Prodi PBSI UAD Menerima Kunjungan Studi Komparatif dari Prodi PBSI UMM

Jum’at, 18 Januari 2013. Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan (PBSI UAD) menerima studi komparatif dari Progran Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang (PBSI UMM) pada Jum’at 18 Januari 2013. Hadir dalam acara penyambutan adalah Dekan FKIP UAD Drs. Ishafit, M.Si dan jajaran pengurus Himpunan Mahasiswa Program Studi PBSI UAD.

Tamu dari PBSI UMM dipimpin oleh Ketua Program Studi PBSI UMM Dr. Ekarini Saraswati, M.Pd. Adapun jumah mahasiswa yang melakukan kunjungan di UAD ada 38 mahasiswa. “Kami sangat senang dengan sambutan yang diberikan dari pihak UAD, “ungkap Ekarini saat menyampaikan sambutan.

Acara studi komperatif tersebut berlangsung hangat dan penuh dengan rasa kekeluargaan. Antara Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (HMPS PBSI) dengan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Bahasa Sastra dan daerah UMM. mengadakan diskusi tukar pengalaman mengenai aktifitas dan pengelolaan organisasi kemahasiswaan. Acara yang berakhir pukul 11.30 ditandai dengan pemberian kenang-kenangan dan dilanjutkan dengan foto bersama. (Ias)

Read more

Prodi Ilmu Komunikasi UAD Menjadi Tuan Rumah Musyawarah III IMIKI

Ilmu_Komunikasi_UAD

Program studi Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menjadi tuan rumah Musyawarah Wilayah III Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia (IMIKI). Adapun peserta yang hadir adalah mahasiswa yang berasal dari Perguruan Tinggi di Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Kalimantan. Kegiatan ini berlangsung pada Sabtu, 19 Januari 2012 bertempat di kampus 5 UAD Jl. Ki Ageng Pemanahan 19 Yogyakarta.

Selain kegiatan Musyawarah Wilayah III IMIKI diadakan diskusi dengan menghadirkan nara sumber Hilda Damayanti(Owner ice cream kid party organizer), Suprawonto M.Sn , dan Rendra Widyatama, S. IP, M.Si Kaprodi Ilmu Komunikasi UAD).

Kegiatan yang berlangsung selama dua hari pada 19-20 Januari 2013 mengangkat tema Media Sosial Sebagai Interprenuer. Dalam sambutannya Rendra Widyatama menyampaikan bahwa mendukung secara penuh kegiatan mahasiswa ilmu komunikasi yang berasal dari berbagai daerah tersebut.

“Saya sangat bangga karena Ilmu Komunikasi UAD mendapatkan kehormatan menjadi tuan rumah. Kebanggaan ini tumbuh karena program studi ilmu komunikasi merupakan program studi baru, ” tambahnya. (Ayy/Sbwh)

Read more

Dilema Kualitas Pembelajaran dalam Active Learning

Oleh : Rendra Widyatama, SIP., M.Si

Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta

Dewsa ini active learning (pembelajaran aktif) diyakini sebagai metode pembelajaran yang paling baik, karena menggunakan prinsip pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, atau populer dengan sebutan PAKEM. Di Indonesia prinsip ini dimodivikasi dengan komponen interaktif, sehingga menjadi PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Interaktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).

Meski terlihat baik, dalam praktek pembelajaran aktif sering dijumpai masalah besar, khususnya terkait dengan managemen waktu. Dalam hal ini, waktu yang digunakan bagi pendalaman materi pelajaran jadi berkurang, sehingga kualitas pembelajaran akan dipertanyakan.

Ada dua hal yang menyebabkan kualitas pembelajaran berada dalam posisi menghawatirkan. Pertama, penyiapan kelas untuk membangun suasana pembelajaran agar sesuai tujuan pembelajaran. Kedua, saat pemberian kesempatan pada siswa untuk menyatakan pendapat. Dua kegiatan ini sering memakan waktu sehingga mengurangi jam efektif pembelajaran dan memunculkan masalah lebih lanjut berkait dengan kualitas pembelajaran yang diberikan.

Biasanya, pada saat penyiapan kelas untuk membangun suasana pembelajaran, guru/dosen sering melakukannya pada saat jam belajar. Misalnya membentuk kelompok, melakukan perpindahan kelompok, menyiapkan peraga, melakukan ice breaking, dan lainnya. Pergerakan-pergerakan tersebut sering dilakukan dengan lambat yang disebabkan oleh berbagai faktor. Misalnya ruangan sempit yang tidak memungkinkan siswa leluasa bergerak secara bersamaan; stamina siswa yang sudah lelah, ice breaking yang berlebihan, dan sebagainya. Sering dijumpai, peserta didik larut dengan ice breaking yang dilakukan dibanding keseriusan pembelajaran materi.

Factor kedua berkurangnya waktu pembelajaran adalah berkait dengan pelibatan siswa dalam pembelajaran. Dalam active learning, pelibatan siswa merupakan salah satu ciri utama. Asumsinya, cara seperti ini akan membuat penyerapan materi pembelajaran dapat lebih optimal. Namun sayang, cara seperti ini sering menimbulkan ekses negatif. Sebab, tidak semua siswa mampu menyampaikan pendapat dengan baik dan lancer. Ketidakmampuan ini dipengaruhi oleh kebiasaan dan latihan, kemampuan komunikasi, dan kepribadian.

Seseorang yang memiliki kepribadian dan kepercayaan diri yang baik, biasanya lebih lancar menyampaikan pendapat dibanding siswa yang memiliki kepribadian pemalu, peragu, penakut, maupun kemampuan bicara tidak lancar. Komunikasi yang tidak efektif seperti ini akan berdampak pada lamanya waktu yang dibutuhkan guna berkomunikasi.

Berkurangnya waktu dalam pembelajaran juga sering diakibatkan adanya siswa yang senang memanfaatkan kesempatan dan kebebasan berekspresi secara berlebihan untuk menciptakan kelucuan. Biasanya sikap tersebut karena keinginan untuk diperhatikan oleh orang lain. Bila guru/dosen tidak dapat mengendalikan perilaku seperti ini, maka waktu pembelajaran akan banyak berkurang.

Keinginan siswa untuk bersendagurau sering dijumpai sebagai keengganan siswa untuk mengikuti pelajaran karena berbagai sebab. Misalnya, siwa sudah lelah, kejenuhan, tidak senang pada guru, suasana kelas tidak menyenangkan, siswa sedang menghadapi masalah, dan sebagainya.

Untuk mengatasi masalah sebagaimana ditulis di atas, maka selain dituntut bisa mengendalikan kelas, mampu berkomunikasi efektif, dan berkomunikasi secara lentur, maka guru/dosen perlu didukung dengan sumber belajar dan penugasan yang proposional yang mampu menstimulasi siswa lebih aktif bagi pendalaman materi lebih lanjut. Sumber belajar perlu disusun lebih operasional dan sesuai kondisi siswa didik. Penugasan juga harus terus dipantau dan terus disupervisi meski waktu pembelajaran sudah usai.

Komunikasi ringan juga perlu dilakukan oleh dosen/guru pada siswa baik di dalam mapun di luar kelas sekedar menanyakan perkembangan pengerjaan tugas. Cara seperti ini memang menguras energy karena guru/dosen harus tetap bertugas meski di luar jam pelajaran. Inilah yang perlu dilakukan oleh guru/dosen agar masalah kualitas pembelajaran tidak berkurang.

Read more

Trik Amerika Adudomba Antar Negara

Oleh

Wajiran, S.S., M.A.

(Dosen Fakultas Sastra Budaya dan Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan

Dan Pemerhati Kebijakan Amerika Serikat)

Upaya Amerika Serikat untuk menguasai dunia nampaknya semakin mantab. Upaya-upaya yang dilakukan baik secara sembunyi-sembunyi maupun secara terang-terangan sudah mulai dilancarkan. Di wilayah Timur Tengah dimana sosiobudaya masyarakatnya keras dan anti terhadap barat, Pentagon menggunakan model adudomba terselubung dengan menggunakan lembaga Intelegentnya, CIA. Sedangkan untuk wilayah Asia, dimana masyarakatnya terlihat lebih akomodatif, negara Adidaya itu menggunakan intervensi terang-terangan.

Amerika telah mengirimkan Armada perangnya ke perairan Laut Cina Selatan di tengah memanasnya sengketa kawasan itu. Itu sebabnya ketegangan antara Cina dengan Filipina dan Vietnam semakin meruncing. Kehadiran Kapal Induk USS George Washington pada hari sabtu (20/10) merupakkan sinyal negatif bagi Cina yang sebelumnya menggelar latihan militer di Laut Cina Timur. Kedatangan Amerika sebagai tanda arogansi yang ingin menunjukan pengaruh di kawasan Asia Pasifik. Pentagon akan mendukung Vietnam dan Filipina terkait sengketa perbatasan wilayah tersebut.

Dalam sejarahnya, Vietnam adalah musuh bebuyutan bagi Amerika Serikat, namun saat ini Amerika ingin memanfaatkan Vietnam sebagai ujung tombak menghancurkan Cina. Kapten Angkatan Laut AS, Gregory Fenton mengatakan bahwa maksud kedatangannya adalah untuk tujuan ingin melihat bagaimana negara-negara di kawasan ini menyelesaikan ketegangan (republika, 22/10/12). Cara-cara seperti inilah yang kemudian menyulut kebencian pemerintah Cina terhadap Arogansi Gedung Putih mencampuri urusan negara lain. Itu sebabnya Cina bersiaga akan adanya kemungkinan dengan mempersiapkan tentara dan peralatan perang di pulau perbatasan Laut Cina Selatan itu.

Amerika Serikat mengklaim bahwa Laut Cina Selatan adalah gugusan milik Internasional yang tidak bisa diklaim fihak manapun. Di sisi lain, beberapa negara Asean mengklim Laut Cina Selatan sebagai bagian dari wilayahnya. Vietnam, Filipina, Brunai Darussalam, Malaysia, dan Cina, masing-masing merasa berhak atas wilayah itu. Akibatnya terjadilah ketegangan antar negara tersebut. Yang disayangkan, Amerika Serikat yang tidak ada keterkaitan secara langsung dengan daerah perbatasan tersebut ikut campur dengan dalih menjaga perdamaian dunia. Padahal, Amerika sengaja ingin memanfaatkan kondisi ketegangan ini untuk kepentingan politis di dalam menanamkan pengaruhnya. Negara Adidaya itu bahkan terang-terangan mendukung konfrontasi yang dilakukan oleh Vietnam.

****

Berbeda halnya dengan sikap Pentagon di wilayah Timur Tengah, Amerika lebih memilih cara-cara terselubung untuk mengadudomba antarnegara di wilayah ini. Ketegangan hubungan Turki dan Suriah digunakan sebaik-baiknya oleh CIA untuk memperkeruh masalah. Turki dan Suriah mengalami ketegangan sejak meletusnya revolusi rakyat Suriah bulan Maret 2011, melawan rezim keluarga Assad. Ketegangan itu semakin memuncak saat adanya tembakan ke perbatasan Turki yang menewaskan 6 orang warga sipil awal Oktober. Tindakan salah sasaran itu dibalas oleh Turki dengan menembak kembali wilayah Suriah. Bukan hanya itu, Turki juga memaksa pesawat sipil Airbus A320 miliki Syrian Air. Kedua negara kemudian menutup jalur penerbangan sipil ke masing-masing bandaranya.

Memanasnya hubungan Tuki-Suriah ternyata tidak lepas dari peran adudomba CIA yang melahirkan isu-isu sensitif antar kedua negara tersebut. Media massa Turki mengungkapkan, CIA sejak September telah mengingatkan otoritas Turki agar mewaspadai semua pesawat yang melintasi wilayah udara Turki menuju Suriah. Hoda El Huseini menulis sebuah artikel di harian Asharq Al Awsat, mengungkapkan bahwa CIA pada 10 Oktober memberi informasi Intelejen kepada otoristas Turki bahwa pesawat Airbus A320 milik Syrian Air yang baru lepas landas dari Moskow membawa peralatan militer. Setelah dilakukan pengecekan ternyata tidak diketemukan peralatan perang sebagaimana yang dikabarkan (Kompas, 21/10/12).

Pemerintahan Turki sudah terlanjur menindak tegas dengan memaksa turun pesawat Airbus A320 milih Suriah. Walhasil, terjadi ketegangan bukan hanya antara Turki dengan Suriah tetapi juga dengan Rusia. Meskipun fihak Turki akan menjamin keselamatan warga Rusia yang ada di dalam pesawat tersebut, tetap saja kedua negara itu saling bersitegang. Rusia mengecam adanya pemaksaan pendaratan pesawat itu. Sedangkan juru bicara CIA justru memberi dukungan kepada Turki atas tindakannya. Tindakan CIA ini sontak saja menyadarkan pemerintahan Turki bahwa ada indikasi adanya upaya adu domba yang dilakukan oleh CIA antara Turki-Suriah. AS dan Eropa ingin menggunakan Turki sebagai alat untuk melakukan penyerangan terhadap Suriah (kompas, 21/10/12).

Begitulah upaya-upaya Negara Adidaya dalam mengadudomba negara-negara saingan agar tidak menyaingi kemajuan negaranya. Upaya adu domba, secara terselubung maupun secara terang-terangan akan dilakukan untuk mengganggu konsentrasi pembangunan negara saingan. Wajar jika banyak pengamat yang mengatakan bahwa pemerintahan Amerika sedang mengalami sebuah penyakit kejiwaan, yaitu rasa wawas dan iri. Sehingga dengan segala daya upaya mencari celah untuk mengadu domba negara-negara yang dianggap saingan. Wallahua’lam bishawab.

Read more

Bantu MDMC, MAPALA UMY & UAD Perkuat Posko Banjir Muhammadiyah

Madapala_UAD

Yogyakarta- Dalam rangka mewujudkan kepedulian kita terhadap banjir Jakarta. Pada malam ini kita akan melepaskan tim Water Resque dari Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Semoga 20 mahasiswa dari UMY dan UAD ini nantinya dapat membantu korban banjir di Jakarta.

Sambutan pelepasan tersebut disampaikan oleh Wakil Rektor 3 bidang kemahasiswaan UMY, Sri Atmaja P Rosyidi, P.hD saat pelepasan tim relawan tanggap banjir Jakarta. Pelepasan yang berlangsung di depan gedung Student Center UMY tersebut, dihadiri juga oleh Wakil Rektor 3 UAD, Abdul Fadlil dan Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Dr. Rahmawati Hussein, Minggu (20/1).

Sri mengatakan bahwa UMY selalu siap untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan, baik itu bantuan secara moril maupun materil. Sedangkan langkah selanjutnya untuk memberikan dukungan pada korban banjir Jakarta, UMY akan mengadakan penggalangan dana di kampus.

“Pelepasan relawan ini merupakan langkah awal kita mewujudkan kepedulian kita terhadap saudara kita di Jakarta, Kemudian langkah selanjutnya akan menggalang dana dari civitas akademika UMY,” katanya.

Senada dengan Sri, Rahmawati mengungkapkan bahwa dengan keberangkatan tim UMY dan UAD ini dapat membantu tim evakuasi di posko yang saat ini masih kekurangan tenaga tim evakuasi. Adapun tim relawan dari UMY dan UAD ini nantinya akan bergabung dengan 36 posko yang telah tersedia di Menteng.

“Sampai saat ini Jakarta masih membutuhkan tim water resque. Oleh karena itu kita mengirimkan beberapa relawan yang sudah memiliki pengalaman dalam penyelamatan di air, dan diharapkan tim water resque yang kekurangan di Jakarta sana dapat terbantu dengan hadirnya para relawan ini,” ungkapnya.

Rahma juga mengatakan bahwa tim yang dibutuhkan untuk membantu korban banjir Jakarta, di susun dalam 2 tahap keberangkatan. Keberangkatan pertama 10 orang mahasiwa UMY dan 10 mahasiswa UAD, yaitu dari tanggal 20 hingga 25 januari. sedangkan tahap kedua akan direncanakan tanggal 26 sampai 30 januari 2013. “kita menyusun dua tahap keberangkatan, yang pertama malam ini, kedua tanggal 26, itu pun jika masih dibutuhkan nantinya. Tapi kita berharap mudah- mudahan banjir ini cepat selesai,” ujar ketua MDMC yang juga dosen International Program International Relations (IPIREL) HI-UMY.

Sedangkan Ketua MAPALA UMY, Vebri Arianto mengungkapkan bahwa, MAPALA UMY akan selalu siap jika sewaktu- waktu diminta untuk turun evakuasi bencana. Karena jiwa MAPALA, selain jiwa penjelajah merupakan jiwa yang siap berkorban untuk penyelamatan atau pertolongan.

“Kita dari MAPALA UMY selalu siap untuk terjun ke daerah bencana, karena menurut kami, ini adalah suatu panggilan jiwa. Sebagaimana jiwa MAPALA merupakan jiwa penjelajah dan juga jiwa berkorban untuk penyelamatan,” ungkapnya (Muhammadiyah.or.id)

Read more

EDSA UAD Adakan Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua

English Department Student Association (EDSA) Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) adakan pemilihan ketua dan wakil ketua periode 2013-2014. Kegiatan ini berlangsung pada Kamis, 10 Januari 2013 di Hall Kampus 2 UAD, Jalan Pramuka 42 Umbulharjo, Yogyakarta.

Setelah dilakukan pemungutan suara pada malam harinya dilaksanakan penghitungan suara. Hasilnya adalah jumlah suara mahasiswa PBI yang memilih sebanyak 574. Adapun rinciannya terdiri dari kandidat nomor urut satu pasangan Ikhwan Listiyanto dan Jatmiko Saputro memperoleh 279 suara, kandidiat nomor urut dua pasangan Widya Destiara dan Jumiyati memperoleh 258 suara, serta 37 surat suara tidak sah.

Berdasarkan penghitungan suara tersebut maka yang berhak menduduki ketua EDSA adalah ketua Ikhwan Listiyanto dan wakil ketua Jatmiko Saputro yang keduanya merupakan mahasiswa PBI semester 3. “Saya berharap teman-teman yang kalah dalam pemungutan suara ikhlas menerima. Sehingga tetap semangat dan tetap melangkah bersama memajukan PBI,” ungkap ketua terpilih, Ikhwan Listiyanto dalam sambutannya seusai penghitungan suara.

Adapun langkah awal yang dilakukan oleh ketua terpilih adalah melakukan koordinasi dengan anggota baru, mempererat komunikasi seluruh anggota, dan merencanakan program kerja. Adapun program kerja yang dilaksanakan adalah mengembangkan Zona English, yaitu menggunakan bahasa Inggris satu hari setiap minggunya.

Read more

Fakultas Farmasi UAD Selenggarakan Pelatihan Penulisan Artikel Bagi Dosen

Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menyelenggarakan pelatihan menulis artikel bagi dosen. Kegiatan tersebut berlangsung pada Rabu, 16 Januari 2013 bertempat di ruang 301 kampus 3 UAD Jalan Prof. Dr. Soepomo SH., Janturan, Warungboto. Hadir sebagai pemateri adalah Kepala Bidang Humas dan Protokoler Hadi Suyono, S.Psi., M.Si dan Redaktur Senior Kedaulatan Rakyat Drs. Jayadi K Kastari.

Secara spesifik Hadi Suyono dalam penyampaian materi memberikan motivasi pada dosen Farmasi UAD untuk menulis artikel di media cetak. Lebih jauh Dosen Fakultas Psikologi UAD ini mengungkapkan menulis di media cetak merupakan sarana bagi dosen mempromosikan gagasan dan pengembangan karier akademik. Hal lain yang bisa dipetik ketika dosen Fakultas Faramsi UAD menjadi seorang penulis adalah semakin tinggi frekuensi dosen menulis artikel bisa memunculkan dosen yang bersangkutan menjadi intelektual selebritis. Popularitas yang disandang pada dirinya sebagai seorang penulis dapat memberi kontribusi bagi popularitas lembaga. Karena dengan menulis di koran, latar belakang penulis akan disebut di halaman opini.

Selain itu yang lebih utama bahwa dosen yang mempunyai ketekunan menulis di media dapat menjadi lahan dakwah untuk mencerahkan kehidupan masyarakat.

Pembicara lain yaitu Jayadi K Kastarai menuturkan bahwa kunci sukses dosen agar artikelnya dimuat di media perlu memperhatikan visi, misi, bahasa, rubrikasi, karakteristik media, aktualitas topiks, dan kualitas isi tulisan yang berkaitan dengan disiplin ilmu penulis.

Setelah penyampaian materi dari nara sumber dilanjutkan dengan praktek menulis yang dipandu langsung Jayadi K. Kastari. Praktek ini dimaksudkan agar pesera dapat merasakan langsung mengenai kiat-kiat menulis artikel yang tentu berbeda dengan menulis makalah atau jurnal ilmiah. ” Menulis itu butuh proses. Selalu mencoba dan mencoba terus. Kesabaran dan konsistensi dalam menulis akan menentukan kemampuan seseorang dalam menulis artikel, ” jelas Jayadi saat memberikan bimbingan pada sesi praktek menulis.

Dengan adanya pelatihan penulisan artikel tersebut semoga dapat menggerakkan dosen Fakultas Farmasi UAD menulis di media massa. Semoga.(HS)

Read more

Bangkitkan Kurikulum Kepancasilaan


Dani Fadillah*


Sangat aneh dan miris, bukan? Bagaimana mungkin sosok seorang pelajar yang setiap hari senantiasa membawa pena dan buku bisa sampai hati menyerang bahkan sampai membunuh temannya, sesama pelajar pula. Dalam perspektif psikologi sosial, tawuran masuk dalam kategori agresivitas kolektif, dimana pelajar (bahkan terkadang mahasiswa) memasukan tawuran sebagai sebuah kegiatan normatif dan dengan penuh kesadaran percaya bahwa kebenaran ada pada kelompoknya. Dan sikap ini secara psikologi akan membangkitkan gejolak “tempur”, tumbuhnya tidak takut mati kepada yang bersangkutan untuk turut andil memperlihatkan solidaritas pada teman-temannya dengan ikut tawuran.

Akan tetapi harus diingat baik-baik, budaya bar-bar seperti itu bukan budaya kita, apa lagi jika dilakukan oleh manusia yang berstatus pelajar dan mahasiswa. Tindak kekerasan di dunia pelajar bukanlah sesuatu yang bisa sebagai kenakalan biasa, karena layaknya efek domino, tindakan tersebut dapat berimbas pada krisis social dan moralitas, harus ada langkah aktif menghapus jejak kekerasan pada diri pelajar.

Diantara tanda kehancuran suatu bangsa adalah meningkatnya kekerasan pada remaja dan aktifnya penggunaan kosa kata yang memburuk diantara mereka (cemoohan dan makian), serta meningkatnya penggunaan narkoba, alkohol, dan seks bebas. Ditambah dengan menjadi abu-abunya sikap baik dan buruk,makin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, serta degradasi tanggung jawab individu dan membudayanya ketidakjujuran dan rasa saling curiga (Thomas Lickona [Sutawi, 2010]). Dan jujur saja, bukankah tingkah laku degradasi moral menuju kehancuran bangsa itu tengah terjadi diantara para pelajar kita saat ini?

Lalu apa penyebab degradasi moral yang menjadi tanda kehancuran bangsa ini muncul? Sudah tentu penyebabnya adalah, tidak dihidupkannya ruh pendidikan Pancasila dalam kurikulum pendidikan para pelajar kita. Padahal sudah jelas termaktub dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Namun dalam praktiknya siswa hanya disuruh mengejar nilai dalam selembar kertas dan dimotivasi untuk menjadi kelas pekerja.

Spirit Pancasila akan redup tanpa sarana pendidikan dan pendidikan pun akan menjadi sesuatu yang semu tanpa spirit Pancasila. Oleh karena itu tuntutan pembentukan karakter dalam diri pelajar yang tertuang dalam UU Sisdiknas sebenarnya sudah tersedia jawabannya dalam Pancasila. Kurikulum pendidikan yang kental akan semangat kepancasilaan akan menanamkan nilai-nilai pendidikan yang dapat dipastikan akan melahirkan generasi penerus bangsa yang berjiwa Pancasila pula.

Janganlah Pancasila dipisahkan dari mata pelajaran (dan mata kuliah) yang lain. Kemudian disampaikan pada para peserta didik dengan sangat membosankan pula. Pancasila bukan sekedar untuk dihafalkan dan memilih jawaban dalam soal-soal ujian, namun dirumuskan menjadi sesuatu yang dapat dirumuskan dan diimplementasikan dalam kehidupansehari-hari. Berikan ruang dan waktu bagi para siswa untuk merumuskan nilai Pancasila dalam tiap mata pelajaran yang mereka pelajari sebaga proses pengembangan dan penumbuhan nilai budaya serta karakter dalam diri mereka.

Jika Pancasila dipisahkan dari kurikulum mata pelajaran lain, dan dalam praktik pengajarannyapun hanya berupa hafalan dan membosankan, maka itu hanaya akan sia-sia. Hilang ruh yang sebenarnyadari Pancasila, Pancasila hanya menjadi jasad tanpa emosi. Coba saja perhatikan dalam upacara bendera, para siswa membaca Pancasila dengan asal-asalan, dan ketika menyanyikan lagu-lagu cinta picisan mereka dapat menyanyikannya dengan emosi yang terdalam.

Kemudian yang tak kalah penting, jangan hanya fokus pada kurikulum dalam kegiatan belajar mengajar formal dalam kelas saja. Kurikulum kepancasilaan juga harus dimasukan dalam segala aktifitas pembelajaran luar kelas seperti organisai dan olahraga. Dengan berkembangnya kurikulum kepancasilaan di dunia pendidikan kita, maka tidak hanya akan menhapus budaya kekerasan dalam diri pelajar, namun akan mengembalikan kebanggaan kita sebagai anak-anak ibu pertiwi.

*Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan,

Read more

Di Balik Kemunduran Andi

Dani Fadillah*


Ditetapkannya menpora, Andi Alifian Mallarangeng sebagai tersangka kasus Hambalang, yang yang lantas menyebabkan dirinya mengundurkan diri sebagai Menpora, menarik untuk kita telaah bersama selain dari perspektif hukum, juga dari kaca mata politik.

Secara hukum sudah jelas, dimana siapa saja yang turut berkontribusi dalam praktik korupsi harus diproses sesuai ketentuan hukum. Latas yang membuat kasus ini menarik adalah, apa alasan KPK baru sekarang menetapkan Andi sebagai tersangkanya. Mengingat kasus Hambalang sudah lama terjadi dan terus ditelusuri hingga menimbulkan banyak perdebatan, bahkan konon sebenarnya sudah sejak lama KPK memiliki bukti-bukti dan petunjuk yang sudah cukup untuk untuk dijadikan rujukan siapa yang harus dijadikan tersangka. Hingga kemudian muncul pertanyaan; setelah muncul beberapa nama yang lebih dulu menjadi tersangka, kenapa nama Andi Mallarangeng baru muncul sekarang?

Penulis rasa bukan barang mudah bagi KPK untuk membuat sebuah keputusan yang menetapkan status tersangka bagi Andi. Secara, Andi adalah seorang menteri dan memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Presiden SBY. Belum lagi dia memiliki posisi strategis di Partai Demokrat (PD), partai penguasa saat ini.

Hingga rasanya kita semua harus mafhum bahwa membuat keputusan Andi menjadi tersangka atau tidak, akan menghabiskan waktu yang tidak sedikit. Dapat dipastikan ada proses transaksional dan tarik ulur yang sangat masif dengan berbagai kepentingan. Dengan adanya kebijakan penetapan Andi menjadi tersangka memang bagi masyarakat barangkali memang ada sebuah rasa kelegaan tersendiri karena telah ada kepastian hukum. Terlebih jika yang dijatuhi hukum itu adlah seorang tokoh besar, sekelas menteri pula.

Tapi semuanya belum selesai, karena proses hukum tidak hanya berhenti pada titik penetapan tersangka, dan apakah dalam proses berikutnya ada kemauan yang kokoh untuk jujur dan adil dalam penegakan hukum sebagai bentuk kewajiban pihak-pihak yang berwajib kepada rakyat indonesia. Tidak hanya dalam fenomena kasus yang menjerat Andi. Kasus-kasus besar yang melibatkan Irjen Pol Djoko Susilo dalam kasus dugaan korupsi proyek pembuatan SIM pun rasanya demikian.

Walau Djoko Susilo menjadi tersangka, aset dibekukan, dan kini ditahan, pertanyaan yang sama terkaitapakah hasil akhir dari sebuah proses hukum itu akan memenuhi standar jujur dan adil juga muncul. Tentu kita semua berdoa pedang keadilan dalam dunia hukum di negeri ini ditegakkan dengan baik.

Nah dalam kasus Ani proses hukum yang mengelilinginya dapat dipastikan akan memiliki implikasi yang sangat panjang, hingga prosesnya pun tak akan mudah. Lantas bagaimana dengan nasib PD selaku wadah tempat Andi bernaung? Menurut hemat penulis, keputusan tersangka untuk Andi sudah terlambat untuk PD. PD sudah terlanjur menjadi bulan-bulanan dan obyek teraniaya bagi oposisi dan koalisi. Hingga wajar jika kemudian muncul pertanyaan: “apakah penetapan tersangka Andi ini tetap masih dalam konteks penyelamatan partai?” Sebab PD harus memilih antara ingin tetap berjuang menyelamatkan Andi sebagai salah satu anak emas partai dan orang dekat Presiden, atau membiarkan partai tetap menjadi obyek teraniaya. Mengingat citra PD yang terus tergerus belakangan ini. Namun tampaknya PD telah satu suara untuk menyelamatkan partai, bukan salah satu kader terbaik mereka.

*Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan,

Pengamat Komunikasi Politik

Read more

Infiltrasi Ideologi Barat Meruntuhkan Islam

Oleh: Wajiran, S.S., M.A.

(Kepala Pusat Pengembangan Bahasa UAD)


Perang wacana sebenarnya sudah lama terjadi di dunia perpolitikan dunia. Perang wacana ini merupakan bagian dari usaha masing-masing negara di dalam membangun image sebagai upaya legitimasi bahwa wacana yang dibawa negara yang bersangkutan itu benar. Itu sebabnya para politikus dan juga diplomat berjuang sekuat tenaga membangun wacana sebaik mungkin dengan tujuan mengunggulkan negaranya. Membangun wacana merupakan cara paling mudah dan murah untuk dapat menguasai secara ideologis bangsa lain. Dalam istilah Antonio Gramsci proses membangun wacana publik ke arah yang dikehendaki negara tertentu disebut dengan Hegemoni.

Negara-negara barat sudah sangat paham betapa pentingnya menyebarkan wacana. Itu sebabnya dengan berbagai model mereka melakukan usaha mempopulerkan negaranya dengan membangun opini publik bahwa negaranya adalah negara yang paling berjaya, paling beradab dan paling segalanya. Istilah-istilah orientalisme, imperialisme, dan infiltrasi merupakan istilah yang lahir karena usaha-usaha negara barat untuk meruntuhkan negara lain. Orientalisme merupakan model yang paling populer digunakan barat untuk meruntuhkan musuh yang dianggap sulit ditundukan secara fisik. Model seperti ini pernah digunkan oleh Snouck Hurgronje yang mempelajari Islam dengan tujuan utama adalah ingin meruntuhkan Aceh saat itu. Saat ini banyak ahli atau ilmuan barat yang mempelajari Islam tetapi dengan tujuan meruntuhkan Islam itu sendiri (Husaini, 2004).

Setelah sukses melakukan penjajahan ideologis melalui wacana yang disampaikan para orientalis, barat pun mulai terang-terangan menggerogoti kebenaran Islam dengan mengadu domba antarumat Islam sendiri. wacana adu domba ini dihembuskan dengan nama Hak Asasi Manusia. Setiap pelanggaran yang dilakukan negara Islam atau umat muslim dianggap melanggar Hak Asasi Manusia atau sekedar dianggap akan mengancam perdamaian dunia. Itu sebabnya Amerika juga aktif melakukan intervensi terhadap negara lain (terutama negara perpenduduk muslim) dengan legitimasi perdamaian dunia. Tetapi sebaliknya, ketika Amerika dan sekutunya memiliki kepentingan dengan seenaknya melakukan pembantaian dan pembunuhan untuk meruntuhkan negara lain.

Kasus penistaan terhadap Islam adalah isu paling hangat yang saat ini dibicarakan orang. Film The Innocence of Muslim jelas-jelas melakukan penistaan atau penghinaan terhadap umat islam, tetapi nyatanya Amerika dengan dalih kebebasan berekspresi melindungi pembuat film itu. Itulah kelicikan Amerika yang memperlakukan seseorang atau negara secara tidak adil. Saat ada diskriminasi gender disebut melanggar hak Asasi atas dasar Seksisme, ketika kritik dan diskriminasi terhadap kulit hitam, Afrika disebut rasisme, demikian juga saat ada isu anti Yahudi disebutnya dengan anti Semit. Tetapi ketika diskrimanasi itu ditujukan kepada umat Muslim, Amerika malah melindungi yang bersangkutan atas nama kebebasan berekspresi. Beginilah cara-cara orang barat di dalam membangun opini publik.

Upaya barat meruntuhkan islam dari dalam sudah lama dilakukan. Hal ini diawali dengan menarik para intelektual muslim untuk belajar islam di negara liberal tersebut. Para intelektual muda itu diiming-imingi berbagai fasilitas beasiswa untuk belajar islam kepada orientalis yang jelas-jelas ingin meruntuhkan islam. secara logika memang sangat aneh, saat barat adalah musuh besar bagi dunia islam, tetapi para intelektualnya justru belajar islam pada musuhnya sendiri. Para intelektual muda muslim dibiayai dan dibesarkan oleh para orientalis yang akan menggaungkan isu-isu kontroversial di dalam islam sendiri. Dengan demikian wacana apapun yang dihembuskan oleh barat akan mendapat legitimasi dari kaum intelektual islam sendiri, yang kemudian akan melahirkan kekacauan antaraumat islam. Lahirnya tokoh-tokoh intelektual yang kontroversial seperti; Harun Nasution dengan Islam Rasional, Nur Kholis Madjid dengan Islam Inklusif. Kemudian “pemberontakan” aqidah islam oleh Ulil Absor Abdalla dengan kendaraan JIL (Jaringan Islam Liberal). Tokoh-tokoh yang sudah diracuni oleh pemikiran barat inilah yang menghembuskan isu-isu rasionalisme dalam islam sehingga melemahkan nilai-nilai kesakralan dalam islam itu sendiri.

Kita sudah tahu betapa besar kebencian barat terhadap perkembangan umat islam di dunia. Lalu masihkah kita percaya dan tunduk dengan paham dan wacana yang dibangun negara-negara barat? Sampai detik ini mereka (Amerika) masih mengajarkan kebencian terhadap islam, bahkan di lembaga-lembaga pelatihan militer mereka dengan terang-terangan memasukan mata pelajaran anti islam (Yahoonews, 2011). Itu sebabnya perlu ada upaya serius bagi kita untuk berani menolak kebijakan Amerika yang sangat ambisius itu. Kita harus meniru Malaysia yang dengan tegas berani menolak intervensi Amerika terhadap negaranya. Hanya dengan begitu kedaulatan dan kesejahteraan rakyat bangsa ini akan terangkat. Wallahua’lam bishawab.

Read more