UAD Selesaikan Struktur Bangunan Kampus 4

Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta menyelesaikan pekerjaan struktur bangunan kampus 4 yang ditandai dengan pengecoran terakhir dan potong tumpeng oleh Dr. Kasiyarno, M.Hum. Pembangunan kampus berdesain smart and green building yang dimulai 6 Oktober 2016 ini sudah mencapai 64,75%.

Pada sambutannya saat acara Topping of  Kampus 4, Kamis (24/8/2017), Drs. Muhammad Safar Nasir, M.Si., Wakil Rektor II Bidang Sumber Daya menjelaskan, tiga lantai sudah bisa digunakan untuk perkuliahan tahun ajaran 2017/2018 yang dimulai 4 September.

Gedung yang menempati lahan seluas 33.406 m2 ini, total menyediakan 4.350 kursi untuk perkuliahan mahasiswa yang terdiri atas 14 ruang berkapasitas 30 kursi, 64 berkapasitas 60 kursi, dan 1 ruang 90 kursi. Saat ini, tiga lantai yang dapat digunakan untuk perkuliahan menyediakan 25 ruang dengan total kursi 1.470.

“Kami akan menyediakan pagar pengaman yang difungsikan sebagai pembatas untuk ruang perkuliahan dan konstruksi. Mahasiswa akan melewati pintu barat agar keamanan tetap terjaga sampai proses pembangunan selesai sepenuhnya,” ungkap Safar.

Biaya yang dikeluarkan UAD untuk membangun kampus 4 mencapai 300 miliar. Gedung berlantai 11 ini menyediakan tangga manual, eskalator, dan lift untuk memudahkan mobilitas. Sementara, yang dapat difungsikan baru eskalator dan tangga manual.

Kasiyarno selaku Rektor UAD menyatakan akan tetap memaksimalkan kampus lainnya meskipun kampus 4 telah selesai dibangun. Ia ingin roda ekonomi masyarakat di sekitar kampus-kampus UAD tetap berjalan.

“Kehadiran UAD merupakan berkah bagi lingkungan di sekitarnya, ini ditandai dengan munculnya berbagai usaha masyarakat,” jelas Kasiyarno.

Nantinya, kampus 4 UAD tidak hanya difungsikan sebagai tempat perkuliahan, tetapi bisa juga dikunjungi masyarakat umum. Misalnya Masjid Islamic Center  UAD yang saat ini sudah menjadi salah satu ikon Yogyakarta dan menjadi tempat rehat wisatawan Yogyakarta. Di kampus ini juga akan ada amfiteater, obervatorium, serta museum sehingga masyarakat bisa berwisata edukasi.

Prof. Dr. Yunahah Ilyas, Lc.,M.Ag., yang menjabat sebagai Ketua Badan Pembina Harian (BPH) UAD menyampaikan kepercayaan masyarakat terhadap UAD semakin meningkat. Pada penerimaan mahasiswa baru 2017 ini, total pendaftar sekitar 10.000, yang registrasi sekitar 5.600-an.

Dosen PBSI UAD Rilis Buku Cerita Anak

Salah satu bentuk tanggung jawab dosen, juga untuk memenuhi tridarma perguruan tinggi, adalah pengabdian kepada masyarakat. Adalah Yosi Wulandari, M.Pd. dan Fitri Merawati, M.A., dua dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang baru saja menyelesaikan pengabdian masyarakat dengan merilis buku cerita anak berjudul Si Kembar Berambut Kriwil. Buku cerita anak tersebut adalah hasil dari pelatihan cipta karya sastra untuk guru-guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-kanak (TK) ABA se-kabupaten Bantul. Pelatihan tersebut terlaksana berkat kerja sama Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) UAD dengan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Aisyiyah Bantul.

Pelatihan yang dilaksanakan di kantor PDM Aisyiyah Bantul selama bulan April hingga Juli 2017 tersebut bertujuan untuk memupuk minat dan bakat peserta pelatihan sehingga memiliki kepekaan apresiasi. Peserta pelatihan harus melalui delapan kali tatap muka selama pelatihan. Mereka dilatih beberapa materi kepenulisan oleh Sule Subaweh, Fitri Merawati, dan Yosi Wulandari. Sebelum diluncurkan, buku Si Kembar Berambut Kriwil terlebih dahulu melalui proses editing dan revisi. Selanjutnya layout, penerbitan, dan pengurusan ISBN buku diserahkan kepada penerbit K-Media.

Buku cerita anak yang diluncurkan dalam acara Forum Apresiasi Sastra pada Rabu (23/8/2017) tersebut berisi dua puluh cerita anak karya guru-guru PAUD dan TK ABA se-kabupaten Bantul. Acara peluncuran diisi dengan pembacaan cerita anak oleh mahasiswa PBSI, Rizki Ramdhani. Dilanjutkan dengan pembedahan buku dan peluncuran buku secara simbolis.(dev)

UAD Tuan Rumah FGD-FRI 2017

Sebuah kebanggaan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta oleh Forum Rektor Indonesia (FRI). Diskusi yang diselenggarakan di Islamic Center UAD kampus 4, Jumat (25/8/2017) ini dihadiri oleh para rektor dan beberapa perwakilan dari perguruan tinggi Indonesia.

Tema yang diangkat oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sistem Ekonomi Pancasila adalah terkait “Memperkuat Sistem Ekonomi Pancasila dalam Kebijakan Affirmative Action Mengatasi Ketimpangan Ekonomi-Sosial”.

Hadir sebagai pembicara adalah Dr. Aviliani, Dr. Akhmad Akbar Susamto, Dr. Enny Sri Hartati, perwakilan dari PUSTEK UGM-ESH, Dr. Fuad Bawazier, dan dimoderatori oleh Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec.

Forum rektor menyatukan sekitar 4.400-an perguruan tinggi negeri dan swasta yang ada di Indonesia. FRI menjadi kekuatan tersendiri yang ke depannya diharapkan turut andil dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada di Indonesia.

“Diharapkan FRI dapat memberi solusi dan masukan konstruktif terhadap permasalahan seperti kemiskinan dan permasalahan lain yang ada di masyarakat,” papar Dr. Kasiyarno, M.Hum.

Ia menambahkan, Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) harus menjadi agen perubahan. FRI sebagai salah satu organ masyarakat bangsa, mempunyai peran penting dan strategis untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

Terkait dengan perkuliahan, Rektor UAD ini memandang nilai-nilai ekonomi Pancasila bisa dimasukkan ke dalam kurikulum. Misalnya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

“Adanya mata kuliah ini akan menjadikan  mahasiswa tahu persis Pancasila bukan sekadar dasar negara, tapi dapat diaplikasikan dalam perekonomian.”

Ketua Dewan Pertimbangan Rektor Indonesia 2017, Prof. Dr Rochmat Wahab, M.Pd., M.A., mengungkapkan, FRI harus mempunyai kontribusi terhadap pemerintah. Tema-tema yang diangkat dalam Forum Group Disucussion (FGD) FRI difokuskan terkait isu-isu dan kebijakan pemerintah. Hasil dari FGD ini berupa masukan dengan ide-ide yang dapat membantu menyelesaikan problem di masyarakat.

“Mewakili PTS dan PTN, kami ingin berkontribusi terhadap pemerintah dan negara,” tukasnya.

Menyikapi ekonomi Pancasila, ia menginginkan masyarakat Indonesia menjadi subjek perekonomian, yang menjadi pusat bukan lagi pasar, tetapi masyarakat itu sendiri. Rakyat harus diselamatkan, jangan sampai dipinggirkan. Sebab, ekonomi Pancasila berdasar pada ekonomi yang berketuhanan, berperi kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial. (ard)

Hindari sakit, Kiat Sehat saat Program Pengenalan Kampus

Tim kesehatan (Timkes) universitas bekerja sama dengan Timkes fakultas bersama rumah sakit Holistika Medika dengan 2 dokter dan 3 perawat.

Menurut Hendy Ristiono, S.Far.,Apt.,MPH selaku koordinator Timkes P2K (Program Pengenalan Kampus) mengungkapkan, “gangguan penyakit yang memungkinkan terjadi untuk pelaksanaan satu minggu kedepan selama P2K  yaitu berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh (influenza) dan sistem pencernaan (sulit buang air besar).”

Adaptasi lingkungan dan cuaca untuk Maba sangat penting karena kondisi yang berbeda dan jauh dari jangkauan orang tua, pola makan yang tidak teratur karena cita rasa berbeda, sehingga Maba harus menyesuaikan kondisi dengan cuaca dan lingkungan baru guna menghindari penyakit yang dapat terjadi.

Koordinator Timkes P2K juga memberikan kiat sehat yaitu mengisi data kesehatan dengan benar dan jujur, perut dalam kondisi sudah terisi, menjaga pola makan agar teratur, minum multi vitamin dan istirahat yang cukup.

“Apabila ada waktu senggang gunakan untuk istirahat,” ungkap Hendry ketika ditemui di Kampus 1 UAD, Jl Kapas, Semaki, Yogyakarta, Sabtu (12/8/2017).

Dosen farmasi kelahiran Tegal juga mengingatkan untuk berangkat mengikuti p2k dalam kondisi perut sudah terisi meskipun dengan roti dan susu, yang terpenting makanan di pagi hari cukup untuk menunjang aktivitas sampai istirahat makan siang. Pola makan tetap dijaga tiga kali sehari dan istirahat yang cukup.

Timkes P2K Universitas tahun 2017 berjumlah 77 personel dengan 5 personel dari tim dosen dan 72 personel dari mahasiswa yang terdiri dari tim KSR PMI, Pramuka, dan IMM, sedangkan tim dari fakultas menyesuaikan dengan jumlah Maba. (sch)

Mengenal Maskot P2K UAD,

                Opu kembali dihadirkan dalam acara Pembukaan Pogram Pengenalan Kampus Universitas Ahmad Dahlan (UAD) di gedung Amongrogo (15/8/2017).

                Opu adalah boneka orang sebagai maskot mahasiswa UAD yang berwujud lebah. Menurut Heru selaku Presiden mahasiswa, Opu memiliki nilai filosofis.

                “Dia adalah seorang mahasiswa yang memakai almamater yang membawa pulpen di tangan kanan dan buku di tangan kiri untuk belajar, berproses, dan berkuliah selama di UAD untuk mencapai cita-cita yang disimbolkan dengan memakai toga.”

                Opu adalah gambaran ideal mahasiswa UAD. “Seperti itulah mahasiswa UAD, belajar dengan memegang pulpen dan buku, inilah semangat kita,” tambah Heru.

Selain sebagai gambaran mahasiswa UAD, Heru mengatakan bahwa Opu ibaratnya sebagai pencairan suasana ketika mahasiswa sudah mulai mengantuk karena bentuknya yang lucu.

Heru juga menambahkan Opu sudah ada sejak lima tahun yang lalu dan tidak ada perbedaan sampai sekarang. “Terutama dari tahun angkatan saya 2014 sampai sekarang 2017 jumlahnya dua,” ungkap Heru.

                Menurut Nova dan Reno selaku orang yang memeragakan Opu, maskot mahasiswa UAD yang berwarna kuning dan memakai almamater oranye ini akan muncul selama acara pembukaan dan penutupan Program Pengenalan Kampus. (ari)

UAD Sediakan Beasiswa untuk Semester Satu

                “Proses seleksi untuk mendapat beasiswa dilakukan dengan merekap Kartu Hasil Studi (KHS) mahasiswa saat semseter 1. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal adalah 3,3,” terang Drs. Hendro Setyono, S.E., M.Sc., Kepala Biro Mahasiswa dan Alumni (Bimawa).

                Beasiswa merupa-kan tunjangan yang diberikan kepada pelajar atau mahasiswa sebagai bantuan (tali asih) biaya pendidikan. Di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, ada beberapa beasiswa yang bisa diperoleh dengan syarat tertentu. UAD sebagai salah satu Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) menyelenggarakan beasiswa yang pendanaan-nya berasal dari luar instansi dan dari UAD sendiri.

                Dari instansi luar ada beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) dan beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) sebesar 350.000/bulan dari Depdiknas . Kemudian dari Disdikpora DIY Beasiswa untuk Mahasiswa sebesar 2 juta/tahun, dan yang terakhir dari Bank rekanan UAD 400 ribu/bulan.

Perlu diketahui, beasiswa internal UAD untuk tahun 2017 dinaikkan menjadi 1 juta dari yang semula 840 ribu. Beasiswa ini khusus diberikan bagi 15% mahasiswa baru UAD dengan syarat utama hasil studi di semseter 1. Untuk tahun 2017, kucuran beasiswa internal UAD ini hampir mencapai 1 milyar. Menurut Drs. Hendro Setyono, S.E., M.Sc., Kepala Biro Mahasiswa dan Alumni (Bimawa) beasiswa ini berasal dari dana kemahasiswaan.

“Proses seleksi untuk mendapat beasiswa dilakukan dengan merekap Kartu Hasil Studi (KHS) mahasiswa saat semseter 1. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal adalah 3,3,” terangnya. Info lebih lanjut bisa mengakses website resmi Bimawa (bimawa.uad.ac.id). (ard)

UAD Tuan Rumah FGD-FRI 2017

Forum Rektor Indonesia (FRI) akan membahas “Ekonomi Pancasila” dalam Forum Group Discussion (FGD) yang rencananya akan diselenggarakan di Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Jumat (25/8/2017).

 

Pada konferensi pers kepada wartawan, Selasa (22/8/2017), Rektor UAD, Dr. Kasiyarno, M.Hum., menjelaskan pembahasan ekonomi Pancasila pada FGD-FRI yang diharapkan bisa menjadi bahan rujukan untuk menyusun silabus tentang pendidikan ekonomi Pancasila di perguruan tinggi. Apalagi saat ini Pendidikan Pancasila sudah menjadi mata kuliah wajib.

 

“Pancasila sudah menjadi mata kuliah wajib di perguruan tinggi. Namun perlu adanya kajian lebih lanjut terkait silabus yang diigunakan, apakah memiliki kesamaan dengan yang digunakan di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA),” paparnya.

 

Turut mendampingi Kasiyarno, Prof. Edy Suandi Hamid, Ketua Kelompok Kerja Ekonomi Pancasila FRI menegaskan pentingnya pembahasan Ekonomi Pancasila pada FGD. Ia menerangkan dasar negara Indonesia ini belum terimplementasikan secara baik, sehingga masih banyak ketimpangan di masyarakat.

 

“Ekonomi Pancasila perlu dibahas dalam forum, sebab ketimpangan ekonomi sedang menjadi sorotan. Angka ketimpangan ekonomi di Indonesia saat ini cukup tinggi,” tukasnya.

 

Selain itu, Edy menyarankan Indonesia bisa menerapkan sistem ekonomi Pancasila seperti negara-negara lain yang menerapkan sistem ekonomi kapitalis dan komunis. Sistem ekonomi Pancasila ini mengedepankan ekonomi yang berketuhanan, berkemanusian, berkerakyatan, serta berkeadilan.

 

Hasil FGD FRI diharapkan bisa memberikan kontribusi untuk merumuskan formulasi ekonomi Pancasila sebagai mata kuliah di perguruan tinggi, sehingga Pancasila tidak hanya normatif tetapi implementatif. (ard)

 

Jalan Kaki Selama P2K, Lebih Sehat!

“Karena lokasinya dekat jadi lebih baik jalan kaki, memang boleh menggunakan kendaraan tetapi tidak boleh membawa kendaraan sendiri. Panitia khawatir terjadi kecelakaan, karena kita masih dalam pengawasan panitia dan mencoba mematuhi peraturan dari panitia. P2K juga hanya seminggu dan hanya sekali dalam kuliah jadi kapan lagi kita bisa berangkat ke kampus jalan kaki,” tutur Ahmad Patihi Mahasiswa baru (Maba) asal Lombok, Nusa Tenggara Barat. Maba dari Program studi (Prodi) Ekonomi Pembangunan tersebut bertempat tinggal di Jalan Glagah Sari. Setiap hari ia berjalan kaki menuju lokasi Program Pengenalan Kampus  (P2K) di Kampus I Jalan Kapas, Rabu (16/2017).

                “Kalau pakai jasa ojek online, pengeluaranya jadi banyak. Misalkan membayar Rp. 7000 sekali jalan, jika setiap pulang pergi selalu menggunakan ojek online maka pengeluarannya akan lebih besar ketimbang jalan kaki yang hanya bermodal bangun lebih awal untuk berangkat P2K dan pulang lebih santai,” ungkap Patihi, begitu ia biasa disapa.

                Menurutnya, “Jalan kaki ada suka dan dukanya tetapi kalau sama-sama jalan kaki jadi lebih enak, tidak terasa capek dan bisa mengakrabkan diri sesama Maba. Nikmati waktu jalan kaki, sebenarnya yang jalan kaki banyak, bukan kita sendiri jadi jangan dianggap sebagai beban,” tukas Patihi.

                Patihi yang tidak memiliki saudara di Yogyakarta lebih memilih berjalan kaki selama P2K. Kendala tidak memiliki kendaraan tidak mematahkan semangatnya untuk berangkat mengikuti P2K. Patihi tidak sendiri, ia bersama Muhammad Zainal Arifin berjalan kaki menuju lokasi P2K

“Kalau jalan kaki, enak berdua supaya tidak capek dan akan lebih enak karena ada teman untuk mengobrol. Selain sehat, sekalian bisa tahu jalan alternatif (jalan tikus) agar lebih dekat, bisa menghafal jalan, dan bisa akrab dengan sesama Maba lain yang sama-sana jalan kaki,” ujar Arifin.

                Selama mengikuti P2K Patihi dan Arifin selalu jalan kaki baik berangkat maupun pulang dan mereka berencana melakukannya hingga akhir P2K. Jarak yang mereka tempuh kurang lebih 1.5 km selama 25 menit setiap harinya. (sch)

Akreditasi Bagus, Maba Kelahiran Brazil ini Pilih UAD

 

“Saya lahir di Brazil, tapi saya berkewarga-negaraan Timor Leste,” jelas Edilson Henrique Lopes saat diwawancarai di sela kegiatan pengenalan Unit Kerja Mahasiswa (UKM) pada Program Pengenalan Kampus Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (17/2017).

Mahasiswa baru (Maba) ini biasa dipanggil Edilson, ia mengaku memilih berkuliah di UAD karena akreditasinya bagus.     “Saya lihat UAD ini akreditasinya bagus,” jelas Edilson. Ia memilih Program studi (Prodi) Hukum karena impiannya sejak dulu, dan kelak ingin bekerja menjadi advokad. “Ini adalah mimpi saya,” ungkap Edilson.

Maba kelahiran Rio De Jenerio ini menganggap mahasiswa UAD banyak yang pintar dan tidak jauh berbeda dengan orang-orang di tanah kelahiran-nya. Di UAD ia berharap bisa melakukan banyak hal,  “saya ingin banyak membantu teman-teman, saya juga ingin beradaptasi dan mengenal teman-teman serta mendapatkan pengalaman baru,” papar Edilson.

Edilson juga berpesan pada teman-temannya di UAD agar terus bergerak aktif dalam mengembangkan diri, khususnya kemampuan berbahasa inggris. Hal tersebut perlu dilakukan untuk menghadapi persaingan global. (ari)

Konsep Perpustakaan Berbasis Teknologi Informasi

Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyah (FPPTMA) DIY-Jateng menyelenggarakan musyawarah wilayah dan seminar terkait layanan prima perpustakaan. Acara ini dilangsungkan di kampus 2 B, Universitas Ahmad Dahlah (UAD) Yogyakarta, Jl. Pramuka, Selasa (22/8/2017).

Drs. Tedy Setiadi, M.T., Kepala Perpustakaan UAD yang juga menjadi pembicara pertama menjelaskan, tujuan utama acara yang dihadiri pustakawan dari beberapa perguruan tinggi Muhammdiyah dan Aisyah ini sebagai bentuk evaluasi terhadap pergeseran arah perpustakaan dari konvensional menjadi berbasis teknologi informasi.

Ia menambahkan, bagus atau tidaknya kualitas perpustakaan tercermin dari kepuasan para pemustaka. Pustakawan harus memberikan layanan prima kepada para pengunjung. Selain itu, perpustakaan harus memanfaatkan kemajuan teknologi informasi sebagai salah satu pendukung peningkatan pelayanan.

“Ke depannya, teknologi informasi akan menjadi pilar utama operasional perpustakaan untuk memudahkan akses. Saat ini, peran utama perpustakaan sebagai pusat informasi,” tutur Tedy.

Pembicara lain dalam acara ini, Dr. Muhamad Sulhan, S.IP.,M.Si., Staf Pengajar Pascasarjana-Komunikasi UGM, memberikan materi perihal tips dan trik meningkatkan layanan prima menuju kepuasan pemustaka.

Dr. Muchlas, M.T., Wakil Rektor III UAD yang hadir dalam forum, menyampaikan pentingnya keberadaan perpustakaan sebagai salah satu aset yang dapat mendongkrak akreditasi universitas.

“Layanan di perpustakaan dapat mendongkrak akreditasi. Kini perpustakaan harus mengunggulkan layanan prima karena perpustakaan menjadi jantung denyut nadi perguruan tinggi.”

Ia juga menjelaskan, saat ini perpustakaan di UAD sudah berada pada “marwah” sebenarnya, bukan lagi sekadar pusat sumber belajar, tetapi sudah benar-benar menjadi “perpustakaan”. (ard)