Manajemen Waktu Berdasarkan Skala Prioritas

Kembali, Lembaga Pengembangan Studi Islam Universitas Ahmad Dahlan (LPSI UAD) mengadakan pengajian umum. Acara tersebut diadakan pada Sabtu (23/01/2016) bertempat di aula Islamic Center UAD sejak pukul 19.30-21.30 WIB.

Acara tersebut diadakan dalam rangka menyegarkan pikiran mahasiswa, terutama dalam pengaturan waktu, yang merupakan kendala terbesar bagi mahasiswa dalam menciptakannya. Untuk kesekian kalinya, Ustadz Bachtiar Natsir diundang sebagai pemateri pada kesempatan itu.

Menurut Bachtiar, terdapat empat skala prioritas dalam manajemen waktu. Pertama, hal yang penting dan mendesak. Jika ini terjadi, maka kerjakanlah hal tersebut pada waktu itu juga. Ingat, jangan menunda-nunda kebaikan. Kedua, hal yang tidak penting tapi mendesak. Pada keadaan ini, delegasikanlah. Ketiga, hal yang penting  tapi tidak mendesak. Jika keadaan ini terjadi, buatlah perencanaan yang baik.

“Jika kamu gagal dalam berencana, maka kamu sedang berencana untuk gagal. Jangan merencanakan sesuatu yang kamu tidak sungguh-sungguh untuk melakukannya,” katanya.

Keempat, hal yang tidak penting dan juga tidak mendesak. Tinggalkanlah jika mendapati keadaan semacam ini.

Bachtiar mengungkapkan, “Dalam dasar-dasar keislaman, jangan gagal fokus dalam menuntut ilmu dan tidak boleh ada waktu yang terbuang.”

Lebih jauh disampaikan bahwa melengkapi diri dengan ilmu alat dapat mempercepat dalam proses belajar. Seperti melakukan percepatan dalam membaca cepat, cara menghafal al-Qur’an dengan cepat, dan lain sebagainya.

“Banyak sekali fasilitas yang Allah berikan kepada kita untuk menuntut ilmu. Karena orang yang cerdas adalah dia yang 20 persen waktunya menghasilkan 80 persen dari tujuan awalnya. Bukan malah sebaliknya.” (AKN)

13 Mahasiswa USANT Kembali ke Filipina

Terdapat tiga belas mahasiswa Universitas Saint Anthony Filipina (USANT) yang mengikuti acara penutupan di ruang auditorium kampus I Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Jum’at (5/2/2016). Empat mahasiswa dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) (Bachelor of Secondary and Elementary Education), sedangkan yang sembilan dari program studi Arts in Communication.

Selama tiga minggu, sejak 14 Januari sampai 7 Februari 2016, tiga belas mahasiswa tersebut magang di UAD. Mereka didampingi oleh dua dosen, yakni Mark Philip C. Paderan yang merupakan dosen pendamping dari Program Ilmu Komunikasi, dan Dr. Emma V. Veras yang merupakan pendamping dari FKIP.

            Mereka yang di FKIP mengikuti praktik mengajar di sekolah-sekolah mitra dan lab school UAD. Kegiatan yang dilakukan antara lain mengunjungi dan observasi proses belajar mengajar di sekolah-sekolah binaan UAD, seperti SD Muhammadiyah Condong Catur, SMP Muhammadiyah Depok, SD Muhammadiyah Macanan, SD Muhammadiyah 2 Depok, dan beberapa tempat yang lain.

Sembilan mahasiswa yang lain berada di Fakultas Sastra Budaya dan Komunikasi (FSBK). Mereka mengikuti general lecture, workshop on International TV Broadcasting yang meliputi enam jenis workshop (jurnalistik TV, fotografi, film pendek, talk show, presenter, news reader), photo hunting di Ramayana Ballet dan tempat pembuatan batik, syuting film pendek di Malioboro, serta lainnya.

“Saat workshop, mereka melihat proses pembuatan robot air di Program Studi Fisika, belajar metode pengajaran active learning, dan lain-lain. Kegiatan bersama yang mereka lakukan antara lain belajar alat musik tradisional yakni angklung dan kulintang, tree planting, kunjungan ke tempat wisata seperti Prambanan, Ramayana Ballet, Malioboro, Keraton dan lain-lain,” terang Ida Puspita, Kepala Kantor Urusan Internasional (KUI).

Masih menurut Ida, tiga belas mahasiswa dan dua dosen asing itu didampingi oleh mahasiswa lokal serta staf pengajar UAD. Peserta sangat aktif mengikuti semua kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Kegiatan yang dilakukan salah satu cara untuk mengenal budaya dan bahasa, baik bahasa Indonesia maupun bahasa Filipina/Inggris.

Sementara itu, acara penutupan dihadiri oleh Dr. Kasiyarno, M.Hum. selaku Rektor UAD, Wakil Rektor, Dekan, staf pengajar dari FKIP dan FSBK, serta pascasarjana UAD. Dari pihak USANT, hadir Atty Butch Ortega selaku Wakil Rektor USANT dan istri, dua dosen pendamping dan mahasiswa dari USANT, serta mahasiswa lokal UAD.

Acara tersebut juga dimeriahkan oleh penampilan tari tradisional Pattani Thailand yang dibawakan oleh mahasiswa internasional UAD dari Thailand, Zheng Yayue (mahasiswa Tiongkok) menyanyikan lagu Indonesia, tari tradisional Indonesia oleh UKM Tari UAD, penampilan alat musik angklung oleh mahasiswa dari USANT, dan menayangkan video pendek hasil karya mahasiswa selama masa magang.

Selain itu, di akhir acara, diumumkan juga pemenang lomba bertema “Penyiaran Televisi” yang dibagi menjadi 27 kategori di antaranya The Best Sound Director, The Best TV News Editor,  The Best Journalism Camera Person, The Most Talented News Reader, The Most Talented News Presenter, dan beberapa lomba lainnya.

Sebelumnya, pada Kamis (4/2/2016), Atty Butch Ortega secara khusus bertemu  dengan para pemimpin UAD. Mereka membicarakan lebih lanjut mengenai kerja sama antara UAD  dan USANT.

 

Tafsir Hadits dan Bahasa dan Sastra Arab Akreditasi A

Dua program studi (Prodi) dari Fakultas Tarbiyah dan Dirasat Islamiyah Universitas Ahmad Dahlan (FTDI UAD), yakni Prodi Tafsir Hadits (TH S-1) dan Bahasa dan Sastra Arab (BSA S-1) raih akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) No .1122/SK/BAN-PT/Akred/S/X/2015.

Wakil Dekan FTDI UAD, Dr. Rika Astari, S.S., M.A mengatakan, “Untuk meraih akreditasi A, kami senantiasa dekat untuk mengenal mahasiswa. Dengan seperti itu, kami lebih leluasa memberikan kebutuhan mahasiswa. Kami ingin meningkatkan kualitas mutu pendidikan untuk itu kami berjuang.”

“Akreditasi ini wujud perjuangan yang telah dilakukan civitas FTDI UAD untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan. Usaha ini patut disyukuri, tetapi jangan membuatnya terlena,” lanjutnya saat jumpa pers di ruang sidang kampus 1, Senin (1/2/2016).

“Harus dipertahankan perjuangan ini. Semua aspek harus mampu mempertahankan kualitasnya masing-masing.”

Kaprodi BSA UAD, Abdul Mukhlis, S.Ag., M.Ag. mengatakan, akreditasi A ini didapat karena banyaknya kerja sama luar negeri yang dilakukan Prodi BSA dan Prodi TH. Di antaranya, kerja sama University of Malaya (Malaysia), Suez Canal University (Mesir), dan Ainu Syams University (Mesir).

“Kerja sama ini dalam bentuk pertukaran mahasiswa dan penelitian. Bahkan kami sudah mengembangkan program double degree dan KKN Internasional dengan tiga universitas ini,” kata Abdul.

Selain itu, tersedianya laboratorium bahasa dan komputer menjadi penentu peningkatan akreditasi ini. Sebab, dengan sarana dan prasarana yang memadahi ini membuat mahasiswa makin mudah mengembangkan kemampuan bahasa asing.

Kaprodi TH, Dr. H. Waharjani, M.Ag. menuturkan bahwa yang diandalkan Prodi TH ada pada lembaga kemasyarakatan. Prodi ini memiliki program Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah

“Dengan adanya surat keputusan tersebut, diharapkan kedua prodi semakin berkembang, semakin meningkat dalam hal akademik dan menghasilkan lulusan yang berkompeten serta berguna bagi pendidikan di Indonesia, khususnya dalam bidang bahasa Arab,” demikian dilarsir dalam web resmi FTDI.

Waharjani: Melihat Iman Anak pada Perkawinan Beda Agama

Mengangkat tentang “Iman Anak dalam Keluarga Perkawinan Campur Beda Agama”, mengantarkan Dr. H. Waharjani, M.Ag yang merupakan Dosen Fakultas Tarbiyah dan Dirasat Islamiyah Universitas Ahmad Dahlan (FTDI-UAD) meraih gelar doktor di Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Fakultas Ilmu Psikologi dan Pendidikan Islam. Lelaki yang selalu memakai kopiah tersebut berhasil meraih nilai sangat memuaskan dengan predikat A.

Waharjani menjelaskan, disertasi itu untuk mengetahui cara orang tua menanamkan iman kepada anak, dalam keadaan ayah-ibu berbeda agama. Selain itu, untuk melihat cara anak menentukan pilihan agama, yang ayah-ibunya berbeda agama.

“Intinya, disertasi itu untuk mengetahui hambatan pelaksanaan orang tua dalam memberikan pendidikan iman anak dalam keluarga kawin campur beda agama,” ungkapnya.

Waharjani menambahkan, berdasarkan penelitian itu, hambatan dalam pelaksanaan pendidikan iman anak dalam keluarga yang pertama ialah berkaitan dengan waktu, seperti kesulitan mencari waktu yang sama dalam pelaksanaan proses pendidikan antara orang tua dengan anak, karena kegiatan orang tua dan anak berbeda. Kedua, hambatan yang berkaitan dengan kepemilikan ilmu agama, yaitu tidak cukupnya ilmu dan pengetahuan agama orang tua untuk memberikan pendidikan iman atau agama pada anak. Dan ketiga, hambatan yang berkaitan dengan perbedaan agama kedua orang tuanya itu sendiri.

“Dalam Islam pada al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 221 dan pada agama Katolik berdasarkan hukum kanon telah dijelaskan, bahwasannya apabila pasangan itu melakukan perkawinan campur beda agama, berarti keduanya melanggar ketentuan hukum agamanya, harus siap menerima risikonya, dan perbuatan tersebut telah dilarang dalam masing-masing agama,” tambahnya.

Sementara itu, Achmad Nurmandi, selaku ketua sidang menjelaskan, gelar yang diberikan ini merupakan lulusan doktor ke-21 dari Pascasarjana UMY.

“Saya harap, dengan gelar doktor yang telah disandang oleh Warjani dapat menjadikan tanggung jawab seorang ilmuwan untuk menerapkan ilmunya, terutama dalam tiga bidang, yaitu keislaman, pendidikan, dan psikologi,” ucapnya.

UAD Kembali Menggelar KKN Internasional

Pada Januari 2016 ini, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menggelar dua KKN bertaraf internasional. Pada 9-30 Januari 2016, mahasiswa asing UAD program Darmasiswa melakukan Community Service Program di sekolah dasar Muhammadiyah Pambanan. Kegiatan ini diikuti oleh lima mahasiswa Asing, yaitu Kim Soo Yoen dan Kim Jong Jin (Korea Selatan), Shakir Samadamae dan Adam Makeng (Thailand) dan Li Lening (Tiongkok).

Kegiatan yang mereka lakukan dibagi di dua tempat, yaitu kegiatan di sekolah dan di masyarakat.  Kegiatan di sekolah antara lain mengajar bahasa dan budaya masing-masing serta mendampingi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler. Sedangkan dalam masyarakat kegiatan yang dilakukan adalah mengikuti jadwal kegiatan masyarakat setempat, misalnya berkunjung ke pasar tradisional, berkunjung ke rumah penduduk, dan keliling kampung.

“Semua mahasiswa asing sangat aktif melakukan kegiatan di sekolah. Mereka dengan senang hati berbagi ilmu dengan anak-anak, meskipun anak-anak kami sering mengikuti mereka ke ruang guru bahkan saat jam pelajaran telah selesai,” ungkap Dwi Listiyaningsing selaku Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Prambanan.

Shakir Samadamae pun diberikan kesempatan untuk menjadi pembina upacara pada kegiatan rutin upacara bendera hari Senin, 25 Januari 2016 lalu.

Alhamdulillah, saya diberikan kesempatan untuk menjadi pembina upacara. Ini merupakan kesempatan pertama yang tak terlupakan,” tutur Shakir Samadamae.

Di lokasi yang berbeda, tiga mahasiswa dari Universiti Malaysia Pahang, yaitu Muhammad Ameen (Fakulti Sistem Komputer dan Kejuruteraan Perisian), Che Abdul (Fakulti Kejuruteraan Awam) dan Amirul Asyraf (Fakulti Kejuruteraan Awam dan Sumber Alam) mengikuti kegiatan KKN di Dusun Trukan Ngleli, Patuk, Gunungkidul. Mereka melakukan kegiatan KKN pada 27-30 Januari 2016.

Walaupun hanya dalam waktu yang terbilang singkat, mereka dengan cepat bisa berbaur dengan mahasiswa UAD yang lain dan masyarakat yang ada di lokasi KKN. Kemiripan budaya dan bahasa yang digunakan berkomunikasi adalah salah satu faktor yang mendukung kegiatan ini.

Tiga mahasiswa dari Malaysia bersama dengan TIM KKN dari UAD secara aktif mengerjakan program KKN. Beberapa di antara program mereka adalah mengajarkan Bahasa Inggris dan Bahasa Maleyu untuk anak-anak di lokasi KKN. Selain itu, tiga mahasiswa dari Universiti Malaysia Pahang tersebut tidak segan-segan bergabung dengan masyarakat setempat untuk membersihkan masjid dan tempat umum lainnya.

“Dengan kehadiran 3 mahasiswa KKN dari Universiti Malaysia Pahang, anak-anak yang berada di lokasi lebih semangat belajar. Mereka dengan riang mengikuti setiap kelas bahasa yang kami adakan. Selain itu, kolaborasi KKN yang diadakan UAD dengan Universiti Malaysia Pahang ini memberi kesempatan yang lebih luas baik untuk mahasiswa UAD sendiri maupun masyarakat umum untuk memiliki pengalaman internasional,” ungkap  Arika Rahma Ayuningtyas selaku Ketua KKN.

Ditemui di tempat yang berbeda, Anang Masduki, S.SosI.M.A. yang merupakan Dosen Pembimbing Lapangan mengungkapkan, “Program KKN ini mempunyai prosedur yang sama baik untuk mahasiswa lokal maupun internasional, yang berbeda hanya tempat pelaporannya. Mahasiswa UAD memberikan laporan ke UAD sedangkan mahasiswa Malaysia melaporkan kegiatan mereka di Universiti Malaysia Pahang.”

Kepala Kantor Urusan Internasional UAD, Ida Puspita, M.A.Res. berharap kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh mahasiswa asing di UAD, baik Program Darmasiswa maupun kerja sama dengan Universiti Malaysia Pahang, dapat dilaksanakan secara rutin dan dapat membawa manfaat baik bagi masyarakat dan sekolah yang dituju, maupun bagi mahasiswa asing yang melaksanakan kegiatan di masyarakat serta bagi UAD.

“Khusus KKN dengan Universiti Malaysia Pahang, kegiatan ini merupakan untuk yang kedua kalinya,” tutup Ida.

Menghayati Hidup dari Waktu yang Pendek

“Peluncuran film pendek ini pertama kali ada di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan (PBSI-UAD). Pembuatan film merupakan tindak lanjut dari perkuliahan Dramaturgi,” ujar Fitri Merawati selaku dosen mata kuliah Dramaturgi.

Acara yang diadakan di hall kampus II (16/1/2016) tersebut menghadirkan ahli film maker A. Dwi Nugroho, S.I.Kom. sebagai pembicara dan pembedah film yang dibuat oleh mahasiswa.

“Kegiatan positif semacam ini perlu terus mendapatkan dukungan. Film merupakan representasi kehidupan, baik film panjang (70-80 menit) maupun film pendek (5-30 menit).”

Dwi menambahkan bahwa untuk kalangan mahasiswa, membuat film pendek sudah merupakan hal yang sangat patut diapresiasi, karena membuat film tidaklah mudah. Banyak teknik yang harus dikuasai.

Ada tiga judul film karya mahasiswa yaitu, “Jalan Menuju Pulang”, “Mengirim Senja”, dan “Fatimah”.

“Setiap film memiliki karakteristiknya masing-masing, begitu pun dengan kekurangan dan kelebihannya,” ucap Dwi yang juga aktif di Komunitas Film Montase.

Ia menambahkan, pesan yang terkandung di dalam film cukup berbobot meskipun hanya dengan waktu yang singkat (5-15 menit).

“Latar belakang sebagai mahasiswa sastra sangat muncul di dalam film-film yang digarap. Terbukti ide dari masalah-masalah kecil mampu digarap menjadi film. Ini berarti bahwa mahasiswa peka terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar.”

Di akhir acara, Dwi menambahkan, ide dari ketiga film sudah menarik, hanya teknik yang perlu dibenahi dalam pembuatan film. (Ard)

Minat Keilmuan Dasar Fisika, Biologi, dan Matematika Makin Meningkat

Minat terhadap penguasaan keilmuan dasar seperti Fisika, Biologi, dan Matematika makin meningkat. Ini yang membuat semakin banyak lulusan SMA/SMK/MA yang tertarik dan masuk ke FMIPA (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) beberapa tahun terakhir. Sebelumnya, ilmu-ilmu aplikatif lebih banyak peminatnya.

“Meningkatnya minat terhadap ilmu-ilmu dasar tersebut seiring makin meluasnya peluang kerja bagi lulusannya akhir-akhir ini. Sebab, bidang apa pun membutuhkannya,” ungkap Wakil Dekan FMIPA UAD, Agung Budiantoro, M.Si., Minggu (24/1/2016).

Usai membuka Olimpiade MIPA dan Komputer 2016 tersebut, Agung pun menyayangkan karena belum semua perguruan tinggi mampu menyelenggarakan, terutama menyangkut fasilitas, peralatan, laboratorium.

“Apalagi untuk perguruan tinggi swasta. Karena itu, butuh perhatian dan bantuan dari pemerintah agar pengembangan ilmu dasar bisa makin meningkat,” katanya.

Peningkatan minat di FMIPA UAD, menurut Agung, telah mencapai 90 persen. Sebelumnya, FMIPA kurang diminati walaupun menjadi fakultas unggulan di UAD. Bahkan pada 2007/2008 lalu, sempat menurun drastis hingga 50 persen.

“Penurunan tersebut,” lanjutnya, “tak lepas dari keluarnya kebijakan pemerintah terkait sertifikasi guru dan dosen pada 2006. Waktu itu, FKIP justru kebanjiran mahasiswa karena semua ingin menjadi guru. Tapi sekarang, dengan diberlakukannya PPG sebagai syarat menjadi guru, mahasiswa FMIPA juga mempunyai peluang yang sama jika berminat menjadi guru. Bahkan, penguasaan materi terkait keilmuannya lebih mendalam,” jelas Agung.

Humas FMIPA UAD, Iwan Tri Riyadi Yanto, S.Si., MIT. menuturkan, keinginan untuk semakin mempopulerkan keilmuan dasar dari FMIPA UAD itu pula yang kemudian melatarbelakangi diselenggarakannya Olimpiade MIPA dan Komputer tiap tahunnya. Pada penyelenggaraan ke-5 tahun ini, turut berpartisipasi 108 siswa SMA/SMK/MA se-DIY dan Jateng.

“Jumlah peserta tersebut berasal dari delapan belas sekolah. Mereka berlomba di empat bidang, meliputi Fisika, Matematika, Biologi, dan Komputer. Tak hanya mengasah pengetahuan keilmuan dasar, lomba juga ikut mengasah soft skill peserta melalui tahapan kompetisi, yakni berupa praktikum,” papar Iwan.

Iwan pun mengakui, ajang olimpiade tersebut sekaligus digunakan sebagai ajang promosi FMIPA UAD. “Berdasarkan data Ditjen Dikti, untuk Program Studi Fisika dan Biologi yang kami miliki, masih menjadi yang terbaik untuk perguruan tinggi swasta se-Indonesia,” ujarnya bangga.

Industri Tak Sentuh Riset Akademisi

 

Kesenjangan dunia akademisi dengan dunia industri masih sangat lebar. Termasuk di bidang hasil-hasil riset. Hanya sedikit hasil penelitian perguruan tinggi yang kemudian dimanfaatkan industri. Besar kemungkinan, ada spesifikasi dunia industri yang berbeda dengan riset-riset yang dilakukan universitas.

“Pemanfaatan hasil riset selama ini jauh di bawah tiga puluh persen. Ini harus segera dicari jalan keluarnya,” ungkap Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Dr. Kasiyarno, M.Hum., di sela Confast (Conference on Fundamental and Applied Science Advanced Technology) 2016, yang digelar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Senin (25/1/2016).

“Sekarang ini”, lanjut Kasiyarno, “program yang akan dijalankan adalah menghubungkan akademisi dan industri. Perkembangan industri sangat cepat dan harus diakui akademisi sangat sulit mengejarnya. Dana menjadi salah satu kendala,” tandasnya.

Dunia industri, menurut Kasiyarno, pun selalu ingin menerima segala sesuatu yang siap pakai. Sayangnya, tidak semua perguruan tinggi mengarah ke situ. “Jika memang menginginkan yang siap pakai, mestinya bisa dipenuhi oleh sekolah-sekolah vokasi maupun politeknik.”

Akhirnya, perguruan tinggi hanya bisa mengarahkan agar hasil-hasil riset para dosen bisa lebih banyak diterapkan. Itu pun sering susah masuk ke dunia industri karena biasanya dunia industri memiliki spesifikasi tertentu. Karena itulah, industri memiliki program penelitian dan pengembangan sendiri. “Karenanya, paling banter yang bisa dilakukan para akademisi adalah melakukan kolaborasi dengan unit penelitian dan pengembangan yang dimiliki industri,” tutur Kasiyarno.

Confast 2016 yang dirintis sejak 2012, menurut ketua panitia Dr. Damar Yoga Kusuma, memang dimaksudkan untuk menjembatani kesenjangan riset di dunia akademisi dengan pemanfaatannya di dunia nyata, di masyarakat maupun dunia industri.

“Dengan demikian, penelitian di universitas tak berakhir hanya pada lorong-lorong gelap perpustakaan. Di sisi lain, industri dalam negeri kita dapat memanfaatkan inovasi-inovasi penelitian terbaru untuk meningkatkan kapasitasnya sehingga mampu bersaing dengan industri serupa di negara tetangga dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean pada tahun ini,” jelasnya.

Seminar internasional itu menampilkan pembicara utama Prof. Lee Pooi See dari Nanyang Technological University, Singapura, dan Prof. Hariyadi dari UAD. Dua ahli di bidang Fisika dan Ilmu Material itu berbagi pandangan dan pengalaman tentang bagaimana membawa penelitian di universitas ke taraf industri.

Forum ilmiah yang berlangsung hingga Selasa (26/1/2016) ini juga mengundang Prof. Jason J Jung dari Chung-An University, Korea Selatan, yang merupakan ahli di bidang big data, terutama menyangkut data dari media sosial.

Prof. John A Carver dari the Australian National University juga turut hadir untuk berbagi pengetahuan tentang protein struktur dan korelasinya di bidang biomedis dan pangan.

“Acara ini ditutup oleh Direktur Dana Penelitian LPDP, Kemenkeu RI, Dr. M. Sofwan Effendi, yang menyampaikan tentang tantangan dan peluang dunia riset di Indonesia,” ujar Damar.

Dengan para peserta dari berbagai daerah di Indonesia serta luar negeri, antara lain Rusia, Estonia, Arab Saudi, Polandia, Singapura, dan Malaysia, Confast 2016 menerima lebih dari 200 abstrak dari pendaftar. Dari jumlah itu, sebanyak 166 abstrak lolos seleksi dan dipresentasikan dalam seminar tersebut.

 

Olimpiade MIPA dan Komputer 5 (Olympinter 5)

Pada Ahad (24/1/2016), telah diselenggarakan Olimpiade MIPA dan Komputer 5 atau Olympinter 5 oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Ahmad Dahlan (MIPA-UAD). Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan silaturahim antara FMIPA dan SMA/SMK/MA se DIY-Jateng, juga silaturahim di antara sekolah-sekolah tersebut. Selain itu, kegiatan ini digunakan sebagai wahana untuk kompetisi berprestasi siswa-siswi SMA/SMK/MA se-DIY-Jateng dalam bidang keilmuan Fisika, Biologi, Matematika, dan Komputer.

Kegiatan Olympinter diadakan setiap tahun sekali, dan tahun ini adalah penyelenggaraan yang ke-5. Selain itu, kegiatan Olympinter tersebut dimasukan sebagai salah satu rangkaian agenda Milad UAD ke-55. Pelaksanaannya bertempat di kampus III UAD Jl. Prof. Dr. Soepoemo, Warungboto, Umbulharjo, Yogyakarta.

Untuk tahun ini, peserta yang berpartisipasi berasal dari puluhan sekolah. Peserta yang berhasil meraih juara berhak mendapatkan piala dan piagam penghargaan, serta diberikan hadiah uang pembinaan dengan nilai total sebanyak 20 juta rupiah.

Di sela-sela kegiatan Olympinter, dilakukan juga kegiatan pelatihan pengenalan Google drive dan manfaatnya bagi guru pendamping.

UAD Adakan Seminar Internasional ConFAST 2016

The 2016 Conference Fundamental and Applied Science for Advanced Technology (ConFAST 2016) diselenggarakan oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Ahmad Dahlan (MIPA-UAD). Acara yang bekerja sama dengan partner lokal maupun internasional ini berlangsung pada Senin-Selasa, 25-26 Januari 2016, bertempat di Hotel Melia Purosani, Yogyakarta.

Kegiatan ini bertujuan menjembatani kesenjangan riset di dunia akademisi (universitas) dengan pemanfaatannya di dunia nyata—baik di masyarakat atau dunia industri, sehingga penelitian di universitas tidak berakhir hanya pada lorong-lorong gelap perpustakaan. Di sisi lain, industri dalam negeri kita dapat memanfaatkan inovasi-inovasi penelitian terbaru untuk meningkatkan kapasitasnya, sehingga dapat bersaing dengan industri serupa di negara tetangga dalam menghadapi MEA (masyarakat ekonomi ASEAN) tahun 2016 ini.

Seminar internasional ini telah berlangsung sejak tahun 2012 dengan nama International Conference on Green World in Business and Technology (ICGWBT). Mulai tahun ini, ICGWBT dipisah menjadi beberapa seminar internasional agar lebih fokus pada bidangnya masing-masing. Termasuk ConFAST 2016 yang fokus pada bidang fisika dan fisika terapan, biologi industri, sistem informasi, serta matematika terapan. ConFAST 2016 ini merupakan salah satu agenda dalam rangkaian Milad UAD ke-55.

Keynote speaker yang diundang kali ini merupakan para ahli di bidangnya masing-masing. Prof. Hariyadi dari UAD dan Prof. Lee Pooi See dari Nanyang Technological University, Singapura, adalah para ahli di bidang fisika dan ilmu material. Mereka berbagi pandangan dan pengalaman tentang cara membawa penelitian di universitas ke taraf industri.

Selain itu, hadir pula Prof. Jason J. Jung dari Chung-Ang University, Korea Selatan, yang merupakan ahli di bidang big data, terutama menyangkut data dari sosial media. Selanjutnya, ada Prof. John A. Carver dari The Australian National University yang berbagi pengetahuan tentang protein struktur dan korelasinya di bidang biomedis dan pangan. Rangkaian itu ditutup oleh Dr. M. Sofwan Effendi yang merupakan Direktur Dana Penelitian LPDP, Kementrian Keuangan Republik Indonesia, yang berbicara mengenai challenge dan opportunity di dunia riset Indonesia.

“ConFAST 2016 menerima lebih dari 200 abstrak dari pendaftar. Dari jumlah tersebut, 166 lolos seleksi abstrak dan akan dipresentasikan dalam seminar ini. Para peserta berasal dari berbagai daerah di Indonesia serta dari luar negeri, seperti Rusia, Estonia, Arab Saudi, Polandia, Singapura, dan Malaysia. Untuk mitra penerbitan prosiding, ConFAST 2016 menggaet publisher terkemuka dari Amerika Serikat, yaitu AIP Publishing Group. Dari manuskrip-manuskrip yang dikirimkan ke ConFAST, akan diseleksi dan di-review terlebih dahulu dan manuskrip yang lolos proses review akan dipublikasikan dalam AIP Conference Proceeding yang di indeks oleh Scopus,” kata Dr. Damar Yoga Kusuma selaku ketua panitia seminar tersebut.