak banyak publikasi hasil penelitian yang diketahui oleh publik mengenai hal tersebut. Sindara adalah ajang yang tepat untuk publikasi dan dokumentasi mengenai itu.

Hadir sebagai keynote speaker adalah Prof. Dr. Bambang Hidayat dari Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia. Ia merupakan salah satu pioneer yang sangat mumpuni di bidang astronomi di Indonesia. Selain itu, ada pula Drs. Bambang Budi Utomo (Pusat Penelitian Arkeologi Nasional), Drs. Widya Sawitar (Planetarium dan Observatorium Jakarta), dan Drs. Sriyatin Shodiq, S.H., M.A. (PP Muhammadiyah) yang menjadi pembicara utama lainnya.

Tak ketinggalan, Prof. Wayne Orchiston dari National Astronomical Research Institute of Thailand (NARIT) berkenan untuk membagikan pengetahuannya tentang astronomi dan budaya di Indonesia. Paduan antara ilmu astronomi, arkeologi, pengamatan, dan penelitian antariksa, serta kajian astronomi Islam membuat seminar ini menjadi sangat menarik.

Sindara memberikan wadah bagi para peneliti senior, muda, juga praktisi astronomi budaya berbagi pengetahuan dan hasil penelitiannya. Judul makalah yang beragam tidak hanya tentang budaya di pulau Jawa, tetapi juga di Pulau Lombok, bahkan dari Malaysia. Hal tersebut menambah beragamnya kekayaan dan kearifan lokal yang akan dikaji. Namun, tentunya masih banyak budaya di daerah lain yang belum tercakup, begitu pula analisis yang masih perlu dilakukan dari berbagai disiplin ilmu yang lebih beragam. Untuk itulah, Sindara diharapkan dapat menjadi forum untuk merumuskan langkah strategis pelaksanaan penelitian di bidang astronomi dalam budaya secara berkelanjutan.

Di samping itu, astronomi dan budaya tidak lepas dari pemahaman dan cara pandang masyarakat tentang peristiwa astronomi. Salah satu fenomena astronomi yang akan dilihat di Indonesia adalah gerhana matahari total pada 9 Maret 2016. Astronom internasional dan nasional telah bergerak untuk melaksanakan pengamatan di beberapa daerah di Indonesia.

Hal ini menarik untuk dikaji tentang kearifan lokal yang berkaitan dengan gerhana matahari. Tidak dipungkiri, beberapa masyarakat masih belum tahu tentang penyebab gerhana matahari, begitu pula cara mengamatinya. Sindara menjadi salah satu wahana edukasi bagi masyarakat, pelajar, dan mahasiswa tentang betapa menariknya astronomi dan antariksa disinergikan dengan pemahaman terhadap budaya nusantara.

31 Tahun BK: Berikan Wadah Kreativitas Mahasiswa

Wadah unjuk kreativitas, bakat mahasiswa, serta mempererat silaturahmi antara civitas akademika menjadi tujuan utama dalam peringatan hari jadi Program Studi Bimbingan dan Konseling (Prodi BK) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan (FKIP-UAD) yang ke-31.

Acara yang berlangsung Minggu (17/05/2015) pagi tersebut berlanjut hingga malam. Sasaran kegiatan ini adalah seluruh civitas akademika di lingkungan Prodi BK, para tamu undangan baik dari petinggi universitas, organisasi mahasiswa di lingkungan UAD, serta tamu undangan lainnya. Kegiatan ini semakin meriah karena mendatangkan bintang tamu band indie asal daerah Yogyakarta, yaitu BATIGA, DEMABA yang merupakan band dari UKM Musik UAD, serta dipandu oleh Alit-Alit selaku pembawa acara.

Rahmat Pamuji selaku ketua panitia kegiatan mengatakan, “Selain family gathering, pertunjukan budaya Indonesia sebagai konsep utama acara ini juga dapat menjadi media edukasi bagi mahasiswa.”

Acara yang rutin diselenggarakan setiap tahun ini diramaikan pula dengan adanya lomba tingkat prodi, di antaranya turnamen futsal, pemilihan duta BK UAD 2015, dan pemilihan da'i mahasiswa BK. Sementara itu, di tingkat fakultas diadakan lomba fotografi se-FKIP UAD, di tingkat DIY-Jateng Classroom Guidance Competition, lomba penulisan proposal penelitian tindakan bimbingan dan konseling, serta satu event tingkat nasional yaitu lomba media bimbingan dan konseling untuk mahasiswa BK se-Indonesia, juga Harmoni Seni dan Pelatihan Karya Tulis Ilmiah.