Enam Alumni UAD Abdikan Diri ke Pelosok Negeri

Tercatat, ada 6 alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan (FKM UAD) mengabdikan diri di pelosok negeri. Melalui program nusantara sehat, Ari Priyono, Arif Sujagat, Muhammad Ali Haider, Okta Bela Pangesti, Trias Nirmala, dan Dias Aulia, siap mengabdikan diri mereka.

Program nusantara sehat ini merupakan program di bawah langsung pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan derajat sehat masyarakat.

Dilansir di lama web resmi http://fkm.uad.ac.id/, mereka ditempatkan di daerah yang berbeda. Di antaranya di kabupaten Kepulauan Miangas Sulawesi Utara yang berbatasan langsung dengan Filipina, kabupaten Nunukan dan kabupaten Malinau Kalimantan Utara, kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat, dan kabupaten Atambua Nusa Tenggara Timur. Selama di daerah tersebut, mereka melakukan kegiatan mulai dari promotif, preventif, kuratif, serta rehabilitatif bersama anggota kelompoknya. Kegiatan tersebut juga bekerja sama dengan dinas kesehatan setempat serta instansi yang lainnya.

 

Sebelum diterjunkan ke daerah tersebut, mereka terlebih dahulu mengikuti pembekalan dan pelatihan.

“Kami dibina dan dilatih oleh TNI  untuk survival di lokasi penempatan, kedisiplinan, dan nasionalisme. Kami juga diberi pembekalan materi medis dan non-medis oleh Kementerian Kesehatan,” ungkap Jagat salah satu alumnus.

Ada kebanggaan tersendiri bagi alumni yang mengikuti program tersebut. Kesempatan untuk berpartisipasi dalam program nusantara sehat merupakan sesuatu yang jarang didapatkan mengingat seleksi yang begitu ketat.

“Wajib bangga, kapan lagi bisa membantu pemerintah kalau tidak sekarang,” ungkap Jagat.

“Saya bangga termasuk dalam salah satu tim nusantara sehat,” terang Ari, yang juga salah satu dari 6 alumni tersebut. Ini merupakan kesekian kalinya alumni FKM UAD berpartisipasi dalam meningkatkan derajat sehat masyarakat di daerah terpencil dan terluar negeri ini.

Pada periode sebelumnya, alumni FKM UAD juga ada yang terlibat dalam pencerah nusantara maupun nusantara sehat. Keberadaan alumni tersebut sebagai salah satu sumbangsih dalam mewujudkan negara mandiri dan sejahtera yang tidak bergantung pada kepentingan asing.

Gerakan Radikal dan Terorisme dalam Masyarakat

 

Drs. Zamzuri Umar, M.Pd., ketua pelaksana sekaligus Kaprodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Dirasat Islamiyah (PAI FTDI), membuka kegiatan Bedah Buku yang bertempat di Aula Islamic Center kampus IV UAD pada Kamis (17/12/2015).

Kegiatan yang dilaksanakan sejak pukul 07.30-11.00 WIB tersebut merupakan serentetan acara perayaan Milad UAD ke-55. Peserta terdiri atas mahasiswa FTDI yang berjumlah lebih dari 200 orang.

“Regenerasi gerakan radikal dan terorisme dalam masyarakat, kini semakin terbuka. Tema ini diangkat untuk memberikan wawasan bagi mahasiswa terkait maraknya gerakan-gerakan liberalisme dalam masyarakat yang sejatinya telah merusak ideologi umat Islam,” ujar Drs. H. Aris Tobirin selaku ketua Milad UAD ke-55.

Dalam acara bedah buku tersebut, dihadirkan dua pembicara, yakni Prof. Dr. Bilveer Singh (Guru Besar Univ. Singapura) dan Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, SU. (Ketua senat seluruh universitas di Indonesia).

Dua pembicara tersebut merupakan tokoh yang ahli dalam bidangnya, terutama berkaitan dengan gerakan-gerakan pembaru dunia. Telah banyak buku yang diterbitkan. Acara bedah buku tersebut menjadi tempat peluncuran buku terbaru mereka yang berjudul sama dengan tema yang diangkat, yakni “Regenerasi Gerakan Radikal dan Terorisme dalam Masyarakat yang semakin terbuka.”

Di akhir sambutannya, Aris mengungkapkan bahwa mahasiswa harus dapat belajar dengan memiliki buku tersebut. Harapannya, mereka dapat menambah pengetahuan tentang  gerakan-gerakan yang memojokkan Islam, sehingga dapat mengambil tindakan tentang fenomena tersebut.

“Kita adalah Muhammadiyah, harus berani hidup dan menghidupkan kehidupan.” (AKN)

Meneguhkan Ikatan dalam Polemik Pergerakan

Dewasa ini, pergerakan-pergerakan seperti radikalisme, terorisme, liberalisme, dan lainnya telah merambah masuk mempengaruhi pemikiran-pemikiran umat Islam yang sejatinya bukan ajaran dalam Islam sendiri.

Universitas Ahmad Dahlan (UAD) harus selalu siaga dalam menghadapi fenomena tersebut. Selain sebagai Perguruan Tinggi Muhammadiyah, UAD yang menjunjung tinggi nilai keislaman yang bertumpu pada al-Qur’an dan Sunnah, harus terus istiqamah dalam mewujudkan cita-cita Muhammadiyah yaitu menjadikan umat Islam yang sebenar-sebenarnya.

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), sebagai ortom Muhammadiyah mempunyai tugas besar dalam mewujudkan cita-cita Muhammadiyah. IMM senantiasa berdakwah kepada mahasiswa-mahasiswa mengenai nilai-nilai keislaman demi terjaganya Muhammadiyah dari pergerakan-pergerakan yang menyerang dan menghambat jalan dakwah IMM terutama di UAD.

Melihat hal tersebut, IMM Komisariat Tarbiyah dan Dirasat Islamiyah (TDI) menghadirkan Ustadz Irfan Nurudin sebagai pembicara terkait materi Ghozhul Fikr (Perang Pemikiran) dalam acara Latihan Dasar Ikatan (LDI) pada Sabtu-Minggu (26-27/12/2015).

Kegiatan yang bertempat di Kebun Buah Mangunan, Bantul, tersebut diikuti oleh mahasiswa UAD dari Komisariat TDI, BPP (BK, PGSD, PGPAUD), serta FSBK yang berjumlah sekitar 50 peserta.

“Selain untuk meneguhkan ikatan antar keder IMM, LDI yang mengangkat tema ‘Meneguhkan Ikatan dalam Polemik Pergerakan’ ini juga diharapkan mampu melatih kita untuk selalu memperdalam intelektualitas dalam pemikiran terkait polemik pergerakan yang semakin merebak,” ungkap Ahsanul Fikri al-Anshory selaku Ketua Umum IMM PK TDI dalam sambutannya. (AKN)

Dana Penelitian Terus Meningkat, UAD Terus Berbenah

“Dana penelitian dari internal universitas meningkat sekitar empat kali lipat dibanding tahun 2012,” ucap Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Dr Kasiyarno, M.Hum. saat membacakan Laporan Tahunan Rektor dalam acara Milad UAD ke-55, Sabtu (27/12/2015).

Perkembangan ini dinilai dari segi perolehan dan kualitas penelitian yang meningkat selama kurun waktu tersebut.

“Selama dua tahun terakhir ini, dana internal per proposal bisa mencapai maksimum 20 juta rupiah. Ini jauh di atas dana penelitian Kopertis sebesar 4 juta rupiah,” lanjutnya.

Selain internal, perolehan dana yang bersumber dari luar universitas juga naik tiga kali lipat. Berbagai dukungan itu turut memberikan pengaruh terhadap peningkatan kualitas penelitian. Hal ini ditandai meningkatnya jumlah publikasi di prosiding internasional, jurnal nasional, jurnal internasional, dan hak kekayaan intelektual.

Sebagai bentuk apresiasi, UAD memberikan reward bagi karya dosen yang dipublikasikan pada jurnal internasional. Nilai reward bisa mencapai 8 juta rupiah per karya. Namun sebelumnya, karya tersebut akan diverifikasi oleh tim khusus dan dalam setahun terakhir ini ada sekitar 500 karya yang diajukan.

“Tahun ini, kami sudah membentuk komite etik yang bertujuan melindungi kesejahteraan manusia dan hewan sebagai subjek penelitian. Terlebih, publikasi jurnal internasional saat ini mensyaratkan surat keterangan kelaikan etik,” paparnya.

Saat ini, UAD terus berbenah. Selain membangun gedung, termasuk masjid Islamic Center, UAD juga terus melakukan kerja sama riset level industri strategis nasional dengan Lapan, PT Pindad, dan Kementerian Pertahanan. Asesmen juga telah dilakukan oleh asesor teknologi nasional dari BPPT terhadap kemampuan Riset Center for Integrated Research and Innovation (Cirnov), yakni pusat penelitian UAD yang memadukan beberapa bidang terkait.

“Kami terus mengembang-tingkatkan kerja sama tingkat nasional maupun internasional. Saat ini kami sudah menggandeng setidaknya 46 perguruan tinggi dari kawasan Asia, Australia, Timur Tengah, dan Eropa Timur,” kata Kasiyarno.

Pada momentum tersebut dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bidang Tridarma Perguruan Tinggi. MoU ditandatangani Rektor UAD dan Dr. Siti Nur Amaliati (Sekretaris Utama LIPI) serta orasi ilmiah. Menurut Kasiyarno, momentum milad digunakan untuk melakukan introspeksi lembaga terhadap misi awal.

“Meningkatkan kualitas sudah menjadi keharusan,” jelas Rektor sekaligus Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) DIY ini.

Terkait kualitas, UAD tidak diragukan lagi. Pendidikan hingga Milad ke-55, tetap berpedoman pada kualitas. Dari 37 program studi (prodi), selain kualitas mahasiswa dibekali hard skill, soft skill, serta nilai keislaman dari awal masuk hingga wisuda.

“Sekarang, UAD pada penerimaan mahasiswa baru, tidak perlu menjaring, tinggal menyaring saja. Sebab, minat masuk ke UAD sangat tinggi,” tuturnya.

3 Kali Dalang Ki Seno di UAD sebagai Upaya Melestarikan Seni Budaya

Tercatat, sudah tiga kali Univeristas Ahmad Dahlan (UAD) mengundang Dalang Ki Seno Nugroho. Dua kali di kampus IV, satu kali di kampus I. Dalang yang sudah tidak asing di Jawa Tengah ini, pada Sabtu (26/09/2015), kembali tampil dengan lakon “Mbangun Purokencono” di kampus IV UAD dalam rangkaian acara Milad ke-55.

“Ini menunjukkan bahwa UAD tidak anti seni budaya bahkan mendukung sebagai media dakwah. Kami berharap mahasiswa UAD dapat juga memajukan,” kata Dr. Kasiyarno, M.Hum. dalam sambutannya.

Ia berharap kesenian bisa digalakkan sebagai media dakwah yang dulu pernah di lakukan oleh Muhammadiyah.

UAD sendiri beberapa bulan yang lalu mementaskan seni budaya lewat tari ke Hungaria.

Seperti lakon kali ini “Mbangun Purokencono”, Drs. Aris Thobirin M.Si. berharap UAD juga membangun kampus lebih besar seperti kampus V yang sudah di bagun. Acara Tasyakkuran ini untuk menghibur warga sekitar dan masyarakat UAD.

“UAD bisa membangun kampus yang bagus, berkualitas, maju, bermanfaat bagi bangsa kita yang bisa memakmurkan seluruh bangsa Indonesia,” harap Kasiyarno.

Sebelum acara wayang dimulai, ustadz Warjani mendoakan semoga acara wayang ini menjadi tontonan dan tuntunan.

Refleksi Akhir Tahun 2015

 

Untuk kesekian kalinya, Dr. H. Ahmad Wijayanto, M.A., atau yang biasa dikenal Ustadz Wijayanto berkunjung ke UAD. Setelah hadir sebagai pembicara pada kajian Ramadhan Juli lalu, kini ia datang kembali untuk menjadi pembicara dalam tabligh akbar dengan tema “Refleksi Akhir Tahun”.

Setiap tahun, UAD rutin mengadakan kajian Islami sebagai bentuk muhasabah mahasiswa dalam kegiatan yang telah dilakukan selama satu tahun lamanya. Harapannya, dengan hal tersebut mahasiswa mampu merenung kembali dan lebih termotivasi untuk hidup lebih baik di tahun selanjutnya.

Kajian yang diadakan pada Minggu (13/12/2015) dengan Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) UAD sebagai pelopor, bertempat di Islamic Center kampus IV Jalan Ringroad selatan, Banguntapan, Bantul, DIY.

Pada kesempatan kali ini, dihadirkan pula Ustadz Refan Said sebagai pembaca tilawah. Ia merupakan qori internasional yang mempunyai jam terbang baik. Sedangkan untuk peserta kajian, tidak hanya mahasiswa, masyarakat umum juga turut berpartisipasi sehingga total mencapai 1000 orang.

“Saya mengapresiasi atas peserta yang berjibaku menghadiri kajian ini. Semoga kita menjadi salah satu dari tujuh orang yang dirindukan surga, yakni yang ketika hari libur tetap bergegas ke masjid untuk menuntut ilmu,” terang Wijayanto.

Dalam kajian tersebut, kekuatan iman menjadi pembahasan utama untuk merefleksikan diri. Wijayanto bertutur bahwa iman yang sesungguhnya adalah dapat amar ma’ruf nahi munkar (mengajak pada kebaikan, mencegah pada keburukan).

Selama ini, yang membuat manusia menjadi galau adalah dua hal. Pertama, kelemahan di manajemen waktu. Sebenarnya hal ini dapat diatasi dengan memproduksi amal positif yang tepat pada waktunya. Kedua, tidak tertib di berbagai kegiatan, ini juga dapat diatasi dengan mengerjakan sesuatu secara tertib dan tuntas. Jika itu dapat dilakukan, manusia akan mendapatkan ketenangan lahir maupun batin. (AKN)

 

Iman sebagai Penumbuh Nurani

Setiap raga yang bernyawa di dunia pasti akan mati. Manusia adalah makhluk Allah yang dikaruniai akal dan pikiran untuk bertindak. Hal itulah yang menjadikan manusia sebagai makhluk Allah yang paling sempurna, yang membedakan dengan makhluk-makhluk lain seperti hewan, tumbuhan, dan lain sebagainya.

Manusia dapat melakukan apa pun yang ia mau, tapi satu yang harus diingat, semua perbuatan harus dipertanggungjawabkan di hari akhir kelak. Dalam hal ini, keimanan manusia berperan penting dalam menumbuhkan nurani. Karena dengan nurani yang bersih, suasana akan terjaga dengan baik bersama amal ibadah yang dilakukan.

“Tidak ada yang tahu umur manusia, karena maut dapat menghampiri mereka kapan dan di mana saja,” kata Dr. H. Ahmad Wijayanto, M.A., pembicara dalam Kajian Tahunan UAD yang bertema “Refleksi Akhir Tahun” dan bertempat di Islamic Center UAD.

Kajian tahunan tersebut merupakan program rutin UAD yang dikemas dalam “Tabligh Akbar” sebagai renungan jiwa mahasiswa dan masyarakat umum selama tahun 2015. Kajian ini juga diharapkan menjadi jembatan untuk merefleksikan jiwa demi menyambut tahun baru 2016.

Menurut Wijayanto, keimanan dan amal shalih merupakan dua hal yang sejalan. Ketika keduanya dilakukan secara beriringan, maka akan mendapatkan ketenangan hidup di dunia dan akhirat, dimuliakan hidupnya baik di dunia maupun akhirat, serta mendapatkan ridha Allah Swt.

Sementara jika manusia tidak beramal, celakalah ia. Karena hidupnya akan merasa tidak tenang, dihinakan, dan mendapat murka dari Allah Swt.

Di akhir kajian, Wijayanto menuturkan, “Ingat, Rasulullah selalu berkata, maut bisa datang tiba-tiba, kita hidup tapi pasti akan mati. Cintai apa saja yang ada di dunia ini, namun ingatlah bahwa semua yang dicintai akan berpisah dengan kita.” (AKN)

Betapa Lemahnya Modern saat Lokalitas Diangkat

 

“Gaya bercerita Ninduparas dalam kumpulan cerpen keduanya ini menunjukkan kekhasannya sebagai cerpenis yang tekun dan piawai menggarap tema magis dalam latar etnografis dengan alur yang mistis. Benda-benda yang menjadi latar cerita. Dan ini tampak pada ketertibannya menyusun kata, yang membaurkan, mencampurkan, dan meleburkan anatar yang tradisional—bahasa daerah—dan modern—bahasa nasional,” ucap Asef Saeful Anwar saat membedah kumpulan cerpen Penanggung Tiga Butir Lada Hitam di Dalam Pusar karya Niduparas Erlang di auditorium kampus I Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Senin (22/21/2015).

Hasilnya, kata Asef, sebuah deskripsi yang menunjukkan betapa lemahnya modernitas tanpa pijakan pada tradisi yang kuat. Begitulah kelihaian Ninduparas.

Meskipun begitu, kumpulan cerpen pemenang Siwa Nataraja Award ini juga ada beberapa catatan yang harus diperhatikan. Menurut Asef, kelemahan kumpulan cerpen Ninduparas—kumpulan cerpen, bukan cerpennya—sering kali tidak memerhatikan cara cerpen-cerpen pengisinya memiliki persamaan. Bahkan, kadang pengulangan, uakni deskripsi sebuah peristiwa atau kejadian.

Acara yang di adakan oleh Teater JAB juga bekerja sama dengan KOMODO BOOKS & JURNAL SAJAK ini berlangsung sangat meriah. Selain kumpulan cerpen tersebut, juga dibedah buku kumpulan puisi Taneyan karya Mahwi Airtawar yang dibahas Evi Idawati.

Diskusi semakin meria dengan adanya pembacaan puisi, cerpen, juga musikalisasi puisi Teater JAB. 

 

Menulis untuk Dakwah

 

“Menulis adalah salah satu cara untuk berdakwah, tidak melulu masalah materi,” kata Evi Idawati saat membedah kumpulan puisi Taneyan karya Mahwi Air Tawar di auditorium kampus I Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Senin (22/21/2015).

Ia mengajak kepada para audiens yang hadir agar menulis dengan banyak tujuan. Kalau bisa sekaligus berdakwah.

“Puisi Mahwi lebih mengangkat lokalitas Madura, tempat kelahirannya. Dia memotret dan memperkenalkan Madura lewat puisi. Hanya saja, masih belum bisa mempersilakan kita (pembaca) untuk masuk,” lanjut Evi.

Baginya, puisi hadir bukan hanya intuisi kita yang mengerakkannya pada makna. Tapi juga harus ada makna yang hendak disampaikan penulis kepada pembaca.

Acara yang diadakan oleh teater Jaringan Anak Bahasa (JAB) tersebut mengangkat tema “Perjumpaan di Pengujung Tahun”. Selain Taneyan, kumpulan cerpen Penanggung Tiga Butir Lada Hitam di Dalam Pusar karya Niduparas Erlang turut dibedah pula.

Acara yang bekerja sama dengan KOMODO BOOKS & JURNAL SAJAK tersebut menampilkan pembacaan puisi, cerpen, juga musikalisasi puisi teater JAB sebagai hiburan.  

 

Hasil dari Mengembangkan Potensi Diri

“Orang yang luar biasa diciptakan dari potensi diri yang dikembangkan.”

(Rina Ratih)

 

Dr. Rina Ratih Sri Sudaryani, M.Hum., merupakan salah satu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan (Prodi PBSI UAD) yang memiliki segudang pengalaman dan prestasi.

Ia merupakan alumnus PBSI UAD yang meraih gelar mahasiswa teladan UAD dan Kopertis V DIY, juga dinobatkan sebagai dosen teladan UAD dan Kopertis V DIY pada tahun 2005. Selain menjadi dosen, saat ini ia juga menjabat sebagai kepala pusat KKN (Kuliah Kerja Nyata) UAD.

“Jangan menganggap kita dipilih karena kita istimewa. Jadilah orang yang dibutuhkan orang lain dengan melakukan apa yang bisa dilakukan, karena kesempatan tidak datang dua kali,” ujar dosen sekaligus berprofesi sebagai viewer Lembaga Pengembangan Dana Pendidikan (LPDP) ini.

Minggu, (6/12/2015), Rina menjadi pemateri dalam pelatihan penulisan cerpen yang diadakan oleh Persada (Pesantren Mahasiswa KH. Ahmad Dahlan) dan bertempat di Kampus IV UAD, Jalan Ringroad Selatan, Banguntapan, Bantul, DIY.

Telah banyak tulisan-tulisan Rina yang telah dibukukan. Selain cerpen anak yang bernuansa Islami, sebelumnya ia menulis beberapa buku kumpulan cerpen tentang kehidupan perempuan dan lain sebagainya.

Rina merupakan salah seorang yang dapat mengembangkan potensi yang ia miliki dengan sukses. Selain segudang prestasi yang telah didapat, ia yang merupakan kader Muhammadiyah, terus belajar dengan meluangkan waktu setiap harinya untuk membaca dan menulis.

“Cari peluang dan berlatihlah dari sekarang. Belajarlah disiplin waktu untuk membaca dan menulis. Penilaian terhadap kita adalah apa yang kita lakukan. Jika baik, maka investasi akan baik dan banyak,” tegasnya. (AKN)