Pelatihan Jurnalistik di UAD

Pelatihan Jurnalistik UAD

26 Alumni UAD Mengajar di Thailand

 

Melalui Kantor Urusan Internasional (KUI) alumni Universitas Ahmad Dahlan (UAD) diberi pelatihan pembekalan sebelum berangkat ke Thailand. Pelatihan yang berlangsung di Pusat Pelatihan Bahasa ITC kampus 1 ini diikuti 26 alumni.

Drs. Hendro Setyono, SE., M.Sc selaku Kepala Biro Kemahasiswaan dan Alumni (BIMAWA) mengatakan, 26 mahasiswa tersebut akan mengajar di Thailand.

“Sebelum ke Thailand, mereka diberi pembekalan dulu. Pembekalan
tentang motivasi dan adaptasi, tukar pengalaman dengan yang sudah bekerja di Thailand, dan pembekalan tentang imigrasi dari KUI,” terang Hendro saat ditemui di kantornya, Kamis (6/4/2017).

Lebih lanjut Hendro mengatakan, mereka akan berangkat akhir April. Sebelumnya, mereka akan diberi pelatihan bahasa Thailand dasar oleh KUI.

Kepala KUI, Ida Puspita, S.S., M.A.,Res. melalui stafnya menjelaskan, UAD bekerja sama dengan Thailand sejak 2013. Lebih khusus, kerja sama itu terjalin dengan sekolah di Thailand selatan. Saat ini, sudah ada 17 sekolah yang bekerja sama dan sudah mengirimkan alumni UAD untuk ngajar di sana.

Hendro berharap, para alumni UAD bisa sukses sesuai dengan kesepakatan yang ada. Sukses memberikan dan mendidik anak di sana.

“Semoga mereka menjadi contoh bagi alumni dan mahasiswa UAD,” tukasnya.

 

Takluk 3-0, UAD FC Segera Berbenah

 

Pada laga uji coba melawan Persiba Bantul di Stadion Sultan Agung (SSA), Kamis (6/4/2017), UAD FC harus mengakui keunggulan tuan rumah dengan skor 3-0. Tiga gol Persiba tercipta pada paruh pertama pertandingan.

Menurut Sudarmaji, pelatih UAD FC, anak asuhnya belum memiliki mental baja ketika harus bermain di lapangan dengan dukungan fanatik dari suporter lawan.

“Bisa kita cermati, tiga gol yang disarangkan Persiba merupakan kesalahan kita sendiri. Anak-anak kurang fokus dan terlihat down, mungkin ini yang membuat tim lawan dapat mencetak gol dengan mudah,” ujar Darmaji.

Ia  mengungkapkan pertahanan UAD FC tidak solid seperti biasanya. Padahal menurutnya, pertahanan merupakan pondasi dasar untuk pertandingan sepakbola.

“Kami memiliki banyak pekerjaan yang harus segera diselesaikan sebelum bergulirnya kompetisi Liga Nusantara (LINUS). Ke depan, fisik dan mental anak-anak akan terus kami tempa.” (ard)

Dosen UAD ini akan Hadiri Second Annual UHC Financing Forum

Salah satu dosen Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Ahmad Dahlan (MM-UAD) Yogyakarta, Dr. Taufik Hidayat, M.Ec. akan berkunjung ke Washington DC dalam waktu dekat. Taufik mendapat undangan dari World Bank Group dan U.S. Agency for International Development (USAID) untuk mengikuti forum internasional Universal Healts Coverage.

Forum ini akan diselenggarakan di Hotel Myflower, Washington DC, Amerika Serikat, 20-21 April 2017. Forum membahas isu-isu keterkaitan antara sistem kesehatan dan sistem keuangan negara-negara dunia. Ada sekitar 300 peserta dari berbagai negara yang diundang dalam acara ini, salah satunya Indonesia.

Taufik akan mewakili Indonesia beserta 4 orang lainnya yang berasal dari berbagai instansi. Ia merupakan (Unsur Tokoh dan/Unsur Ahli) Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) dan seorang akademisi (dosen) di UAD.

“Undangan ini merupakan kesempatan untuk mengenalkan Indonesia dan membawa UAD ke forum internasional. Saya kira sebagai seorang akademisi, terutama dosen, harus sering mengikuti kegiatan semacam ini,” jelasnya.

Menurutnya, dengan mengikuti forum internasional, seorang akademisi (dosen) akan memiliki pengetahuan yang luas yang dapat ditularkan ke mahasiswanya dan memiliki kesempatan untuk memperluas networking.

Dari penjelasan Taufik ketika ditemui di kantor Pascasarjana Magister Manajeman kampus 1 UAD (1/4/2017), hal yang tidak kalah penting yang harus dilakukan seorang akademisi adalah mempertajam skill dan daya analisis. Kedua hal ini penting agar ilmu pengetahuan dapat diterapkan di masyarakat.

“Saya berharap ke depannya dosen-dosen muda di UAD banyak yang go internasional. Mereka harus menguasai bahasa internasional, mengupdate ilmu pengetahuan, dan sering melakukan knowledge sharing,” papar Taufik. (ard)

Segudang Prestasi Ketua UKM Sepak Bola UAD

Ia adalah Rahmat Sri Mashuri. Di balik penampilannya yang sederhana, ternyata laki-laki ini memiliki segudang prestasi luar biasa. Tercatat, prestasinya tidak hanya di bidang akademik, tetapi juga non-akademik.

Sejak SD, lelaki yang beralamat di Mulusan, Paliyan, Gunungkidul ini telah menjuarai banyak perlombaan. Ketika di SD Muhammadiyah Mulusan 2, Rahmat sering menjuarai lomba MTQ, di antaranya juara 2 lomba MTQ dan juara 1 lomba Hafalan Surat Pendek tingkat kabupaten. Lebih lanjut, saat menempuh pendidikan di SMP N 2 Wonosari, laki-laki kelahiran 16 Februari 1995 ini kembali menyabet prestasi di bidang keagamaan, yaitu juara 3 lomba MHQ tingkat kabupaten dan juara 1 lomba MTQ tingkat provinsi.

Tidak berhenti di situ, Rahmat terus membuat prestasi saat bersekolah di SMK N 2 Wonosari, yakni sebagai juara 3 lomba MTQ tingkat provinsi.

Kini, laki-laki yang suka membaca ini tercatat sebagai mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Ahmad Dahlan (PGSD-UAD). Ia dikenal mahir dalam mengumandangkan adzan, bahkan beberapa kali diminta untuk menjadi juri dalam beberapa perlombaan adzan.

Rahmat mengaku, bimbingan mengaji dari kedua orang tua telah membuatnya lancar membaca al-Quran.

“Sejak kecil, ibu dengan telaten mengajarkan saya qaari’ah. Kalau adzan, awalnya diajari oleh sahabat saya sejak SMK, kemudian saya berulang kali mendengarkan variasi-variasi adzan yang ada di dunia melalui Youtube, lalu saya tiru gaya-gaya adzannya,” ungkapnya saat diwawancarai melalui WhatsApp.

Laki-laki yang mempunyai hobi bermain sepak bola dan wedangan ini sekarang menjadi Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Sepak Bola UAD. Bersama tim-nya, ia sedang berproses untuk membawa UAD FC ke kejuaraan Regional DIY pada April 2017 mendatang.

“Doakan semoga kami bisa meraih juara 1, ya,” ucapnya.

Rahmat berharap kepada teman-teman agar mau tampil di luar Prodi PGSD serta selalu membawa nama baik Prodi PGSD di bidang apa pun.

“Jadikan hidup ini bermanfaat!” tutupnya. (TR)

 

Upgrading Ormawa FTI

Upgrading merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri (BEM FTI) yang bertujuan untuk memperkenalkan dan mempererat silaturahmi sesama Organisasi Mahasiswa (Ormawa) dalam lingkup FTI. Upgrading juga memiliki beberapa materi penting yang bisa menjadi acuan untuk kepengurusan Ormawa sebagai referensi untuk menjalankan kepengurusan selama satu priode. Pada tahun 2017 ini, Upgrading Ormawa FTI mengangkat tema “Mewujudkan Terciptanya Harmonisasi dan Kekeluargaan dalam KBM FTI”.

Upgrading dilaksanakan menjadi dua kali pertemuan, pertemuan pertama diadakan pada Minggu, 26 Maret 2017 di ruang 316 atau ruang audit A dimulai pukul 15.30 – 20.30 WIB. Beberapa kegiatan di antaranya adalah penyampaian materi dan diskusi antar Ormawa, seperti departemen pers dan informasi dari BEM bergabung dengan Ormawa dari Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro (HMTE),  Himpunan Mahasiswa Teknik Industri (HMTI), Himpunan Mahasiswa Teknik Informatika (HMTIF), Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HMTK) dan departemen yang lainnya dengan Ormawa FTI. Pemateri pada upgrading yang pertama disampaikan oleh Son Ali Akbar S.T.,M.Eng dari dosen Teknik Elektro.

Pertemuan kedua, upgrading dilaksanakan pada Minggu, 02 April 2017 pukul 15.30 – 20.30 WIB yang berlokasi di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan dengan pemateri Pandu dan M. Sholeh dari Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas (DPM-U) dan materi yang kedua disampaikan oleh Naufal Afif dari Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (DPM-F). Beberapa materi yang disampaikan adalah mengenai Latihan Dasar Organisasi (LDO) seperti Peranan Ormawa, Struktur organisasi, AD/ART, Peraturan dan perundang-undangan, GBHK dan Protap.

Luthfi Bagus Aditya selaku ketua HMTI mengatakan, “Upgrading yang dilaksanakan kemarin tentunya sangat bermanfaat, apalagi bagi teman–teman yang baru berkecimpung dalam organisasi, di situ terdapat banyak sekali ilmu dan tips mengenai  dasar-dasar organisasi. Dengan mengikuti materi LDO tersebut, saya yakin kita menjadi lebih paham cara menjalani kepengurusan dalam organisasi.”

Aqidatul Haqqiyah selaku staf HMTK pun berkomentar, “Upgrading merupakan acara yang luar biasa dengan materi yang disampaikan dengan sangat baik.” (Sch).

KUI: Sosialisasi Beasiswa Jerman dan Prancis

“Salah satu tugas dari Kantor Urusan Internasional (KUI) adalah memberikan sosialisasi tentang program beasiswa dari dalam maupun luar negeri,” terang Ida Puspita, M.A.,Res., Kepala KUI Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta.

Dari penjelasannya, KUI mengatur segala administrasi bagi dosen yang akan studi di luar negeri. Hal ini dilakukan sebagai dukungan terhadap misi UAD untuk memberikan akses atau informasi beasiswa sebanyak-banyanya kepada dosen.

Pada acara sosialisasi beasiswa untuk dosen yang diselenggarakan KUI di ruang sidang utama kampus 1 UAD, Selasa (4/4/2017), hadir sebagai pembicara Nur Fitria dari Institute Francais Indonesia (IFI) dan Suenja Völkert dari German Academic Exchange Service.

Keduanya memberikan detail informasi mengenai universitas, penyedia layanan beasiswa, biaya hidup, dan syarat-syarat yang dibutuhkan untuk mendapat beasiswa di masing-masing negara. Untuk mengikuti program beasiswa ini, selain penguasaan bahasa Inggris, harus menguasai bahasa Jerman dan Prancis dengan standar yang telah ditentukan.

Menurut Fitria, biaya hidup di Prancis tidak terlalu mahal. Pasalnya Pemerintah Perancis memberikan subsidi bagi mahasiswa asing. Subsidi ini bisa berupa potongan biaya sewa tempat tinggal dan biaya makan. Selain itu, di Prancis membuka kelas dengan pengantar bahasa Inggris.

Senada dengan yang disampaikan Fitria, Suenja Völkert juga menyampaikan bahwa biaya hidup dan kuliah di Jerman tidak mahal. Dia menambahkan untuk mendapat beasiswa syarat mutlaknya harus menguasai bahasa. (ard)

Pendekar Tapak Suci UAD Kalahklah UNS

Tapak Suci Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Yogyakarta berhasil mengalahkan tuan rumah Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta dalam pertarungan paling bergengsi di kalangan Tapak Suci perguruan tinggi se-Indonesia.

Setelah melalui pertarungan sengit di final, akhirnya kompetisi ini dimenangkan oleh wakil dari UAD Yogyakarta yang memuncaki podium kejuaraan. Adalah Dadang Arif Dwi Saputra mahasiswa Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UAD, meraih medali emas setelah menaklukan Tri Yunanto, peraih medali perak mahasiswa Universitas Negeri Sebelas Maret. Sedangkan Medali perunggu direbut Universitas Diponegoro Semarang, yang berhak pada podium ketiga pada kejuaraan tahun 2017 ini.

Dadang mengatakan, kompetisi ini sangat keras baginya, namun berkat latihan yang maksimal dan disertai doa, ia yakin apa yang dilakukan tidak akan mengkhianati hasil

“Kejuaraan Tapak Suci tahun ini memberikan pengalaman berharga bagi saya. Selain dapat mengharumkan almamater saya di kancah nasional, dengan meraih medali emas pada ajang kejuaraan nasional ini memberi motivasi saya untuk semakin rajin berlati,” kata Dadang yang juga merupakan Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tapak Suci UAD.

 

Acara yang dimulai tanggal 29 Maret hingga 2 April 2017 dan berlangsung di GOR UNS Surakarta ini diikuti oleh 54 perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Kejuaraan nasional Tapak Suci Putera Muhammadiyah antar perguruan tinggi negeri dan swasta se-Indonesia tersebut merupakan momen bertemunya para mahasiswa pendekar Tapak Suci di seluruh nusantara. Pasalnya, ajang bertemunya para pendekar muda yang dihelat setiap dua tahun sekali ini selalu menyuguhkan pertarungan sengit dari berbagai karakter pendekar generasi Muhammadiyah.

 

Banyak Penelitan yang Belum Melakukan Kaji Etik

Ketua Komite Etika Penelitian Univesitas Ahmad Dahlan (UAD), Dr. dr. Akrom, M.Kes. mengatakan, saat ini banyak penelitian dengan subjek manusia yang belum dilakukan kaji etik. Penelitian dengan subjek manusia baik dari bidang kesehatan, epidemiologi atau klinik, maupun dari bidang pendidikan  (termasuk pendidikan dini), serta bidang psikologi dan marketing, baru sekitar kurang dari 10% yang dilakukan kaji etik. Padahal, dalam sejarahnya telah terbukti bahwa banyak kegiatan penelitian yang belum memperhatikan prinsip-prinsip dasar hak asasi.

Dosen Farmasi tersebut menambahkan, salah satu aspek penting yang harus dilakukan oleh peneliti ketika menggunakan subjek manusia adalah memberikan dan meminta inform consent (pernyataan kesediaan setelah pemberian penjelasan, biasa disingkat dengan PSP).  

“Hal ini penting karena banyak subjek uji atau responden yang dilibatkan penelitian tetapi mereka tidak memahami apa tujuan, manfaat penelitian, dan apa konsekuensinya sebagai subjek uji, serta kurang memperhatikan otonomi subjek,“ terangnya saat ditemui di Hotel Neo Awana, Rabu (26/01/2017).

Akrom menjelaskan, banyak kasus penelitian yang mengabaikan aspek kerahasiaan subjek sehingga nama responden, institusi, atau individu, tersebar dengan mudah di masyarakat. Apalagi di era medsos saat ini, seperti kasus antrax yang menyebar viral di dunia maya.

Berbagai latar belakang tersebut mendorong Komite Etik Penelitian UAD menyelenggarakan “Basic and Advance Ethic Esearch Trining and Good Clinical Practice” bagi para anggota dan pengelola Komite Etik di daerah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Acara  tersebut berlangsung dari tanggal 26-28 Januari 2017. Pada kesempatan tersebut, hadir sebagai pembicara dari FERCAP yakni Prof. Christina Tores & Tim yang berasal dari Filipina.

Rektor UAD Yogyakarta Dr. Kasiyarno., M.Hum menambahkan, saat ini etika penelitian di Indonesia masih sangat rendah. Padahal, etika penelitian itu sangat penting di tengah era transparansi dan keterbukaan seperti sekarang.

“Etika penelitian ini sangat penting karena menyangkut hak asasi manusia dan transparansi,” katanya dalam sambutan.

Kasiyarno menegaskan, masyarakat berhak tahu jika ada yang menjadikan dirinya sebagai objek penelitian. Peneliti juga harus transparan memaparkan penelitiannya kepada masyarakat yang dijadikan objek. Saat ini, banyak yang hal itu tidak dilakukan termasuk lembaga-lembaga survei. Tentu saja lembaga survei juga harus memiliki etika penelitian.

“Sangat disayangkan penelitian di Indonesia masih banyak yang belum memenuhi etika penelitian ini,” kata Kasyirano di hadapan 30 peserta dari berbagai perguruan tinggi di daerah Jawa Tengah dan DIY tersebut. (doc)

PBI UAD dan PBI UNIBBA Tanda Tangani Nota Kesepahaman

Selasa (4/4/2017), Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Ahmad Dahlan (PBI-UAD) Yogyakarta mendapat kunjungan dari Universitas Bale Bandung (UNIBBA). Kunjungan ini dalam rangka studi banding UNIBBA untuk mempelajari manajemen pengelolaan program studi (prodi) dan penandatanganan nota kesepahaman (MoU).

Menurut penuturan Drs. Saeful Gunawan, M.Si., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP-UNIBBA), pada kunjungan kali ini mereka ingin menimba ilmu dan informasi dari UAD, khususnya dengan Prodi PBI.

“Menurut kami, pengelolaan manajemen UAD sangat baik, di tingkat prodi, fakultas, maupun universitas. Jadi, kami ingin mempelajari bagaimana manajemen pengelolaan yang baik untuk meningkatkan akreditasi, mutu pendidikan, maupun pelayanan kepada mahasiswa,” jelas Saeful.

Pada acara tersebut, juga ada penandatanganan MoU dari PBI-UNIBBA dan PBI-UAD. Kerja sama yang akan dilakukan kedua belah pihak terkait dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Raden Muhammad Ali, S.S.,M.Pd.,DEA., menjelaskan kerja sama dengan UNIBBA meliputi bidang pengajaran, kurikulum, pengembangan materi ajar, pengabdian masyarakat, penelitian, dan pengelolaan jurnal.

“Kebetulan PBI-UNIBBA sedang mempersiapkan akreditasi dan ingin belajar dari PBI-UAD. Alhamdulillah akreditasi kita sudah A, jadi tujuannya jelas, mereka fokus pada bagaimana pengelolaan prodi, kemahasiswaan, serta atmosfer akademis agar bisa meningkatkan akreditasi,” papar Ali selaku Kepala Prodi PBI. (ard)