The Achievement of BK UAD: Internationally Reputed

At its 32th Anniversary Guidance and Counseling Study Program of Faculty of Education and Teacher Training University of Ahmad Dahlan (BK FKIP UAD) has secured a number of achievements

Dody Hartanto, S.Pd., M.Pd. said that not only the  lecturers and the students but also the alumni have made great achievements. Now, the alumni work on Java Island as well as on other islands such as on Sumatra, Kalimantan, Papua, Sulawesi, Bali, and Nusa Tenggara Islands.

‘They have proved good educational process at the department. Even some of them work abroad, one of them in Japan,’ he said as he was giving a speech at the ceremony of the anniversary. Among the programs in the anniversary was Family Gathering held at hall of Campus II last Sunday (08/05/2016)

Furthermore, he said that the department was not only nationally recognized but also internationally. A number of international achievements during 2015 up to 2016 are as the followings: getting two grants of 2013 revitalization improvement and grant of 2014 curriculum development; fulfilling the number of human resource as required by Ministry of Research, Technology and Higher Education (Kemristek Dikti); making cooperation with National Coordinating Board of Family Planning (BKKBN) and other institutions having the same vision, mission, and program orientation; getting grants of research and social service programs at international level in Malaysia, Thailand, and Hungary; and the student Olympiad National Champion for two years successively.

Drs. Hendro Setyono, SE., M.Sc. in his speech said that the students’ achievement of Guidance and Counseling Department significantly improves every year. Almost in every big event at local and national levels, the students’ achievement is among the big three. Besides that, the student organization offers positive and innovative programs. It is expected that in its 32th anniversary both students and alumni keep their academic as well as competences.

The anniversary event was marked by healthy strolling followed by a thousand participants. The department also held an exhibition of students’ entrepreneurship. They sold handicrafts, clothes, and food at the event. The event was conducted by a popular Master of Ceremony Alit-alit Cabang Bayi and it ended with the performance of Kamaratih Band.

Prestasi BK UAD Dikenal hingga Luar Negeri

Di usianya yang ke-32 tahun, Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan (Prodi BK FKIP UAD) telah banyak perolehan prestasi.

Dody Hartanto, S.Pd., M.Pd. mengatakan, prestasi yang diperoleh tersebut tidak hanya datang dari mahasiswa dan dosen, Tetapi juga para alumni. Saat ini, alumni BK telah berkiprah di berbagai provinsi tidak hanya di pulau Jawa, tetapi juga di Sumatera, Kalimantan, Papua, Sulawesi, Bali, dan Nusa Tenggara.

“Mereka telah menunjukkan hasil proses pendidikan yang telah dilakukan di Prodi BK. Bahkan dalam catatan prodi, telah terdapat alumni yang berkiprah di luar negeri. Salah satunya antaranya di Jepang,” terangnya saat memberi sambutan. Dalam ulang tahun tersebut, diadakan kegiatan Family Gathering yang bertempat di hall kampus II UAD, Minggu (8/5/2016).

Lebih lanjut Dody menjelaskan bahwa Prodi BK tidak hanya National Recognize, tetapi juga telah mulai dikenal dan diakui di luar negeri. Beberapa catatan dalam perjalanan dari tahun 2015 sampai 2016 dapat dilihat sebagai berikut.

Perolehan hibah secara berturut-turut (hibah peningkatan revitalisasi perguruan tinggi 2013 dan hibah pengembangan kurikulum 2014); peningkatan jumlah sumber daya manusia yang telah mengikuti standar yang ditetapkan oleh Kemenristek Dikti; kerja sama dengan lembaga pemerintah di antaranya BKKBN serta lembaga lain yang memiliki kesamaan visi, misi dan orientasi keilmuan; perolehan hibah penelitian dan pengabdian masyarakat; prestasi di tingkat internasional, di Malaysia, Thailand dan Hongaria; serta prestasi mahasiswa pada tingkat nasional (satu-satunya perguruan tinggi swasta di tingkat nasional yang menjuarai olimpiade berturut-turut selama dua tahun).

Drs. Hendro Setyono, SE., M.Sc. dalam sambutannya menyampaikan bahwa prestasi yang diraih oleh mahasiswa Prodi BK setiap tahun mengalami peningkatan yang signifikan. Terbukti selalu mengikuti perlombaan baik yang tingkatannya lokal maupun nasional, masuk dalam tiga besar. Di samping itu, kegiatan organisasi kemahasiswaan yang dilakukan selalu positif dan inovatif. Maka, dengan Milad ke-32 tahun ini, diharapkan para mahasiswa maupun alumni selalu senantiasa meningkatkan kompetensinya baik akademik maupun non-akademik.

Kegiatan yang diawali dengan jalan sehat ini diikuti oleh hampir seribu peserta. Acara dilanjutkan dengan pameran entrepreneurship mahasiswa dari semua kelas, angkatan, dan alumni  Prodi BK. Mereka menjual beberapa kerajinan, pakaian, maupun makanan. Kegiatan yang dipandu langsung oleh MC ternama di Jogjakarta Alit-alit Cabang Bayi tersebut diakhiri dengan penampilan bintang tamu Kamaratih Band.

 

 

Bedah Buku Rektor UAD: Membaca Budaya Hegemonik Amerika Serikat

Melalui buku yang berjudul Budaya Hegemoni Amerika Serikat Pasca Perang Dingin Antara Mitos dan Ilusi, Dr. Kasiyarno, M.Hum. menyampaikan, mimpi Amerika Serikat (AS) dan ilusi sebagai negara yang paling istimewa dapat dikatakan sebagai benang merah yang mempertautkan seluruh pandangan ideologi dan praktik kebijakan pemerintahan semua presiden sejak awal pendirian negara hingga pascaperang dingin.

Buku yang berangkat dari disertasi Program Pascasarjana di Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Ilmu Pengkajian Amerika Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta tersebut, dibedah oleh Prof. Dr. HM. Amien Rais, M.A. (Guru Besar Fisipol UGM) dan Prof. Juliasih, S.U. (Ketua Program Studi S2 Pengkajian Amerika FIB UGM) dengan moderator Dr. Tatit Hariyanti, M.Hum. (Dosen Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Teknologi Yogyakarta) di aula Islamic Center kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Selasa (10/5/2016).

“Dan, buku ini, diharapkan dapat dijadikan salah satu rujukan penting dalam memahami budaya hegemonik AS. Harapannya, akan ada ulasan yang lebih mendalam dan komprehensif terkait persoalan budaya hegemonik di pentas global,” kata Kasiyarno dalam pengatarannya.

Topik ini, lanjut Kasiyarno, belum begitu luas dikaji dalam ilmu pengkajian AS. Sehingga, buku ini dimaksudkan untuk mendorong kajian-kajian lanjutan di jurusan Ilmu Pengkajian Amerika serta bidang ilmu lainnya.

Menurut Amien Rais, kedua fitur penting dalam budaya hegemonik AS itu telah menjadi pedoman haluan kebijakan luar negeri yang ditandai dengan tiga gejala saling berhubungan. “Yaitu globalisasi budaya Amerika, Amerikanisasi, dan imperialisme budaya,” tandasnya.

Di sisi lain, sebagaimana dikatakan Juliasih, buku ini menyajikan ulasan cukup luas dan padat mengenai budaya hegemonik AS pasca perang dingin.

“Beranjak dari pendekatan ilmu pengkajian AS, penulis memandang bahwa hemenoni budaya AS telah memanfaatkan mesin globalisasi secara efektif untuk menyebarluaskan produk dan ide budaya AS ke seluruh dunia,” ucapnya.

Kasiyarno yang juga merupakan Ketua APTISI DIY itu pun menguraikan beberapa bentuk perlawanan terhadap budaya hegemonik.

“Penutup dalam buku ini berisi tentang prediksi atas kontinuitas budaya hegemonik di sepanjang masa pemerintahan pasca Bush dan Clinton,” ujarnya.

 

Book Review of UAD Rector’s Work: Understanding United States’ Hegemonic Culture

Dr. Kasiyarno, M.Hum. in his book entitled Budaya Hegemoni Amerika Serikat Pasca Perang Dingin Antara Mitos dan Ilusi of United States’ Hegemonic Culture after The Cold War between Myths and Illusion, says that America’s dream and illusion can the red line of the government’s views, ideology, and policies since the first president in the early nation building up to the end of the cold war.

 The book is an excerpt of his dissertation at American Studies Post Graduate Program of Faculty of Cultural Sciences University of Gadjah mada (UGM) Yogyakarta. The book was reviewed by Prof. Dr. HM Amin Rais, M.A. and Prof. Juliasih, S.U. (Now the head of American Studies Program UGM) with the moderator of Dr. Tatit Hariyanti, M.Hum (a lecturer at Faculty of Letters University of Technology Yogyakarta) at hall of Islamic Center Campus IV UAD last Tuesday (10/05/2016)

‘This book is expected to be an important reference in understanding US hegemonic culture. It is expected that a deep and comprehensive review be done internationally,’ Kasiyarno said.

‘This topic, he added, has not been yet a wide issue in American Studies so that this book may initiate further discussions in the area.

According to Amin Rais, two US hegemonic culture features have colored the America’s foreign policy such as America’s globalization culture, Americanized, culture imperialism.

In addition Juliasih commented that the book presented wide presentation of America’s hegemonic culture of post-cold war.

‘Beginning from the approach of American Studies, the writer considers that America’s hegemonic culture have taken advantage of globalization machine effectively to spread its products and culture all over the world,’ Kasiyarno said.

Kasiyarno, who is also the chairman of Private Higher Education Association (APTISI) chapter Yogyakarta, explained some minor resistence against the culture.

‘The book concludes with the prediction over the continuity of hegemonic culture of Bush and Clinton administration,’ He said.

Kurangnya Sinergi Antara Pengelola, Guru, dan Siswa

“Sekolah kita kebanyakan masih berada dalam suasana abad 19, guru atau pengelolanya masih berada dalam suasana abad 20, sedangkan siswa sudah berada dalam suasana abad 21.”

Istilah tersebut dipinjam dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, Ph.D.

“Keadaan ini tentu menuntut kita semua sebagai penyelenggara pendidikan untuk melakukan pembenahan,” ujar Prof. Dr. Baedhowi, M.Si., selaku Ketua Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah pada saat pembukaan Rakernas Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah di auditorium kampus I Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Yogyakarta pada Kamis (12/5/2016).

“Terdapat lebih dari 10 ribu sekolah/madrasah/pesantren Muhammadiyah yang tersebar di pelosok tanah air. Jumlah lembaga pendidikan tersebut merupakan potensi dan aset yang sangat berharga, khususnya bagi persyarikatan Muhammadiyah dan bangsa Indonesia pada umumnya,” lanjutnya.

Muhammadiyah, yang didirikan pada 1912 oleh KH Ahmad Dahlan, juga telah lebih dahulu hadir memberikan pelayanan pendidikan bagi masyarakat sebelum Indonesia berdiri.

Sementara Sekretaris Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah PP Muhammadiyah R. Alpha Amirrachman, M.Phil., Ph.D., menambahkan, “Muktamar Muhammadiyah di Makassar 18-22 Syawwal 1436 H/3-7 Agustus 2015  mengamanatkan agar warga Muhammadiyah juga memberikan perhatian kepada isu-isu strategis. Dalam hal ini, Majelis Dikdasmen diharapkan menggerakkan pendidikan Muhammadiyah yang lebih maju, ramah anak, aman dan inklusif, sebagaimana juga diamanatkan pada Raker Majelis dan Lembaga di Yogyakarta tanggal 21-22 November 2015. Dengan demikian, sekolah/madrasah/pesantren Muhammadiyah akan dikelola dengan baik dalam suasana persaingan serta dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas sehingga menjawab tantangan zaman yang berubah dan berkembang cepat. Selanjutnya, sekolah/madrasah/pesantren Muhammadiyah dapat masuk dalam tataran lembaga pendidikan bertaraf internasional.”

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka diperlukan upaya bersama untuk mengembangkan pengelolaan sekolah/madrasah/pesantren Muhammadiyah yang baik serta melakukan pembinaan yang terencana dan terpadu. Harapannya, secepatnya dapat memenuhi tuntutan masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan alasan seperti itu, maka Rapat Kerja Nasional Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah diselenggarakan  dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan akan memberikan keynote speech.

“Rakernas ini  juga mengambil tempat di Yogyakarta sebagai kota bersejarah lahirnya Muhammadiyah,”  pungkas Alpha Amirrachman.

The Need of Collaboration among Foundation, Teachers, and Students

‘Nowadays, schools are still in the mixed atmosphere, where the teachers and managers are in the 20th century atmosphere and the students are in the 21st atmosphere,’ The expression is adopted from the minister of education Anies Baswedan, Ph.D.

‘This situation requires the educational practitioners to carry out a reform,’ said Prof. Dr. Baedhowi, M.Si. a chief of Muhammadiyah’s Council of Basic and Middle Education at Campus I University of Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta on Thursday (12/05/2016)

‘There are more than ten thousand Muhammadiyah schools including Islamic boarding schools all over the country. The number of educational institution is potential and valuable assets for Muhammadiyah organization as well as for the country in general,’ he continued.

Founded in 1912 by KH Ahmad Dahlan, Muhammadiyah has served education for the country since its foundation even before it.

Meanwhile, the secretary of the council R. Alpha Amirrahman, M.Phil., Ph.D. added that, ‘Muhammadiyah’s congress at Makassar from 18-22 Syawwal 1436 Islamic calendar or 3-7 August 2015 urges Muhammadiyah members pay special attention to strategic issues. In this case the council is expected to empower its education to be advanced, child friendly, secure, and inclusive, as stated in the result of the council’s workshop in Yogyakarta from 21-22 November 2015. By so doing the schools will be well managed to produce good outcomes to react the present challenges, which change fast. In the hope the educational institutions can be internationally reputed.

Based on the above ideas, there should be collaborative efforts to develop and manage the schools comprehensively. It is expected that the effects can fulfil people’s demand in accordance with science and technology as soon as possible. The above ideas underlie the National Workshop of the council, which was managed in cooperation with the ministry of education, where the minister delivered a speech. ‘This workshop takes the venue at Yogyakarta as a historical city of the birth of Muhammadiyah,’ Alpha Amirrachman concluded.

Dialogue: Bring Students’ Discussion Habit Back

 

On Thursday March 7th 2016, Students’ Executive Board, Faculty of Economics, University of Ahmad Dahlan (BEM FE UAD) with its department of sciences held a student dialogue (Intelectual Student Dialogue).

The event was held in cooperation with all Students’ Organization at Faculty of Economics such as Faculty Student Representative Council (DPMF), Faculty Student Executive Board (BEMF), Students’ Association of Management and Development Economics departments. Also supported the dialogue was Association of Muhammadiyah Students of Faculty of Economics.

As many as 50 students took part in the event, which was held at Green Hall Campus 1 UAD on Kapas street, Umbulharjo, Yogyakarta, starting from 15.45 to 17.40 local time. The dialogue is scheduled to be a monthly program presenting different experts.

Marzuki, the governor of BEM FE said in his opening speech, ’This dialogue is planned to be conducted every month with up to date topics. It is expected that through this dialogue we can feel more sensitive towards the situation especially the government policy. By the dialogue students can get well informed on current issues around them.’

The last dialogue presented ‘Indonesia: The Impact of Foreign Debt and Foreign Investment and The students’ Stance.’ With three presenters the students attentively followed the discussion. The three presenters were Vier Agi Laventa (Activist of Street Children), Widianto Akbar (International Politic Observer), and Nasruri Aji Pratomo (Student Activist) with the moderator Ahmad Tahir Tamanik.

The topics in the dialogue were ‘The Portrait of Indonesia’s Foreign Debt and Foreign Investment, The Increase of Indonesia’s Foreign Debt and Foreign Investment Vied as International Relationship, and ‘Islam Perspective on Foreign Debt and Investment.’ (AKN)

Dialogika: Mengembalikan Budaya Diskusi Mahasiswa

Kamis (7/3/2016), Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Ahmad Dahlan (BEM FE UAD) melalui departemen keilmuan mengadakan Dialogika (Dialog Intelektual Mahasiswa).

Terlaksananya acara tersebut berdasarkan kerja sama seluruh Ormawa FE yang terdiri atas DPMF, BEMF, HMPS Akuntansi, HMPS Manajemen, dan HMPS Ekonomi Pembangunan. Selain itu, turut berpartisipasi pula Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) FE.

Sebanyak 50 mahasiswa dari berbagai fakultas mengikuti acara yang diadakan di green hall kampus I UAD, Jalan Kapas 09, Umbulharjo, Yogyakarta, sejak pukul 15.45-17.40 WIB. Dialogika dilansir akan diadakan rutin setiap bulan sekali dan mendatangkan pemateri-pemateri yang ahli di bidangnya.

Marzuki, selaku Gubernur BEM FE menuturkan dalam sambutannya, “Dialogika ini akan diadakan rutin setiap bulan dengan mengambil tema-tema yang tengah booming di masyarakat. Harapannya, dialog ini mampu meningkatkan rasa kepekaan mahasiswa terhadap pemerintah. Melalui diskusi, mahasiswa akan menjadi melek dan tidak buta informasi tentang isu-isu yang sedang naik daun.”

Pada Dialogika tersebut, dilakukan pembahasan tentang “Indonesia: Dampak Utang Luar Negeri dan Investasi Asing serta Sikap Mahasiswa”. Dengan menghadirkan tiga pemateri, mahasiswa secara kondusif mengikuti diskusi.

Ketiga pemateri itu adalah Vier Agi Laventa (Aktivis Jalanan), Bambang Widianto Akbar (Pengamat Politik Internasional), juga Nasruri Aji Pratomo (Aktivis Mahasiswa Yogyakarta), bersama Ahmad Tahir Tamanik sebagai moderator.

Sementara itu, pembahasan materi dari masing-masing pembicara di antaranya, “Potret Utang Luar Negeri dan Investasi Asing di Dunia”, “Perkembangan Utang Luar Negeri dan Investasi Asing berdasarkan Hubungan Internasional”, serta “Perspektif Islam mengenai Utang Luar Negeri dan Investasi Asing”. (AKN)

Ali Nur Yasin (Tempo Editor): Some Issues To Avoid in Writing Opinions and Columns

‘There are at least three things to avoid by opinion and column writers,’ Ali Nur Yasin from Tempo daily said as presenting a material for a workshop in writing on mass media for lecturers of University of Ahmad Dahlan (UAD) at Auditorium Campus I last Thursday (31/03/2016)

‘First, don’t patronizing though you are experts. Second, avoid the expression leading to subjectivity such as It must be., It should be, etc. Third, don’t be arrogant in the writing for readers may know more about the issue. And Appreciate different ideas,’ he added.

Furthermore, chief bureau of Tempo for Central Java and Yogyakarta Special Province (DIY) emphasized the use of good language. He said, ‘Writing opinions and columns on papers should use formal and standard language, not colloquial language or slang. Accuracy in mentioning the source of materials, date of events, spelling of name, place, rank, and affiliation, etc. Avoid the use of jargons and technical terms, which may bring confusion among certain people. Use descriptions, anecdotes, metaphors to represent creatively to secure sensitive things. Try avoiding the use of foreign or local language.

He also said, ’Use an active voice for the ease of reading. Employ a communicative language, which is able to relate your ideas to the readers. Be effective not wordy. Avoid unnecessary words, which result from an ineffective speech.’

Furthermore, Ali suggests that as a writer one should be familiar with every media for each media has its own different characteristics. In Tempo magazine as well as on Tempo paper a column consists of 5000 characters. A good writer must not make the article rambling, he writes directy to the issue, not involving unnecessary thing.

Ali Nur Yasin (Redaktur Tempo): Beberapa Hal yang Harus Dihindari saat Menuliskan Opini dan Kolom

“Ada tiga hal yang harus dihindari oleh penulis opini dan kolom,” kata Ali Nur Yasin, Redaktur Tempo, saat memberikan pelatihan kepada dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Kamis, (31/3/2016) di ruang sidang kampus I.

Pertama, tidak menggurui, meski sebagai penulis kolom Anda menguasai persoalan. Kedua, hindari penggunaan kata “seharusnya”, “semestinya”, dan sejenisnya. Ketiga, jangan arogan, karena pembaca yang tidak setuju belum tentu tidak mengetahui atau bodoh. Hormati keberagaman.

Selain itu, Kepala Biro Tempo Jawa Tengah-DIY ini menekankan penulis juga harus memperhatikan penggunaan bahasa. Menulis opini dan kolom harus menggunakan bahasa Indonesia yang baku dan benar, bukan bahasa lisan atau bahasa gaul sehari-hari. Akurasi menyebut sumber bahan, ejaan nama, tempat, pangkat dan satuan, tanggal, bulan dan tahun. Hindari penggunaan jargon atau istilah teknis yang hanya dimengerti oleh kalangan tertentu. Kreatiflah menggunakan deskripsi atau anekdot atau metafora untuk menggantikannya. Hindari sebisa mungkin bahasa Inggris atau bahasa daerah.

“Gunakanlah kata kerja aktif untuk mendorong pembaca mempercepat baca. Gunakan bahasa yang komunikatif yang mampu menghubungkan alam pikiran penulis dan pembaca secara lancar dan hemat kata. Jangan gunakan kata-kata melelahkan dan kata-kata pemanis basa-basi yang biasa diucapkan orang dalam pidato menjemukan,” tulis Ali dalam makalahnya.

Lebih lanjut Ali menekankan, penulis jangan lupa mengenal media karena masing-masing media memiliki ketentuan berbeda. Di Tempo, baik majalah atau koran, kolom yang dimuat berisi banyak sekitar 5.000 karakter. Jangan bertele-tele dalam mengemukakan pendapat atau gagasan, langsung kepada persoalan. Fokus kepada permasalahan dan jangan melebar ke mana-mana.