Mudik Membangun Dusun

Mahasiswa sebagai agent of change atau agen perubahan, harus senantiasa memberikan kontribusi kepada masyarakat dan lingkungannya. Terlebih mahasiswa rantau yang tanggung jawabnya menyelesaikan studi telah dipenuhi. Pemikiran “malu pulang sebagai pengangguran” harus dijadikan pantangan. Mahasiswa rantau justru harus pulang membangun kampung halaman. Seperti yang dilakukan oleh Ardy Suryantoko, alumnus Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Prodi PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) tahun 2016. Pemuda kelahiran Wonosobo tersebut memiliki keinginan untuk membangun dan membangkitkan geliat sastra di dusunnya.

Saat ini, selain mengajar ekstrakurikuler Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Garung, Wonosobo, Ardy, begitu ia kerap disapa, tengah mengelola sebuah taman baca bernama “Taman Baca Sekar Mandiri”. Ia mengelola taman baca tersebut bersama dua orang kawan dan beberapa volunteer yang ikut membantu. Ardy yang juga seorang penyair muda, mengaku keinginannya membuka taman baca sudah muncul sejak kuliah. Keinginannya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di lingkungannya mendasari pembukaan taman baca tersebut.

“Apabila sulit memperbaiki kualitas masyarakat usia lanjut, maka generasi muda menjadi salah satu target saya untuk peningkatan SDM di masa mendatang. Selain itu, pengenalan terhadap literasi perlu ditekankan sejak dini agar generasi muda benar-benar berkualitas secara keilmuan,” jelasnya ketika diwawancarai via surel.

Hingga saat ini, Taman Baca Sekar Mandiri menaungi hampir 40 anak didik. Di sana memiliki banyak program, antara lain bimbingan belajar, kunjungan ke Arsip dan Perpustakaan Daerah (Arpusda), belajar membuat kerajinan tangan, permainan tradisional, dan bercocok tanam.

Ardy yang juga seorang aktivis sastra di Wonosobo mengaku tidak menemui kesulitan yang berarti dalam pembentukan Taman Baca Sekar Mandiri ini. Keluarga maupun masyarakat setempat sangat mendukung berdirinya taman bacaan ini, anak-anak juga dapat bermain dan belajar dengan percuma tanpa dipungut biaya. Taman Baca Sekar Mandiri, hingga saat ini menerima donasi berupa buku atau dalam bentuk apa pun. Donasi bisa disalurkan melalui Ardy Suryantoko (08562563130) atau dikirim ke Taman Baca Sekar Mandiri, Binangun 002/004, Gunungtawang, Selomerto, Wonosobo, Jawa Tengah. (dev)

Maba Ingin Berprestasi, Ikut UKM

 

“Sejak awal kuliah, mahasiswa yang ingin berprestasi harus aktif menulis, terutama karya tulis ilmiah jika ingin mengikuti Program Kretivitas Mahasiswa (PKM). Manfaatnya akan mengem-bangkan pola pikir dan kreativitas dalam rangka memajukan negara. Secara khusus dapat meningkatkan kepercayaan diri, apalagi kalau PKM-nya lolos ke PIMNAS,” jelas Kepala Biro Mahasiswa dan Alumni (Bimawa), Drs. Hendro Setyono, S.E.,M.Sc.
    PKM merupakan wadah yang dibentuk oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemenristek Dikti (untuk memfasilitasi potensi yang dimiliki mahasiswa Indonesia. Tujuannya untuk mengkaji, mengembangkan, serta menerapkan ilmu kepada masyarakat yang diperoleh selama kuliah.
    Hendro menambah-kan, pembinaan dan pelatihan PKM di Universtas Ahmad Dahlan (UAD) diserahkan kepada Program studi (Prodi) dan fakultas. Saat pengunggahan di bulan September, sebelumnya Bimawa akan mengadakan pelatihan dan pembimbingan PKM untuk semua mahasiswa, syarat utamanya mengumpulkan proposal PKM yang sudah jadi. Klinik ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas.
    PKM memiliki tujuh sub program, yaitu PKM-P (penelitian), PKM-T (teknologi), PKM-K (kewirausahaan), PKM-M (pengabdian kepada masyarakat), PKM-AI (artikel ilmiah), PKM-KC (kasra cipta), dan PKM-GT (gagasan tertulis). Setiap tahun, Kemenritek Dikti memberi dana hibah kepada mahasiswa yang PKM-nya lolos seleksi. Dana tersebut digunakan sebagai biaya untuk melakukan riset dan penelitian.
    UAD sebagai salah satu Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) setiap tahun dapat meloloskan PKM, dari didanai sampai maju ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS).
    “Tulislah apa yang dipikirkan serta sesuai dengan bidang yang disukai. Agar terus berprestasi, mahasiswa UAD harus rajin membaca dan menulis,” tukas dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) ini.
    Perlu diketahui, tahun 2017 ada 16 PKM mahasiswa UAD yang didanai oleh Kemenristek Dikti. Total dana yang dihibahkan sekitar 142 juta. Satu dari 16 PKM tersebut akan mewakili UAD mengikuti Pimnas yang akan diselenggarakan 23-28 Agustus 2017 di UMI. (ard)

Kegiatan dan Hukuman yang Mendidik dan Religi

Kerap kali OSPEK menjadi hal yang menakutkan bagi mahasiswa baru. Sebab, kegiatan orientasi mahasiswa baru tersebut sering keluar dari hakikat dasar seharusnya. Membuat aturan berarti membentuk disiplin mahasiswa baru pada kegiatan ospek. Ketegasan dari panitia itu penting. Namun, bentuk ketegasan panitia tidak boleh melebihi batas wajar, seperti  memberi hukuman yang tidak mendidik hingga merenggut nyawa peserta. Untungnya kegiatan OSPEK di UAD yang biasa disebut dengan Program Pengenalan Kampus (P2K) UAD tidak terjadi seperti itu.

Seperti yang dilakukan Fakultas Agama Islam (FAI) UAD ada yang membedakan dengan fakultas yang lain yakni, hukuman yang diberikan kepada Mahasiswa Baru (Maba) yang melanggar peraturan. Hukuman tersebut diantaranya menghafal hadist, menulis potongan ayat Al- Qur’an beserta artinya dan berpidato Bahasa Arab.

“Bagi yang melanggar akan  diberikan sanksi untuk menghafal hadist, menulis potongan ayat Al- Qur’an beserta artinya dan berpidato Bahasa Arab,” ungkap Fitri Nurlizi selaku Panitia Kedisiplinan FAI, Selasa (15/8/2017).

Lain Fakultas Agama Islam lain pula Fakultas Psikologi. Seperti yang dikatakan oleh Aldo Akhsan selaku Panitia Kedisiplinan Fakultas Psikologi, Panitia  yang melanggar akan kita beri sanksi menulis tokoh Muhammadiyah di daerah asal mereka satu halaman folio tulis tangan, bila ada yang ketahuan membawa motor diberi sanksi menggambar denah kampus.

“Untuk panitia yang melanggar peraturan akan kita beri sanksi untuk membeli snack dengan harga Rp. 1.000 sebanyak jumlah panitia,” ujarnya ketika ditemui di sela-sela kegiatan P2K di Among Rogo, Jl. Semaki, Umbulharjo, Yogyakarta.

Pemberian hukuman tersebut tidak serta merta tanpa alasan. Hal itu dipilih karena bersifat mendidik dan memberikan efek jera. Sehingga, hal ini dapat meningkatkan wawasan, religi dan moral Mahasiswa Baru (Maba).

Pemberian hukuman kepada Mahasiswa Baru haruslah yang mendidik efek jera dan memberikan. Seperti khitahnya untuk memperkenalkan kampus kepada mahasiswa baru dan mengarahkan orientasi mahasiswa di kehidupan yang akan datang sebagai bagian dari masyarakat kampus. (Ami)

Psikologi Industri dan Organisasi UAD

“Pengalaman saya kuliah di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) selama ini sangat menyenangkan. Di Program Studi Magister Psikologi Profesi, hubungan antara sesama mahasiswa maupun mahasiswa dengan dosen, terjalin sangat erat. Kami, mahasiswa tidak hanya dibekali perspektif akademis tetapi juga diberikan pemahaman tentang esensi psikologi itu sendiri. Terlebih lagi dalam peminatan Psikologi Industri dan Organisasi (PIO), dosen yang mengajar berasal dari berbagai latar belakang baik akademisi, praktisi, maupun konsultan. UAD juga sering mendatangkan dosen tamu yang merupakan praktisi di perusahaan-perusahaan besar maupun dosen tamu dari universitas lain,” ujar Dwi Rio Sudaroji, S.Psi. dengan semangat. Pemuda asal Pekanbaru, Riau, tersebut telah menempuh dua semester masa perkuliahan di Fakultas Psikologi (FP) Program Studi Magister Psikologi Profesi dengan penjurusan PIO. Ketika ditemui di ruang kelas pascasarjana, kampus 1 UAD, Jln. Kapas, Semaki, Yogyakarta.

Rio, begitu ia biasa disapa, tengah mempersiapkan Praktik Kerja Profesi Psikologi (PKPP). Program Studi Magister Psikologi Profesi telah menjalin kerja sama dengan beberapa perusahaan besar seperti Komatsu, Logistik, Psikologi Angkatan Udara, dan beberapa perusahaan lain. Hal tersebut dilakukan demi kepentingan PKPP yang akan dilaksanakan oleh mahasiswa pascasarjana psikologi.

Rio menambahkan bahwa alasannya memilih peminatan PIO adalah karena ia telah memiliki gambaran yang jelas terkait rencana masa depan yang akan ia tempuh, dan keinginannya untuk mendalami iklim serta kondisi sebuah perusahaan atau organisasi. Ia berharap dengan mengambil peminatan PIO di Program Studi Magister Psikologi Profesi UAD, ia dapat memperoleh pengalaman dan meningkatkan kompetensi diri.

Harapan tersebut terwujud sedikit demi sedikit selama proses pembelajaran. Rio menjelaskan bahwa proses pembelajaran selalu berisi dengan diskusi yang aktif dan pemberian feedback serta masukan dari dosen yang membangun mahasiswa.

Devi Damayanti, S.Psi., M.Psi., Psikolog. menjelaskan salah satu keunggulan Program Studi Magister Psikologi Profesi UAD adalah tersedianya sarana dan prasarana yang lengkap dan memadai. Kebutuhan perkuliahan mahasiswa terpenuhi dengan tersedianya ruang diskusi yang kondusif dan rasio perbandingan antara dosen dan mahasiswa yang kecil, yaitu 1:15. Dengan rasio perbandingan yang kecil tersebut memungkinkan adanya interaksi yang cukup intense dalam pembinaan maupun pembimbingan mahasiswa. Hal tersebut juga memungkinkan terjalin hubungan yang dekat dan akrab.

Empat laboratorium yang tersedia memungkinkan mahasiswa dalam melakukan praktikum. Di antaranya Lab. Tes Psikologi Individual, Lab. Psikologi Observasi Anak dan Klasikal, Lab. Psikologi Konseling Individual dan Kelompok, serta Lab. Relaksasi Psikologi. Staf pengajar program studi yang berdiri pada 5 Agustus 2011 ini terdiri atas 29 dosen yang juga merupakan praktisi dan termasuk di dalamnya 6 doktor.

“Peminatan PIO fokus mencetak psikolog PIO yang bekerja dalam ranah industri maupun organisasi. Khususnya adalah perusahaan yang memiliki kewenangan mengintervensi dan memiliki kompetensi dalam melakukan diagnosa tentang kondisi organisasi, serta memberikan dan melakukan langkah-langkah intervensi untuk organisasi. Tujuannya agar perusahaan dapat bekerja lebih efektif, produktif, dan berkembang lebih optimal,” jelas Devi.

Lebih lanjut, Devi juga menjelaskan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam perkuliahan merupakan kombinasi berbagai aspek karena Program Studi Magister Psikologi Profesi tidak hanya mencetak ilmuwan tetapi juga praktisi. Hal tersebut yang mendasari cara praktik evidence-based sehingga wajib menggunakan referensi ilmiah. Proses pembelajaran yang dilakukan pun sering membahas kasus blind case maupun kasus nyata. Maka dari itu, pihak program studi sering mendatangkan dosen tamu yang mengajar di kelas dengan materi tertentu, yang sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. Program Studi Magister Psikologi Profesi yang baru sekali melalui proses akreditasi ini berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 167/E/O/2011 telah terakreditasi B Nomor : 0172/SK/BAN-PT/Akred/PSPP/IV/2016.

Sementara itu menurut Rio, ritme pembelajaran yang ia rasakan selama dua semester mempelajari PIO sangat menyenangkan dan mendukung kualitas diri mahasiswa psikologi. Betapa tidak, keakraban dan kekeluargaan sangat dijunjung di program studi ini. Sebelum perkuliahan dimulai, seluruh mahasiswa pascasarjana terlebih dahulu menjalani matrikulasi.

“Setelah ritme stabil, kelas saya menjadi paling ramai. Ramai dalam artian positif, kami kompak dan sering berdiskusi tentang masalah-masalah menarik dalam PIO. Tentu diskusi-diskusi tersebut didampingi oleh dosen yang profesional dan kompeten. Dengan begitu, setelahnya, kami dapat memperoleh feedback serta diberikan pemahaman tentang permasalahan tersebut. Khususnya jika dilihat dari kacamata praktisi dan pengalaman lapangan,” jelas Rio.

Rio kemudian menambahkan, “Di sini (Program Studi Magister Psikologi Profesi) kami belajar untuk meningkatkan kompetensi. Kami dibimbing oleh tenaga pengajar berpengalaman dan profesional di bidang praktisi. Pemahaman yang diberikan bukan hanya dari perspektif akademik, tetapi juga perspektif praktisi profesional.”

Sejalan dengan harapan Rio sebagai mahasiswa, Devi selaku dosen pun berharap agar peminatan PIO dapat lebih dikenal, dan masyarakat dapat memanfaatkan keberadaan program studi ini baik untuk kepentingan keluarga maupun diri sendiri, baik peluang untuk berkarier maupun memanfaatkan jasa layanan psikolog yang bisa difasilitasi oleh Program Studi Psikologi. (dev)

Menuju Indonesia Emas 2045

“Mengangkat jiwa nasionalisme setiap mahasiswa baru UAD untuk mencapai Indonesia emas di tahun 2045.”  – Muhammad Taris-

Program Pengenalan Kampus atau biasa disebut  dengan P2K UAD tahun ini mengusung tema yakni Bersama UAD Kita Kukuhkan Semangat Nasionalisme Menuju Indonesia Emas 2045. Tema ini dipilih dengan terlebih dahulu melihat momentum dan kebutuhan bangsa Indonesia dengan adanya bunus demografi penduduk di tahun 2020-2030 dan untuk mencapai Indonesia Emas di tahun 2045.

“Mengukuhkan semangat nasionalisme menuju Indonesia emas di tahun 2045 dipilih menjadi tema besar dalam P2K tahun ini, yang bertujuan untuk mengangkat jiwa nasionalisme setiap mahasiswa baru UAD untuk mencapai Indonesia emas di tahun 2045. Diharapkan mashasiswa baru UAD dapat berkontribusi untuk menyukseskan Indonesia emas di tahun 2045 dengan ilmu yang telah didapat saat berkuliah di UAD.” Ungkap Muhammad Taris, Ketua Panitia Pusat P2K Tingkat Universitas (PANPUS), Sabtu (12/8/2017).

“Dari data yang ada pada tahun 2020-2030 Indonesia akan mendapat bonus demografi penduduk. Pada demografi penduduk kali ini akan banyak anak muda yang akan terlahir, berkarya dan melanjutkan perjuangan bangsa Indonesia di tahun tersebut. Hal ini diproyeksikan tepat satu abad Indonesia merdeka atau tahun 2045.” Kata Muhammad Taris saat ditemui disela-sela kegiatannya dalam mempersiapkan P2K di Among Rogo.

Bonus demografi adalah jumlah usia angkatan kerja dengan usia 15-64 tahun mencapai 70 persen. Sedangkan 30 persen penduduknya adalah berusia tidak produktif yaitu usia 14 tahun ke bawah dan di atas 65 tahun. Artinya dalam kurun waktu 3-13 tahun ke depan bangasa Indonesia akan memiliki banyak sekali SDM yang tengah pada puncak usia produktif.

Lebih jauh lagi Muhammad Taris menjelaskan, akan ada stage performance yang ditampilkan di P2K kali ini dengan tema besar Menuju Indonesia Emas. Stage performance akan dibagi menjadi dua jenis. Stage performance yang pertama akan ditampilkan oleh mahasiswa UAD angkatan 2013-2016 untuk menyambut mahasiswa baru (MABA). Sedangkan stage performance yang kedua akan ditampilkan oleh mahasiswa baru dari setiap fakultas untuk menampilkan bakat yang dimiliki oleh mereka. Dengan adanya rangkaian P2K ini diharapkan dapat mengangkat  jiwa nasionalisme untuk terwujudnya Indonesia Emas di tahun 2045. (Ami)

Kolaborasi Kolosal, Mahasiswa UAD Jadi Guest Star

“Sejak lama, kami memiliki gagasan untuk menyinergikan seluruh elemen Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan komunitas yang ada di UAD. Mahasiswa memiliki bakat dan minat yang berbeda-beda, akan menjadi hal luar biasa apabila perbedaan itu disatukan dalam sebuah kolaborasi kolosal.” Begitulah yang disampaikan Dr. Abdul Fadlil, M.T., Wakil Rektor III (WR III)  Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Bidang Pengembangan Mahasiswa dan Pemberdayaan Alumni.

Kolaborasi kolosal mahasiswa UAD ini ditampilkan dalam acara pembukaan dan penutupan Program Pengenalan Kampus (P2K). Fadlil menjelaskan, kolaborasi kolosal merupakan salah satu cara untuk menyiasati P2K agar memberi kesan tidak terlupakan bagi mahasiswa baru.

Beberapa tahun penyelenggaraan P2K, biasanya UAD selalu mengundang bintang tamu band lokal dan stand up comedy. Tetapi itu tidak terjadi lagi di tahun 2016 dan 2017.

“Kami ingin sesuatu yang istimewa. Mahasiswa baru harus disambut dengan sesuatu yang berbeda. Salah satu pertimbangan tidak lagi mengundang guest star adalah kami ingin memaksimalkan potensi mahasiswa UAD. Merekalah yang menjadi guest star,” papar dosen Teknik Elektro ini.

Senada dengan WR III, Muhammad Taris Ketua Panitia Pusat P2K memberi keterangan kolaborasi pentas kolosal ditujukan untuk menyatukan antarkomunitas, mahasiswa, forum bersama (forbes), LSO, dan lainnya.

Kolaborasi kolosal pembukaan P2K berjudul “Babar Tumapaking Nuswa Kencana”. Judul ini memiliki arti ‘mengurai perjalanan menuju keemasan Indonesia’. Sesuai dengan tema P2K 2017, yakni “Bersama UAD Kita Kukuhkan Semangat Nasionalisme menuju Indonesia Emas 2045”.

Makna dari pertunjukan tersebut untuk memotivasi mahasiswa UAD agar meningkatkan kecakapan potensi akademik maupun nonakademik, untuk mempersiapkan diri menyambut 100 tahun Indonesia merdeka di tahun 2045.

Pentas kolaborasi kolosal ini melibatkan sekitar 200 mahasiswa UAD dengan durasi pementasan sekitar 1 jam. Latihan dilakukan selama 2 minggu penuh sebelum pelaksanaan P2K (15/8/2017) dengan durasi pertemuan 5 jam setiap hari dari pukul 18.00–23.00 WIB.

“Pentas ini akan menjadi ciri khas P2K UAD. Kami mencari sesuatu yang berbeda dengan pengenalan kampus di universitas lain. Intinya, kami ingin membangun kecintaan terhadap UAD.”

Mentor mahasiswa dalam menampilkan kolaborasi kolosal adalah Komunitas Gayam 16 yang digawangi oleh Jijit dan Joko. Kedua orang ini merupakan personil Kiai Kanjeng. Mereka mengajak 25 orang lainnya dari Komunitas Gayam 16 untuk turut membantu mahasiswa mempersiapkan pentas yang ditampilkan di Gor Amongrogo. (ard)

Atasi Stres dengan Manajemen Coping

Terjadinya kasus bunuh diri, terutama beberapa hari lalu terjadi di wilayah Girimulyo, Gunungkidul, Yogyakarta, menjadi perhatian tersendiri bagi Ketua Program Studi Magister Profesi Psikologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Dr. Siti Urbayatun, M.Si.

Menurutnya, penyebab utama bunuh diri bervariasi pada setiap kasus. Dari sisi dinamika psikologi, pasti ada stressor yang menyebabkan terjadinya problem sehingga membuat seorang individu melakukan tindakan ini. Stressor merupakan stimulus atau peristiwa yang menimbulkan respons stres.

“Untuk menghadapi permasalahan tersebut, sebenarnya di dalam diri setiap individu sudah terdapat kemampuan untuk menghadapi stressor yang dinamakan coping,” terang Urba ketika ditemui di kantornya, Rabu (16/8/2017).

Coping adalah suatu upaya individu untuk menanggulangi situasi stres yang menekan akibat masalah yang dihadapi, dengan cara melakukan perubahan kogntif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya sendiri.

Ranah psikologi mengajarkan keterampilan individu untuk mengatur manajemen stres, misalnya coping yang tepat dalam menghadapi masalah. Faktor internal ini dapat dilatih dan terus diasah secara berkelanjutan.

Dari penjelasan perempuan kelahiran Bantul ini, terkait dengan coping, setiap individu memiliki cara tersendiri untuk melampiaskan permasalah yang dihadapi. Ada yang dilampiaskan dalam bentuk rekreasi, meningkatkan spiritualitas, bahkan yang ada menjurus ke hal negatif seperti mengonsumi minuman keras dan obat-obatan terlarang. Ia menambahkan, setiap orang punya gaya tersendiri untuk menghadapi masalah yang sedang dihadapi.

“Meskipun stressor-nya besar, tetapi kalau gaya manajemen masalahnya bagus dan memiliki keterampilan coping yang baik, maka masalah sebesar apa pun tidak akan sampai mengarah kepada hal-hal yang bersifat destruktif, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.”

Selain faktor  internal tersebut, faktor eksternal seperti lingkungan sosial juga sangat berpengaruh terhadap coping individu. Harus ada dukungan kuat dari lingkungan sekitar, terutama orang-orang terdekat. Orang yang melakukan tindak bunuh diri biasanya cenderung hopeless, negative thinking, dan terlalu menggeneralisasikan sesuatu.

Stressor tidak mungkin dihindari dan sangat bevariasi. Stressor dari dalam maupun luar harus dihadapi terus-menerus dengan manajemen problem solving yang baik.

“Individu harus punya imunitas, daya untuk menghadapi stressor. Kepedulian sosial juga harus ditingkatkan,” tegas dosen Psikologi ini.

Lebih lanjut, perempuan yang meraih gelar doktor dari meneliti korban gemba Bantul (2006) ini menjelaskan bahwa individu yang terbiasa tanpa masalah cenderung tidak memiliki imunitas yang kuat untuk menghadapi permasalahan, sehingga rentan stres.

“Dengan adanya masalah, bisa memuat indvidu menjadi pribadi yang kuat. Tidak selamanya kejadian negatif beradampak negatif, bisa saja berdampak positif.”

Solusi terbaik untuk mengurangi stressor dan mencegah tindak bunuh diri adalah dengan cara meningkatkan kemampuan atau keterampilan diri serta memanfaatkan sumber daya yang dimiliki di dalam masyarakat, misalnya religiusitas. Orang-orang yang terlatih menghadapi masalah, cenderung memiliki kepribadian dan spiritualitas yang kuat, dan lebih menghargai kehidupan. (ard)

Menangi Derby Muhammadiyah, UAD FC ke Semifinal

Universitas Ahmad Dahlan Football Club (UAD FC) menutup pertandingan penyisihan grup dengan memenangi derby Muhammadiyah melawan PS HW (UMY). Pertandingan yang digelar di lapangan UMY, Jumat (19/8/2017) ini dimenangkan UAD FC dengan skor tipis 1-0.

Gol tunggal tim ber-jersey orange dicetak oleh Alfon di pertengahan babak pertama (23’). Pemain sayap yang baru bergabung putaran kedua ini berhasil memaksimalkan kemelut yang terjadi di depan gawang PS HW. Kemenangan tersebut membuat UAD FC memuncaki klasemen grup B Liga 3 (Liga Nusantara) regional DIY dan berhak lolos ke semifinal.

Pelatih UAD FC, Sudarmaji, mensyukuri hasil pertandingan ini, pasalnya di putaran pertama penyisihan grup, anak asuhnya tampil inkonsisten. Hasil berbeda ditunjukkan di putaran kedua, empat pertandingan berhasil dimenangi oleh tim yang bermarkas di Jl. Kapas, Semaki, Yogyakarta itu.

“Cukup berat bermain di derby Muhammadiyah. Anak-anak tampil bagus, meskipun di babak kedua mendapat tekanan, mereka dapat mengontrol emosi. Tugas berat menanti di semifinal, kami akan terus berusaha menjadi yang terbaik dan menjuarai kompetisi ini,” jelas Sudarmaji.

Pandangan berbeda disampaikan Afan Kurniawan, S.T.,M.T., Ketua Umum UAD FC ini cukup cemas menyaksikan pertandingan dengan tempo tinggi dan keras. Ia berharap UAD FC bisa menjuarai Liga 3 dan memenuhi target masuk ke Liga 2. (ard)

BK Gelar Seminar Nasional Pendidikan Karakter

 

Program Studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Ahmad Dahlan (Prodi BK FKIP UAD), menggelar seminar nasional pada Minggu (13/8/2017) lalu. Tiga pembicara utama dalam acara tersebut adalah Sumarta Supranata, Ph.D., Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kerja; Prof. Dr. Sunarya Kartadinata, M.Pd., Guru Besar Bimbingan dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia (UPI); dan Dr. Aip Badrujaman, M.Pd., Kaprodi Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

Seminar nasional yang mengangkat tema “Peran Bimbingan dan Konseling dalam Penguatan Pendidikan Karakter” ini diikuti kurang lebih lima ratus peserta yang terdiri atas dosen, guru, praktisi, dan mahasiswa. Panitia melakukan seleksi ketat pada puluhan abstrak yang masuk, hingga menyisakan 42 makalah yang berasal dari 4 provinsi di Indonesia. Bahkan untuk menjaga kulitas akademik yang baik, panitia memberikan beberapa syarat kepada pemakalah yang izin tidak melakukan presentasi. Jika syarat-syarat tersebut tidak dipenuhi, tentu akan dilakukan tindakan secara akademik.

“Tema seminar disesuaikan dengan tema Milad UAD, yaitu menjadi prodi yang luar biasa secara visi dan berkemajuan. Ini juga merupakan visi Muhammadiyah. Kemudian, dibahas pula terkait perubahan peraturan perundangan yang mengatur tentang pendidikan karakter, sehingga kami harus melihat posisi pendidikan karakter secara keilmuan pada bimbingan dan konseling,” jelas Dodi Hartanto, M.Pd., Kepala Program Studi BK, perihal pemilihan tema seminar.

Setelah berhasil mempertahankan akreditasi A tiga kali berturut-turut, BK UAD saat ini tengah menyusun proposal dan melengkapi persyaratan untuk membuka program Pascasarjana Bimbingan dan Konseling. Hal tersebut sejalan dengan harapan Dr. H. Kasiyarno, M.Hum., Rektor UAD, “Prodi BK sudah bagus, berbagai prestasi sudah diraih baik dari sisi mahasiswa maupun dosen. Buktinya, berbagai pengakuan dan penghargaan telah diberikan pemerintah, dalam hal ini adalah Ban-PT, yang memberikan akreditasi A untuk ketiga kalinya. Tapi, seperti yang saya sampaikan, BK ini harus terus menjaga prestasi-prestasinya dan kalau bisa juga harus ditingkatkan dalam bidang pengembangan keilmuan, bukan hanya di tingkat S1, tapi bisa membuka S2.”(dev)

Hampir Separuh Wisudawan UAD Berpredikat Cum Laude

Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta mewisuda  957 mahasiswa periode Agustus 2017. Dari 957 mahasiswa sarjana dan pascasarjana tersebut, 377 sarjana S1 dan 17  sarjana S2 dinyatakan cum laude. Artinya, hampir separuh wisudawan UAD meraih predikat cum laude.

Rata-rata Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) wisudawan dari S1 naik 0,14 menjadi 3,44 dari periode sebelumnya (April). Program sarjana UAD total meluluskan 891, sedangkan S2 66 wisudawan.

Dr. Kasiyarno, M.Hum. selaku Rektor UAD, dalam sambutan acara wisuda menyampaikan terima kasih atas kepercayaan orang tua/wali wisudawan terhadap UAD untuk mendidik dan mengantarkan para mahasiswa sampai menjadi sarjana.

“Melalui majelis yang mulia ini, perkenankanlah saya atas nama UAD menyerahkan kembali putra/putri Bapak/Ibu. Semoga silaturahmi antara Bapak/Ibu dan UAD tetap terjalin dengan baik di masa-masa mendatang.”

Sampai saat ini, program pascasarjana UAD telah mewisuda 1.066 lulusan. Dengan dilaksanakannya wisuda periode Agustus 2017 ini, maka alumni UAD telah menyentuh angka 40.637.

Wisudawan terbaik dari S1 diraih oleh Nia Zulaeni (PBI) dengan IPK 3,94. Sementara itu, dari program pascasarjana, Fara Azzahra dan Riri Fauziyya (Farmasi) menjadi yang terbaik dengan IPK 4,00.

Wisudawan S1 dengan masa studi tercepat (3 tahun, 6 bulan, 16 hari) diraih oleh 2 wisudawan dari Prodi Farmasi atas nama Odhia Ulfa (IPK 3,87) dan Sidiq Bimantara (IPK 3,86). Untuk wisudawan termuda adalah Fivetha Titik Oktavia (IPK 3,08) dari Prodi Farmasi yang lulus pada usia 20 tahun 9 bulan 3 hari. (ard)